<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, October 31, 2004

Kebun Mangga 2

Sejak kejadian malam itu bintik-bintik hitam menyebar di kulit saya. Kaget luar biasa. Orang-orang menghubungkan kejadian itu dengan kedatangan saya yang tidak diundang. Tapi kepala kebun menghibur bahwa itu karena lalat mangga yang gemar menyedot darah seperti nyamuk. Tapi kenapa hanya saya yang diserang? Memang ada lalat kecil, hampir sebesar asterisk (*), hampir tidak terlihat jika tidak merasa digigit. Tapi mengapa hanya saya yang diserang? Salah seorang staf kebun memberi saya jamu, katanya untuk membuat darah saya pahit sehingga lalat-lalat itu menjauh dari saya. Tidak berhasil.

Dalam beberapa hari tanpa teman, kejadian tiupan di wajah dan kaki terus terjadi saat saya tidur. Akibatnya siang hari saya sangat mengantuk. Untung saya kemudian dipindahkan ke kamar depan, kamar staf. Dengan jendela menghadap ke lampu kebun dan kantor, saya merasa lebih tenang.

Teman saya datang tepat seminggu kemudian. Dia menempati kamar bekas saya. Tapi ternyata dia sama takutnya dengan saya apalagi setelah melihat tokek yang besar-besar dan mendengar cerita saya. Yang berbeda, dia tidak diganggu dengan angin, tapi dengan mimpi bertemu kakek tua, selama tiga hari berturut-turut. Kami akhirnya memperbanyak mengaji dan mencoba tidak membicarakan hal-hal yang menyeramkan. Ternyata berhasil. Tiga hari kemudian, kami bisa sedikit tertawa-tawa di malam hari sambil main kartu. Tapi kami tetap waspada. Kami hanya keluar kamar hanya setelah mendengar adzan subuh.

Lalat mangga masih juga menyerang saya, tapi tidak teman saya. Vampir-vampir kecil itu hanya suka darah saya. Yah sudah-lah, mungkin darah saya memang manis. Saya cuma makan lebih banyak supaya produksi darah saya tergantikan (bintik-bintik hitam di kulit baru benar-benar hilang 3 bulan setelah magang saya berakhir).

Ternyata kami memang diberi break sama 'penghuni' mess. Seminggu kemudian, datang 4 siswa dan 2 siswi dari STP Mataram, untuk magang juga. 2 siswi berbagi kamar di bagian depan mess kami, sedang 4 siswa STP tinggal di mess lain, di tengah kebun berbatasan dengan hutan bambu. Saat saya dan teman saya sudah beradaptasi dengan para 'penghuni' mess, 6 siswa STP mulai mendapat cobaan. Satu siswi kesurupan, dua kali. Yang pertama, dia jatuh tidak sadarkan diri di kamar saat berhias. Semula kami kira ayan, tapi dia meracu banyak hal. Kami bertujuh hanya berani memegangi saja, soalnya dia seolah punya kekuatan lebih dan bisa melawan tenaga kami yang bertujuh. Dia sadar setelah diberi minuman air putih bercampur sedikit tanah, dan beberapa dari kami membaca ayat Kursi dan Al Ikhlas. Dia heran kenapa kami memeganginya. Dia bilang capek sekali sudah mendaki gunung, padahal dia tidak pergi kemana-mana. Kedua kalinya terjadi saat kami menonton panggung 17-an di kampung, dia kesurupan sampai tercebur ke saluran irigasi dan mencoba berenang.

Tidak hanya kejadian kesurupan, satu siswi lain yang tidur siang di kamar belakang sempat teriak-teriak karena 'didatangi' kakek berjanggut panjang. Belum lagi, 4 siswa di mess lain masih harus terbirit-birit mendatangi pos satpam karena didatangi bayangan-bayangan hitam dari arah rumpun bambu. Kejadian terakhir ini sebenarnya salah mereka sendiri karena bermain jelangkung seusai maghrib. Jadilah semua peserta magang digabung di satu mess. Dua siswa tidur di kamar belakang, dua lagi di ruang tamu.

Ini merupakan kejadian 'interaksi' langsung dengan 'dunia ketiga' yang paling saya ingat. Yang lainnya hanya samar-samar saya ingat, seperti saat saya masih berumur 4 tahun. Saya terbangun karena rumah dan tetangga jadi heboh setelah terdengar tangisan wanita yang memilukan dari kamar mandi. Orang-orang bilang ada hantu perempuan di kamar mandi di rumah saya yang lama dan sedang coba diusir. Saya tidak lihat karena dipeluk erat-erat oleh pengasuh saya yang ketakutan dan badannya menggigil. Ternyata pengasuh saya yang pertama menemukan makhluk itu. Dengar dari cerita orang-orang, makhluk itu 'terusir' dari kamar mandi serupa ikan mas besar dan dia dilepaskan di sumur belakang rumah oleh Pak H, tetangga yang guru mengaji. Saya sudah lupa mengapa makhluk itu menangis, tapi saya masih ingat suara tangisannya... juga kepanikan orang-orang yang melihatnya...

posted by Leo at 05:27

Friday, October 29, 2004

Kebun Mangga (Bagian 1)

Saya pernah praktek lapang di satu kebun mangga di Pasuruan selama 2 bulan. Sebenarnya saya belum dapat surat penerimaan, tapi dengan modal nekat dan sekoper baju, saya berangkat, dan sampai di kebun pagi-pagi buta. Untung satpamnya memperbolehkan masuk dan bersih-bersih badan di mess kebun. Kepala kebun ternyata sedang di Surabaya, jadi sepagian saya cuma mengobrol dengan beberapa staf kebun yang terheran-heran kedatangan tamu tak diundang.

