<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, April 23, 2006

Jatuh Cinta Lagi

Inikah o namanya; Insan sedang jatuh cinta
Mengapa... semua begitu indah dilihat,
Begitu sedap dipandang; Seolah... kuingin slalu tersenyum
Tapi a...a...ku malu...padamu

Saya teringat saat masih SD dan mendengar kakak saya menyanyikan lagu ini dari balik kamar mandi. Syair lagu yang dulu dinyanyikan Lydia dan Imaniar ini cukup pas menggambarkan suasana jatuh cinta, meski banyak juga orang yang mengungkapkan jatuh cinta dengan cara lain, seperti pura-pura bermusuhan dll.

Saya suka sekali bila berada dalam suasana jatuh cinta, sekalipun bukan saya yang sedang jatuh cinta. Suasana jatuh cinta sepertinya tidak hanya dapat dirasakan oleh dua orang yang menjadi obyek jatuh cinta, tapi juga oleh orang-orang yang memperhatikannya. Suasana jadi penuh semangat, dan hanya kebaikan saja yang terlihat. Ini belum termasuk kelucuan dan keunikan yang sering menyertainya.

Saya sering ikut tersenyum-senyum sendiri bila mengingat berbagai pengalaman memperhatikan orang yang sedang jatuh cinta. Teringat saat malam-malam ada orang yang memanggil-manggil dari balik pagar karena naksir dengan salah satu anak yang kost di rumah saya; tapi orang itu langsung lari terbirit-birit bila yang muncul di pintu adalah Ibu saya. Juga saat memperhatikan teman kost yang bisa menelepon berjam-jam dengan topik yang tidak berujung saat pendekatan dengan teman satu angkatan. Atau memperhatikan teman yang sebelumnya anti berdandan, tapi menjadi begitu sibuk memacak diri di depan kaca karena hari itu adalah kencan pertama. Atau memperhatikan calon kakak ipar yang dulu begitu gemar 'ronda' hilir mudik di depan rumah hanya untuk memastikan tidak ada teman pria kakak saya yang datang berkunjung. Atau mendengarkan teman flat yang bernyanyi lagu mandarin mendayu-dayu di telepon dari pagi-siang-malam karena jatuh cinta.

Jatuh cinta sering membuat orang mendapatkan semangat baru. Apa yang dulu dirasa tidak mungkin, menjadi tampak mungkin. Apa yang dulu dirasakan sudah berhenti, titik, menjadi koma dan berlanjut. Apa yang dulu dirasa menyakitkan, menjadi tersembuhkan. Rasa bosan dan pesimis seakan menjauh, bahkan sirna, karena jatuh cinta seperti membawa kesegaran dan harapan.

Rasa ini juga yang saat ini sedang melanda teman flat saya. Sudah lama dia merasa pesimis bisa mencari pasangan hidup yang cocok setelah pertunangannya putus secara menyakitkan. Bahkan dia pernah mengatakan sulit bisa mencintai lagi. Namun semuanya bisa berubah hanya dalam hitungan minggu. Dia sekarang sedang jatuh cinta dan semangatnya kembali menggebu-gebu. Dia merasa sudah menemukan orang yang cocok dan bisa membuat nyaman. Bahkan dia sudah berniat tidak akan menunda bila mereka memang berjodoh.

Kami, para teman flat, gembira melihat perubahan itu; dan tentu saja ikut terhibur melihat dia mengungkapkan rasa cintanya dengan berbagai cara. Sebenarnya tidak ada yang aneh, karena teman saya ini terkenal baik dan ramah kepada semua orang. Satu saja perubahan: porsi makan dia jadi bertambah. Ternyata cinta bisa membuat orang lebih semangat menikmati makanan.

Dua malam yang lalu dia meminta saran dan pendapat saya tentang perasaan jatuh cintanya. Saya agak heran mengapa dia meminta saran kepada saya, orang yang kurang berpengalaman. Tapi saya hanya menghibur bahwa rejeki itu tidak akan lari kemana-mana, termasuk jodoh. Tidak ada salahnya untuk kembali mencoba, kembali jatuh cinta, dan menjalaninya dengan senang dan rendah hati. Kalau niatnya baik, semoga terwujud.