Sebenarnya teman satu jurusan sudah pernah mampir ke kebun ini menyampaikan berita dan permohonan bahwa saya ingin magang 2 bulan. Tapi rupanya para staf, termasuk kepala kebun, terlalu terpesona dengan kecantikan teman saya itu, sampai-sampai lupa bahwa yang akan magang bukan dia tapi anak laki-laki kecil, item, polos dan geeky. Kedatangan saya membuat staf dan kepala kebun jadi salah tingkah. Tidak mungkin untuk mengirim saya pulang.

Sore hari menjelang Magrib saya baru ditemui kepala kebun di mess. Saya di-'interogasi' selama setengah jam, mutar-mutar pertanyaannya karena heran dan beliau tambah shocked setelah saya bilang bahwa seminggu lagi ada teman lain akan datang untuk magang di sini. Sama perempuan, tapi bukan yang pernah berkunjung. Saya mintakan ijin untuk dia. Meski terkesan berat hati dan masih bingung, beliau bilang silakan tinggal di sini, dan untuk urusan administrasi tinggal menghubungi sekretaris. Sebelum pergi, beliau tanya "berani mas tinggal sendiri?"..."nanti kalau ada apa-apa, panggil satpam saja di pos".

Mess kebun punya empat kamar. Dua kamar depan, berukuran sama, satu kamar besar di samping kanan belakang, dan satu kamar kecil sebelum kamar mandi. Satu kamar depan terkunci dan menurut kepala kebun, kamar itu ditempati salah seorang asisten kebun yang kadang-kadang menginap di kebun. Saya diberi kunci kamar paling besar, di sisi kanan belakang. Di belakang rumah ada halaman kecil dan dipagari papan kayu. Di luar pagar ada beberapa pohon buah-buahan seperti sawo, sirsak, jeruk, mangga, alpukat, srikaya, nangka dan pisang.

Ternyata bukan mereka saja yang terkejut, karena malam itu saya-lah yang terkejut. Pertama, masuk kamar mandi dan langsung menemui tokek sebesar kecap abc ukuran sedang menempel di tepi jendela. Baru kali ini saya melihat tokek sebesar itu. Jendala kamar mandi tidak ada kaca-nya. Saling pandang beberapa detik...sebelum saya beranikan diri untuk mandi pelan-pelan sambil menatap awas ke tokek. Kalau dia bergerak, buru-buru saya diam. Saya pernah dengar bahwa kalau tokek menggigit akan sulit dilepaskan...jadi terbanyang bahaya mandi ditunggui tokek...hiihhhhh...yyak!

Sepulang makan di warteg, saya sempatkan ngobrol lagi dengan satpam sambil nonton tv di kantor. Obrolan itu membuat saya menyesal. Awalnya saya tanya, kenapa di belakang mess ada bau kamboja...ternyata benar...tepat di belakang mess ada kuburan desa, luas lagi. Pohon buah-buahan yang berjejer di belakang pagar itu pembatas, dan dimaksudkan untuk menutup view ke kuburan. Saat itu satpam cuma menyakinkan nggak ada apa-apa. Kadang-kadang saja ada pencuri mangga masuk dari arah kuburan dengan merusak pagar di belakang mess. Yang pasti tidak ada kuntilanak atau genderuwo, meski saya tahu ada pohon sawo di sudut halaman belakang kebun...

Tapi kesan kuburan tetap membuat saya kecut. Apalagi kebun begitu sepi dan malam itu hanya samar-samar saja terdengar suara mobil di jalan antar propinsi, 300 m dari kebun, sementara ombak pantai juga sayup-sayup terdengar. Saya putuskan untuk tetap menyalakan lampu selama tidur. Sulit tidur beberapa menit, cemas mendengarkan angin malam yang begitu kencang dan membuat ranting-ranting pohon mangga dan sawo kerap membentur-bentur jendela ...selain itu, satu tokek mulai merambat masuk dari tepi jendela, tidak sebesar yang di kamar mandi, tapi kulitnya punya tutul yang hiiihhhhhh... Mungkin karena lelah atau karena lullaby tokek yang bernyanyi dengan ritme yang tetap, akhirnya saya tertidur...

Tidak tahu sudah berapa lama tidur tiba-tiba saya merasa ada orang di balik jendela... Saya bangun dan langsung teriak "Siapa itu!"..."Saya mas" ternyata satpam yang sedang keliling ngecek kebun...kaget luar biasa... Untuk beberapa menit saya pun tidak bisa tidur... tapi kemudian kembali terlelap...sampai suatu saat saya merasa kaki saya begitu dingin...

Saya termasuk orang yang tidak bisa tidur dengan menutup telapak kaki, jadi kalau tidur, meski berselimut, telapak kaki tetap muncul. Tapi malam itu saya tidak berselimut karena Pasuruan sangat panas di akhir bulan Juli. Bukan kaki dingin yang membuat saya cemas ...tapi ada angin bertiup di sekitar wajah saya... hanya di wajah... tidak di tangan atau di badan saya...saya pun tidak berani membuka mata karena tidak berani mengambil resiko apa yang akan saya lihat jika membuka mata...