Melihat teman saya itu, ingin rasanya kembali merasakan jatuh cinta. Tapi saya tidak boleh serakah, karena bila yang sekarang ada saja belum habis benar, masak sudah mau minta lagi. Yah setidaknya, saat-saat seperti ini masih perlu disyukuri karena saya kecipratan rasa gembira sudah jatuh cinta.

PS: *Dear Laura & Craig, wishing you both every happiness on your wedding day and a lifetime of wonderful dreams come true (29th April 2006)*

LOVE IS IN THE AIR by John Paul Young

Love is in the air; Everywhere I look around
Love is in the air; Every sight and every sound

And I don't know if I'm being foolish; Don't know if I'm being wise
But it's something that I must believe in; And it's there when I look in your eyes

Love is in the air; In the whisper of the trees
Love is in the air; In the thunder of the sea

And I don't know if I'm just dreaming; Don't know if I feel sane
But it's something that I must believe in; And it's there when you call out my name

(Chorus)
Love is in the air; Love is in the air
Oh oh oh; Oh oh oh

Love is in the air; In the rising of the sun
Love is in the air; When the day is nearly done

And I don't know if you're an illusion; Don't know if I see it true
But you're something that I must believe in; And you're there when I reach out for you

Love is in the air; Every sight and every sound
And I don't know if I'm being foolish; Don't know if I'm being wise
But it's something that I must believe in; And it's there when I look in your eyes

posted by Leo at 04:59

Saturday, April 08, 2006

No. 2

Ini bukan cerita mengenai film terbaru NZ yang berjudul sama. Juga bukan cerita kangen-kangenan dengan salah satu partai politik jaman orde baru. Ini hanya sekedar cerita mengenai pengalaman saya sebagai orang nomor dua atau yang banyak mendapatkan kesempatan kedua.

Jika saya meromantisasi catatan-catatan hidup saya, ternyata banyak sekali pengalaman hidup saya yang berhubungan dengan "No. 2". Saya sering berada dalam posisi dan mendapatkan segala sesuatu nomor dua, pada kesempatan kedua. Meski demikian, semuanya tetap menyenangkan atau, paling tidak, masih bisa memberi hikmah.

Saya lahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Bungsu, karena calon adik saya masih disayang Sang Pencipta dan saya mendapat kesempatan (kedua) menjadi anak bungsu. Sebagai anak kedua, saya sudah berperan sesuai dengan porsi saya di dalam keluarga. Ibu dan kakak menjadi dua sosok yang berperan dalam mengambil keputusan, serta dalam kegiatan sosial. Saya lebih banyak mengamati, menurut dan mengerjakan. Namun berada dalam posisi kedua membuat saya lebih dipercaya dan sering dimintai saran, termasuk menjadi penengah. Hal ini membuat saya merasa berharga dalam keluarga.

Merasa berharga sudah menjadi nomor dua juga saya alami saat bersekolah. Saya melamar di sekolah terbaik hanya bermodal hasil ujian masuk. Saya termasuk yang menerima cross-subsidy dari siswa lain sehingga dari segi materi saya sering dipandang sebagai nomor dua. Meski berstatus nomor dua, saya masih bisa berlomba memperebutkan nomor satu di kelas, dan hal ini membawa rejeki. Satu kabar baik datang ke rumah: saya dipilih untuk ikut seleksi pelajar berprestasi. Saya heran karena banyak teman lain yang lebih pandai. Tapi saat itu sekolah ingin menjadi nomor satu, dan satu-satunya cara yaitu dengan menyodorkan saya, yang golongan minoritas, si nomor dua.

Keberuntungan nomor dua juga saya alami saat acara tahunan di sekolah. Di acara ini, setiap kelas menampilkan kebolehannya. Teman sekelas biasanya menampilkan operet atau tarian, tapi saya tidak pernah terpilih. Saya biasanya hanya ikut paduan suara yang praktis tidak mengeluarkan biaya. Suatu saat, Ibu memberi saya sedikit uang sehingga saya bisa latihan band. Kesempatan yang tidak disia-siakan. Saya mengumpulkan teman-teman terdekat, menentukan lagu, bahkan merancang kostum anggota band pria. Saat gladi resik, kami dinilai cocok untuk ditampilkan sebelum istirahat hari pertama, alias menjadi band nomor dua karena band utama tampil sebagai penutup. Namun, menjadi nomor dua menjadikan kami bisa tampil optimal dan sambutan yang kami terima lebih seru. Pada hari kedua, panitia menempatkan kami sebagai band penutup. Sungguh membanggakan.