Angin itu terus menghembus, kali ini pindah-pindah dari wajah kemudian kaki. Saya takut luar biasa, dan mulut pun seperti kaku. Kondisi seperti itu malah membuat telinga saya semakin tajam. Sang tokek tidak berbunyi sedetik pun... sepi sekali... Selain di luar sepi, tidak ada angin, ranting-ranting pohon di luar pun berhenti bergeresak. Tapi di wajah saya ada angin berhembus... panik, bulu kuduk saya berdiri, cemas, mulut kaku, jantung berdegup kencang, sekaligus lemas karena saya tidak bisa dan berani berbuat apa-apa... Saya yakin bukan mimpi karena saya masih bisa menggerakkan jari-jari tangan saya.

Entah berapa lama saya 'digoda' angin itu, yang saya tahu angin itu hilang saat adzan subuh terdengar... saya tunggu beberapa menit, dan setelah yakin saya buka mata pelan-pelan... Alhamdulillah tidak ada apa-apa... Buru-buru saya ke kamar mandi... Eh... di kamar mandi ada dua tokek sedang bersanding di dinding... sebal, belum juga selesai pengalaman seperti begini... Tapi saat mandi dan mendengar mereka bersahut-sahutan (yang satu akhirnya ke luar), saya bisa bersyukur karena tokek-tokek itu seperti menghilangkan rasa takut saya. Suara-suara mereka membuat saya seperti tidak sendiri. Akhirnya saya putuskan, harus berani selama seminggu tinggal sendiri, sebelum teman saya datang. Saya mungkin perlu meminta ventilasi kamar ditutup kawat supaya tokek tidak masuk. Kan tidak lucu kalau pas tidur kejatuhan tokek. Kalau mandi ditemani tokek nggak bisa ditolak karena atap kamar mandi cuma seng yang membuat tokek mudah bersembunyi di lekukan-lekukan atap.

Satu akibat yang saya tidak pernah lupa sampai sekarang. Saat mandi saya tidak begitu memperhatikan kulit saya, karena pandangan mata saya tetap tertuju awas ke arah tokek. Tapi sesuatu telah terjadi dengan kulit saya dan ini membuat heboh satu kebun mangga...bersambung...

posted by Leo at 02:58

Sunday, October 24, 2004

Kesetrum

Apa karena efek dari heater di ruangan? Sering sekali saya merasa seperti kesetrum kalau pegang benda-benda logam di office atau bahkan buku dan segala macam bahan dari karton dan plastik. Rasanya cukup membuat kaget, terutama kalau pagi hari baru buka office atau pas lagi ngantuk-tapi-terpaksa-kerja lalu pegang handle filing cabinet, tiba-tiba kesetrum...huggghhh. Apa ya sebabnya? Apa karena ruangan dihangatkan lalu timbul kumpulan listrik yang membuat efek kesentrum kalau ada kontak? Saya sudah lupa dengan pelajaran fisika tentang listrik. Yang pasti, tidak mungkin badan saya mengandung listrik bebas. Dulu sewaktu di US, tidak pernah seperti ini. Akhir Oktober, heating system akan dimatikan, dan semoga nggak ada lagi kejadian kesetrum.

Tidak ingat juga kapan terakhir kali saya kesetrum listrik. Mungkin waktu kecil, saat mau menyalakan tv. Kalau kapan terakhir kali kesetrum yang lain saya masih ingat, karena cuma ada satu yang bisa buat saya kesetrum, bahkan hanya dengan memikirkannya.

posted by Leo at 09:42

Saturday, October 23, 2004

I Love Saturday, 23 October 2004

Tadi malam saya bermimpi indah: berenang, bertemu pujaan hati, menemani almarhum orang tua belanja lebaran, dan bermain dengan keponakan saya dan Maggie Simpson... Mungkin karena itu, saya bangun dengan perasaan yang cukup ringan. Setelah bebenah diri, saya sempatkan main game sebentar di komputer sebelum mengejar bis menuju kota.

Perjalanan dari kampus ke kota biasa saja dan penumpangnya lebih sedikit, mungkin karena masih musim ujian. Sampai di kota saya berkeliling mencari kartu lebaran. Sayang sekali kartu-kartu dengan gambar alam NZ hampir semuanya sama di beberapa toko buku yang saya kunjungi. Saya akhirnya hanya membeli dua kartu saja ditambah beberapa kartu pos.

Saat pencarian kartu dari satu toko ke toko yang lain, orang-orang yang berpapasan banyak yang mengajak senyum. Semula saya pikir biasa karena hari Senin akan libur, long weekend; jadi orang-orang cukup gembira bisa berbelanja dan jalan-jalan. Selain itu, banyak turis-turis berkeliling dengan ransel-ransel besar di punggung mereka, dan biasanya mereka ramah-ramah. Tapi saya mendapati terlalu banyak yang tersenyum ke saya. Jadi GR, tidak percaya diri dan agak curiga jangan-jangan ada sesuatu menempel di rambut atau muka. Akhirnya di Art Center saya masuk toilet dan periksa dengan teliti dari ujung rambut sampai ujung kaki. Beres, tidak ada yang aneh. Karena lega, saya tersenyum juga dengan bayangan saya di cermin.

Setelah cukup puas memandangi dan tersenyum dengan diri sendiri, saya pergi ke open market di sekitar Art Center, tempat tenda-tenda yang menjual berbagai kerajinan, makanan, buah-buahan, bunga, boneka, coklat dan masih banyak lagi. Beberapa artis jalanan juga unjuk kebolehan sambil cari uang. Ada yang menyanyi jazz dengan saxophone-nya; suaranya bagus, serenyah dan semalas Diana Krall. Selain itu ada sulap, pantomime, acrobat, pijat untuk turis,palm and tarot reading, dan masih banyak lagi. Sementara di pelataran dalam Art Center, ada deretan food stalls, international cuisine dengan harga cukup murah. Jika tidak puasa, saya biasanya makan di situ setelah nonton di Art Cinema.

Open market di Art Center adalah hal biasa untuk hari-hari Rabu, Sabtu dan Minggu. Untuk weekdays, open market juga bisa ditemui di Catedral Square. Di sini bisa ditemuai stall kerajinan, baju dan makanan juga street giant chess match, ceramah injil di jalan, protes minta dukungan untuk aliran Fa Lun Gong (beberapa dari mereka memeragakan latihan Fa Lun Gong), kampanye anti narkoba, stand sumbangan untuk young cancer victim, dll.

Kembali ke soal senyum, akhirnya saya nikmati saja pemberian senyuman dari orang-orang yang berpapasan. Tampaknya orang-orang cukup gembira, segembira hati saya hari ini. Tidak saja di jalan, toko buku dan Art Center, tapi juga di supermarket. Saat saya sedang memilih-milih brokoli, tiba-tiba ada yang menegur. Tidak kenal, tapi bisa juga ngobrol tentang sayuran. Saat mau ambil corn chips ukuran besar, tidak sadar kalau ada tangan lain juga yang berpacu untuk mengambil bungkusan yang sama...maklum lagi diskon dan tinggal sedikit ...sama-sama ketawa dan bilang 'you first'...

Belum lagi saat cari keju parmesan yang diskon (prinsip: nggak beli kalau nggak diskon...lagian banyak pilihan diskon), pegawai supermarket yang lagi menyusun yoghurt di rak bilang...yang cheddar itu saja...lumayan enak, sambil tersenyum maniez dan mengedipkan mata. Tidak tahu kenapa banyak Kiwi yang suka mengedipkan mata sama saya, mudah-mudahan wajah saya bukan penyebab mereka kelilipan... Saya balas senyum...next time...I need parmesan...Belum lagi saat lihat-lihat dan beli microwavable pizza kemasan kecil, orang yang duluan ambil tiba-tiba menyodorkan satu ke saya...'need one?' sambil tersenyum... 'o...yeah...thanks' saya terima sambil ambil satu bungkus lagi... Saat antri bayar, saya dapat senyuman juga dari cashier di loket sebelah. Mbaknya bertampang middle eastern atau India Aria (susah membedakannya). Selain itu, cashier saya setelah menyapa standard 'how are you?' mulai ngajak ngobrol ... any plan for the weekend? Bla-bla-bla jadi deh ngobrol sedikit meskipun antrian di belakang saya lumayan panjang.

Saat naik bis pulang, orang dari China di seberang saya juga beberapa kali tersenyum. Saya balas senyum juga. God, I love today! Orang-orang begitu ramah, meskipun secara umum Kiwi lebih ramah dibandingkan American dan European, tapi saya merasa hari ini mereka sangat ramah. Mungkin juga itu karena nikmat puasa. Alhamdulillah.

Saya juga masih bisa berharap kesenangan saat berbuka nanti, meski buka puasa sendiri. Menu buka nanti malam: pizza, sup brokoli dengan tahu dan baso buatan sendiri, eskrim+pisang+kacang. Saya mensyukuri hari ini, hari Sabtu yang colourful. Semua gembira, meski cuaca mendung dan berangin. Meski beberapa orang tidak sedang dalam mood terbaik mereka. Contohnya supir bis saya. Dia terpaksa bertengkar dengan anak muda yang menyalip sambil teriak F word keras-keras ke arah supir. Untung mereka tidak hantam-hantaman meski buru-buru saling menghampiri dan yelling F@#K off, Bloody Crap, S@#*, A$%, Son of A $%&@!, Wa*@#! sambil tunjuk-tunjukan. Para penumpang dan orang di jalan cuma senyum-senyum saja...and I still love today!

posted by Leo at 11:15

Wednesday, October 20, 2004

Only Photo

Saya tidak pandai memotret. Dari berpuluh-puluh foto yang saya ambil, biasanya hanya sepertiga-nya saja yang bagus. Beberapa yang saya anggap lumayan, ya cuma ini:

Empat oleh-oleh dari West Coast Trip:
Snowy Peak More Snowy Peaks Perjalanan antara Christchurch dan Arthur Pass
Pancake Rock Pancake Rock at Punakaiki
Face Rock Face Rock at Punakaiki: the King, tribe people, and the Tiger

Beberapa foto sekitar kampus saat bunga-bunga semarak di awal Spring.
Cherry Blossom
Cherry Blossom1 Cherry Blossom2 Cherry Blossom3
Cherry & Daffodils Cherry & Daffodils
Path of Daffodils Path of Daffodils
Library Library

posted by Leo at 11:08

Saturday, October 16, 2004

Inspired by Moulin Rouge

Ingin rasanya bisa menulis puisi yang bagus. Meski pernah sekali dapat juara harapan dalam lomba menulis puisi, tapi kreativitas berpuisi saya masih jauh dibandingkan kakak saya yang memang langganan juara menulis dan membaca puisi. Segi artistik penulisan saya masih terlalu logis, itu komentar kakak saya. Kurang imaginative.

Tapi hampir dua minggu lalu saya tergelitik untuk kembali menulis puisi. "The hills are alive with the sound of music..." Gambar dan gerak semarak tokoh-tokoh dalam Moulin Rouge dan susunan musiknya yang cerdik dan kreatif mengelitik telinga, memberi inspirasi baru untuk menulis... "So exciting, so delighting..." Meski hasilnya tak memiliki judul dan bukan pula puisi. Cuma tulisan biasa dan semoga tidak terlalu buruk..."It may be quite simple but now that it's done...I hope you don't mind...I hope you don't mind that I put down in words..." (Your Song, Elton John)

***
........

"There was a boy....a very strange enchanted boy...They say he wandered very far, very far...over land and sea....A little shy and sad of eye...but very wise...was he..." Ini kali kedua saya menonton film ini dan alurnya mengungkit pikiran...pesannya seperti menguak lembaran-lembaran perjalanan hidup...

"I follow the night...Can't stand the light...When will I begin...to live again?" Mengikuti alur pencarian kebahagiaan hidup yang terkadang tidak teraba persimpangan dan ujungnya, "Who knows what tomorrow brings...In a world, few hearts survive...All I know is the way I feel...When it's real, I keep it alive..." Apakah jalannya akan mendaki atau menurun. "The road is long...There are mountains in your way...But we climb a step every day..."

Besar harapan bahwa pencarian kebahagiaan itu berujung pada bentuk yang utuh dan murni..."It's a little bit funny, this feeling inside....I'm not one of those who can easily hide...I don't have much money but if I did...I'd buy a big house where we both could live..." Meski realitas sering menggambar kebahagiaan itu dalam bentuk ada dan sederhana di antara campuran suka dan payah ..."If I was a sculptor, but then again, no...or a man who makes potions in a travelling show...I know it's not much but it's the best I can do...My gift is my song and this one's for you..."

Kebahagiaan hidup seperti apa? "And then one day...a magic day he passed my way...And while we spoke of many things...fools and kings...this he said to me...The greatest thing you'll ever learn...is just to love and be loved in return" Kebahagiaan yang bersambut, yang tak sekedar mengenal tapi saling belajar dan mengisi... "Suddenly the world seems such a perfect place...Suddenly it moves with such a perfect grace...Suddenly my life doesn't seem such a waste...It all revolves around you..." Kebahagiaan yang telah menghidupkan azasi, memberi nafas dan ruang baru.. "Love lifts us up where we belong...Where the eagles cry, on a mountain high...Love lifts us up where we belong...far from the world below...up where the clear winds blow" Meski benturan tanya masih menjadi mendung pembatas...

"One day I'll fly away...Leave all this to yesterday...Why live life from dream to dream and dread the day when dreaming ends?" Mungkin jalan terbaik adalah dengan tetap berbesar hati dan bersabar, meski maksud tetap dipupuk untuk melindungi tunas kebahagiaan yang sedang tumbuh... "Some hang on to used to be...Live their lives, looking behind...All we have is here and now...All our life, out there to find" Dan tetap berharap sang waktu berpihak pada kesempatan terbaik untuk menumbuhkan kebahagiaan itu dalam wujudnya yang utuh, nyata dan dewasa... Come what may... Come what may...

"And you can tell everybody this is your song...
It may be quite simple but now that it's done...
I hope you don't mind...I hope you don't mind that I put down in words...
How wonderful life is while you're in the world..."


***

Lyrics (italic words) are taken from Nature Boy (NatKing Cole), One Day I'll Fly Away (Randy Crawford), Up Where We Belong (Joe Cocker & Jennifer Warnes), Come What May (Nicole Kidman & Ewan McGregor), Your Song (Elton John).

posted by Leo at 10:48

Monday, October 11, 2004

I Love Animal?

Tidak tahu kenapa, minggu lalu saya begitu suka menulis tentang binatang dan menonton acara tv tentang binatang. Beberapa minggu lalu pernah ada acara The Lion Man, tentang beberapa singa dan harimau di Zion Wildlife. Ada Zion, singa jantan muda, bintang iklan, yang selalu mengaum sama lantangnya dengan Samson, bapaknya. Singa lainnya: Astlan, Narnia, dan Savannah yang bersaudara. Selain itu ada harimau Bengal, Shikana, dan beberapa kucing hutan, baboon serta rusa. Acara yang benar-benar saya tunggu karena meski singa dan harimau tampak garang, mereka bisa berubah manja dan playful saat bertemu Craig Busch dan Karen Greybrook, sang pengelola taman. Shikana juga tampak begitu keibuan saat merawat bayinya Sita.

Tingkah laku "toleran" yang sama juga saya lihat dari tayangan The Zoo, yang menampilkan penghuni baru beberapa kebun binatang di NZ, termasuk bayi-bayi binatang yang baru lahir. Ada anak-anak jerapah berbulu mata lentik, panda merah yang gemar memburu kamera tv, berang-berang yang rajin berteriak panik dan berdiri, anak-anak singa yang curious, orang utan yang pemalu, burung beo yang gemar berteman, kangguru dan kasuari yang bisa saling tendang jika bertemu, dll. Mungkin karena interaksi dengan manusia cukup tinggi, maka binatang-binatang ini bisa menjadi "toleran".

Acara lainnya: The Crocodile Hunter Diary. Dalam acara itu, Steve Irwin, begitu berani "menggoda" buaya-buaya Australia yang buas, mengambil telur-telur ular piton yang dilindungi lilitan induknya, dan beradegan berbahaya lainnya. Minggu lalu, dia bertemu dengan gorilla...Dueng...Begitulah kalau si ketua kelompok gorilla pertama kali ketemu pengunjung (orang baru, selain pengelola kebun binatang). Si ketua (cirinya: badan bak binaragawan dan punya warna rambut keperakan di fantat--maaf--nya) menunjukkan kekuasaan dan kekuatannya dengan menabrakkan sisi tubuhnya ke dinding kandang. Tapi dia akan luluh setelah lama saling menatap dengan si pengunjung. Bahkan bila dijuluri dedaunan, dia akan membagi daun-daun itu dan mengembalikan sebagian kepada si pemberi (si pemberi yang menerima harus mau makan daun juga...tanda menghormati). Begitu masuk kelompok gorilla, si ketua akan merawat anggota baru dengan penuh perhatian. Tapi untuk mendekati anggota gorilla lainnya si pengunjung harus dapat "ijin" si ketua yang punya lirikan maut sebagai tanda setuju atau tidak setuju. Gorilla juga playful, dan kalau sudah betah main, bisa-bisa di pengunjung tidak diperbolehkan pergi, malah diberi makanan dan disuruh tiduran. Steve juga bertemu dengan badak yang ternyata suka chocolate sandwich. Dua pak roti tawar dan empat batang coklat masak habis dilahap si badak.

Saking tertariknya, saya sampai mengirim email meminta stasiun tv siapa tahu punya DVD atau video-nya. Kalau ada kan lumayan bisa beli untuk dijadikan hadiah untuk keponakan saya yang lucu-lucu...pasti mereka akan luar biasa senangnya.

Binatang juga lucu-lucu jika dijadikan bintang iklan. Telecom NZ memakai binatang sebagai bintang utama dalam bebeberap iklannya. Ada koala yang tetap setia memeluk batang pohonnya meski kehujanan, beberapa musketeer yang berdiri sambil terkantuk-kantuk, dan banyak lagi.

Tapi saya hanya suka melihat binatang. Memegang? Tidak mau, meski bulu mereka mungkin sehalus boneka-boneka binatang keponakan saya. Memelihara? Tidak pernah punya niat. Belum bisa 'berkorban' untuk pemeliharaannya. Saya hanya pemerhati gambar dan perilaku binatang, syaratnya harus lucu dan imut...kalau galak lebih baik lari...

posted by Leo at 07:38

Friday, October 08, 2004

Untuk apa kaya?

Membaca berita Yahoo!/Forbes tentang orang terkaya di dunia, saya lantas terpikir untuk apa ya kalau saya dapat kekayaan yang melimpah? Sulit menjawabnya karena saya masih berpikir dari mana dan bagaimana saya bisa mendapatkannya. Undian? Bukanlah saya kalau mudah menang undian. Saya seperti sudah ditakdirkan harus bekerja keras dulu untuk mendapatkan kecukupan, dan saya tidak pernah menyesalinya.

Mungkin itu juga berlaku untuk sebagian orang-orang terkaya di dunia menurut versi Forbes. Penghuni daftar terkaya di dunia sekarang didominasi oleh orang-orang yang memang bekerja dengan keras, tidak mengandalkan keturunan dan warisan. Bill Gates sudah pasti tetap nomor satu. Terkaya lainnya juga macam-macam, mulai dari Walter Buffet, raja investasi yang menguntit Bill Gates dengan ketat; J.K Rowling, penulis yang ketiban rejeki berkat si penyihir kecilnya; Sergey Brin & Larry Page yang mendirikan mesin pencari Google; sampai Guy Laliberte, pemilik sirkus antik Cirque du Soleil; sampai satu-satunya orang Indonesia di urutan ke-126. Sementara yang kaya karena keturunan semakin "miskin" dari tahun ke tahun.

Tapi kalau sudah kaya, apalagi yang dicari? Walter Buffet bilang "tidak akan berhenti menjadi kaya karena bekerja dan berinvestasi sudah seperti hobby". Apa lantas kekayaan mereka untuk diri sendiri? Coba tengok Bill and Melinda Gates Foundation, luar biasa cakupan dan sumbangannya, dan intinya adalah membantu manusia untuk dapat menjadi manusia, sehat, sadar dan bisa bekerja.

Pertanyaan lain terlintas saat membaca berita penggusuran rumah petak di Jl. Taman Anggrek Bandung (Kompas, 27/09/04). Bila yang kaya masih berusaha, apa yang miskin juga punya keberanian untuk tidak berhenti berusaha?

Saya kenal betul daerah Taman Anggrek karena sewaktu TK dan SD saya sering pergi membersihkan gigi di klinik Providentia. "Saya ingin rumah seperti itu..." judul yang dikutip KOMPAS dari ucapan Haryati, anak 8 tahun yang menunjuk salah satu rumah bagus di deretan rumah-rumah model Art Deco jaman Belanda di sekitar jalan itu. Tentu saja sulit bagi Haryati untuk mengerti 'cara' mendapatkan rumah seperti itu, karena rumah petaknya digusur dan keluarganya sekarang tinggal hanya di bawah naungan tenda. Haryati mungkin sudah mengerti bahwa kedua orang tuanya selalu susah payah bekerja sebagai tukang parkir tak resmi dan pembantu rumah tangga, dan mungkin tidak lama lagi dia akan bergabung dengan teman-temannya sebagai pengamen di jalan (Kompas, 02/10/04). Ya, penghasilan mengamen 5000 rupiah sehari masih bisa memberi sambungan hidup, atau sekedar membeli kerupuk murahan dan makanan kecil di warung untuk mengganjal perut.

Semua sumber daya keluarga miskin dikerahkan untuk tetap hidup, meski masih tetap tidak cukup. Tapi apa lantas karena miskin mereka tidak pernah punya sumbangan untuk kita, masyarakat? Komentar positif akan cenderung berbelas kasihan. Komentar lainnya bisa saja menuduh mereka menambah beban, karena sudah miskin kok nambah anak terus, menambah padat kota, mengurangi keindahan. Tapi bukankah mereka juga membantu mencarikan tempat parkir yang strategis? Mencucikan baju dan membuang sampah-sampah di rumah? Meski lagu mereka di perempatan jalan terlalu nyaring, monoton dan sumbang, bukankah mereka sering pula tersenyum pada kita yang sering kali terlalu malas tersenyum? Permisi oom...

Saya kemudian berbalik melihat salah satu keluarga dekat. Keluarga dari kelas menengah dengan orang tua yang cukup berpendidikan, tapi tidak terlalu berkecukupan. Ada saja kekurangan dari segi ekonomi. Mereka sudah berusaha keras berhemat karena hanya mengandalkan pendidikan tinggi saja tidak cukup. Mereka juga bekerja giat seperti halnya orang-orang terkaya di dunia dan keluarga Haryati, tapi rejeki yang mereka dapat adalah anak...terus bertambah.

Saya pernah mengungkapkan ketidaksetujuan saya terhadap pilihan mereka untuk menambah anak, karena secara ekonomi mereka kurang. Tapi akhirnya saya mengerti. Mereka telah dan sedang berusaha menyumbangkan yang terbaik untuk orang lain. Tidak dengan uang dan latar pendidikan mereka, tapi dengan anak-anak yang sehat, generasi yang mereka didik dengan baik. Meski banyak, tapi anak-anak itu mendapat cinta dan bimbingan yang cukup.

Kesimpulannya? Apa arti kaya? Semua orang tidak bisa memilih untuk menjadi kaya atau miskin. Ini juga berlaku untuk anak-anak dari orang terkaya di dunia. Meski mereka tentu aja akan mewarisi kekayaan orang tuanya...mereka tetap harus bekerja keras untuk tidak membuat mereka bertambah 'miskin'. Sepertinya, jawaban pertanyaan-pertanyaan itu terletak pada tanggung jawab dan kemauan berusaha. Bila melihat sekilas, mungkin kita tidak bisa mengerti mengapa si miskin berbuat ini atau si kaya berbuat itu. Hal ini karena kita perlu mengerti bahwa dengan takdir masing-masing, setiap individu akan memilih cara untuk mencapai tujuan akhirnya. Mungkin sang individu tidak tahu bagaimana, karena dia kurang; atau sudah tahu bagaimana tapi dapat hasil yang lain; atau tahu caranya dan berhasil mencapai tujuannya. Memilih berarti harus bisa berusaha dan bertanggung jawab, dan tentu saja bersyukur untuk apa-pun hasilnya...(thanks Mas Adhy untuk kutipan tiga syukur setiap hari dari Arvan Pradiansyah's Life is Beautiful; thanks juga untuk Wis yang mendahului posting tulisan bertopik serupa...tapi nambah ide...tidak terasa tulisan ini saya cicil penulisannya dalam 10 hari...).

Cheers...sorry kalau terlalu panjang...have a nice weekend!!!

posted by Leo at 07:56

Wednesday, October 06, 2004

Malam Jumat...30 S...Eeeeeeeeekkkkk...

Eeeeeeek...eeeeeeeeekkk...suara itu semakin hari semakin nyaring terdengar dari belakang flat. Angin bertiup kencang, membentur jendela dan dinding flat...hujan menyiram bumi dengan derasnya...Akhirnya, Jum’at 1 Oktober 04 dini hari saya beranikan diri melihat ke seberang pagar belakang flat. Gundukan-gundukan putih berserabut lebat tampak berserakan di padang rumput di belakang flat....

Beberapa bayi domba sedang menyusu pada induknya dan beberapa lagi sudah berlarian dan merumput sambil mengembik...eeeeeekkk...eeeeeekkkk...Saya tidak yakin apakah domba-domba itu bersuara karena gembira atau susah. Sudah ribuan ton anak-anak domba mati dalam sebulan terakhir karena southerly wind masih menjatuhkan salju di beberapa tempat. Cuaca minggu ini pun masih terlalu dingin untuk ukuran musim semi. Saat hujan-angin tadi malam, saya yakin domba-domba itu kedinginan terutama yang kecil-kecil karena bulu mereka belum setebal induknya. Mereka memang punya naungan di malam hari meski naungan itu banyak yang tidak berdinding.

Beberapa pengacara di sini sudah mengajukan tuntutan hukum yang meminta peternak untuk lebih memperhatikan ternaknya dan memperlakukan ternaknya dengan layak. Tapi asosiasi peternak cuma menanggapi tuntutan itu sebagai omong kosong karena mereka sendiri sudah mengeluarkan uang cukup banyak sebagai antisipasi musim yang tidak menentu.

Eeeeeekk...eeeeeeeeekkkkkk...suara domba-domba itu masih nyaring di tengah hujan deras yang kembali mengguyur di Jumat malam. Kasihan, dan saya hanya bisa berharap agar angin cepat berhenti dan besok cuaca kembali cerah supaya anak-anak domba itu bisa mengembik dan berlarian lagi karena gembira. Juga agar saya bisa menghitung domba-domba yang gembira itu dalam perjalanan saya ke alam mimpi yang indah....

posted by Leo at 07:50

Sunday, October 03, 2004

Week 26/09/2004 - 2/10/2004

Tidak banyak yang saya lakukan di minggu terakhir selain terus menulis. Malam hari juga lebih banyak diisi dengan nonton tv atau baca majalah. Acara tv di awal minggu cukup menarik, terutama dengan penayangan pertama di tv LOTR: The Fellowship of the Ring, siaran ulang Emmy Award dan malam penghargaan World of Wearable (WOW) Art. Acara WOW benar-benar WOW. Para designer menggelar baju-baju layaknya dari negeri antah berantah. Kategori-nya macam-macam, dari children, silk, student, new comer, South Pasific, open section, avant grade, artistic, reflective surface, illumination illusion sampai bizarre bra. Beberapa designer masih begitu muda tapi sangat detail dan kreatif. Saya paling suka dengan rancangan "Eos" yang dirancang gadis berusia 16 tahun dari Nelson, NZ dan "Mascot of Child’s Dream" dari perancang Thailand. Meskipun wearable, pada umumnya rancangan yang ditampilkan masih bersifat art. Wearable mungkin dalam arti untuk pertunjukan atau pesta tertentu atau sekedar untuk koleksi.

Acara tv lain yang menarik yaitu Body Hits yang merupakan serial penelitian yang mengamati perilaku manusia. Minggu lalu tema-nya: Love Story. Dr. John Marsden mencari tahu apa yang membuat dua orang manusia jatuh cinta. Ada anggapan bahwa penampilan fisik dan kecocokan hobby merupakan "faktor cinta". Tapi penelitian membuktikan bahwa orang lebih tertarik pada wajah yang tampak sehat. Kulit yang sehat hanya satu pertanda, tapi pancaran dari wajah dan mata yang sehat menunjukkan kepribadian dan daya tarik yang lebih besar (tindikan berlian di alis, hidung, bibir atau lidah tidak termasuk, juga contact lenses warna warni dan gigi emas tidak ada artinya...). Selain itu aggapan bahwa dua orang yang berjodoh itu ternyata memiliki kemiripan wajah ternyata ada benarnya (kalau kemiripan jerawat?). Orang juga cenderung memilih pasangan yang memiliki kesesuaian cita-cita cinta...artinya apa mau seterusnya atau cuma selintasan. Satu hal lagi yang menarik adalah orang cenderung memilih pasangan yang memiliki kekebalan yang berbeda terhadap penyakit. Hal ini diketahui dari Anthony Nolan Test = test bau badan....Orang memilih pasangan yang bau badannya mewakili 'komposisi' kekebalan yang berbeda. Calon pasangan yang hampir sama bau badannya dengan si pemilih hanya menjadi pilihan cadangan....Sniff sniff. Kombinasi kekebalan yang berbeda akan menghasilkan keturunan yang memiliki sistem kekebalan yang lebih lengkap....sniff sniff...idefix

Melihat berita perang membuat sedih. Tayangan video sandera Inggris di Irak di tv sungguh tidak bisa dipercaya. Tega sekali sampai mengurung si sandera dalam ‘kandang’ besi setinggi cuma 1 meter. Meskipun saya memaklumi adanya dendam dan benci dalam perasaan orang, tapi saya tidak bisa mengerti apabila kekerasan dilawan dengan kekerasan, apalagi dengan mempertontonkannya. Saat ini ada dua perempuan WNI yang juga turut disandera. Yang membuat saya heran...mengapa para penyandera menanyakan nama dari kedua WNI dalam bahasa Indonesia..."Nama saudari siapa?" Jangan-jangan di antara para penyandara ada WNI juga....Semoga kedua sandera dan sandera-sandera yang lain cepat dibebaskan tanpa kurang satu apapun.

Pusing melihat berita perang, pusing juga membaca komentar Taufik Ismail: pelajaran mengarang sangat terlantar (KOMPAS). Jadi gemas, apalagi kalau ingat karangan keponakan saya...Tapi setidaknya memberi inspirasi untuk menulis lagi....

Selama seminggu yang terlalu dingin untuk musim semi, saya masih sedikit bergembira karena bisa berhangat-hangat dengan bakso malang buatan sendiri. Juga mencoba resep muffin dari sedap sekejap, tidak dalam bungkus kecil-kecil tapi langsung satu loyang besar...hangat dan kenyang...Cuaca yang dingin dan makanan hangat membuat saya sering mengantuk, sedikit senang, meski agak malu dengan Jaka karena tidak cek informasi secara lengkap sehingga salah kirim ucapan ultah...sleepy, jolly and a bit embarrassed...

posted by Leo at 03:45

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004