Masih banyak pengalaman "No. 2" lain yang memberi hikmah yang berujung pada kebahagiaan. Misalnya, saya begitu kecewa sudah ditolak menjadi anggota paduan suara kampus. Namun penolakan itu justru mempertemukan saya dengan teman-teman yang membawa saya lebih sering tampil di berbagai acara kampus, lewat vocal group, band dan a capella. Saat lain, saya ingin mendapat pekerjaan yang membuat saya bahagia. Tapi selepas lulus, saya hanya mendapatkan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Yang saya tahu kemudian, dari pekerjaan itu saya justru mendapat kesempatan untuk meraih pekerjaan kedua yang lebih mapan sekaligus sekolah ke luar negeri. Pengalaman dengan "No. 2" juga terjadi setelah kembali ke tanah air, seperti saya baru menemukan tempat tinggal yang nyaman pada kesemptaan kedua. Saya juga perlu dua kali kesempatan untuk menemukan pasangan yang cocok. Semua pengalaman ini seperti menunjukkan bahwa kesempatan kedua sering memberi bayaran yang lebih baik.

Jika dipikir ulang, keberadaan dan pengalaman saya di NZ juga banyak berkaitan dengan kesempatan kedua. Saya pernah mengusahakan untuk melanjutkan sekolah di Amerika. Meski sudah diterima di dua universitas, saya terpaksa mengurungkan keberangkatan karena banyaknya rintangan. Justru pada kesempatan kedua melamar beasiswa dan di negara yang sebelumnya saya pandang sebagai pilihan kedua, saya berhasil berangkat. Tiba di NZ, saya masih harus menunggu kesempatan kedua untuk mendapatkan flat saya yang sekarang. Saya juga harus menunggu sampai pada tahun kedua untuk bisa mendapatkan teman flat yang cocok. Mobil yang sekarang saya pakai juga merupakan mobil kedua yang saya pernah beli di sini.

Angka dua atau kesempatan kedua mungkin cukup keramat untuk hidup saya, tapi rasanya bukan ini pelajaran yang perlu saya pahami. Hidup seringkali tidak mudah jika banyak hal menyebabkan saya harus menunggu pada posisi kedua atau kesempatan kedua. Namun jika dilihat dari sisi yang lebih optimis, posisi nomor dua merupakan posisi yang aman. Menjadi orang nomor dua bisa terasa istimewa karena biasanya mendapat kepercayaan dan pendapat bisa sangat diperhatikan. Menjadi nomor dua juga tidak memerlukan perang untuk bisa menjadi nomor satu, karena nomor dua tidaklah jauh berjarak dari nomor satu. Dipandang sebagai kelompok kedua juga bisa membuat beban dan tuntutan yang ada terasa tidak begitu berat. Yang terpenting dari semuanya adalah cara menerima dan mensyukuri posisi yang didapat, serta memanfaatkannya sehingga hasilnya bisa optimal.

Jika saya perlu dua langkah untuk meraih apa yang sekarang saya sudah dapatkan, saya tidak menyesalinya karena saya sekarang percaya bahwa kesempatan kedua bisa memberi hasil yang sama sekali tidak buruk. No. 2 mungkin merupakan bagian dari garis hidup; namun pengalaman membuktikan bahwa saya sudah diberi ribuan kali kesempatan, tidak hanya dua, untuk dapat melihat hidup secara lebih optimis dan positif. Untuk itulah saya patut berbahagia, dan bersyukur atas rahmat hidup dan umur panjang dari Yang Maha Kuasa.

Maybe Tomorrow by Goldenhorse
(written by: Kirsten Morelle, Geoff Maddock and Goldenhorse)

There's a story I know
We all leave and let go
There is nothing to hold us

In a moment of time
When the fruit becomes wine
And the thought becomes the memory

All of your sorrow; maybe tomorrow, will fade away in the air
Trying to please me, making it easy
It won't be there; it won't be there
In your life; in your life

posted by Leo at 00:05

Saturday, April 01, 2006

Selamat Ulang Tahun Sahabat

Kali pertama saya bertemu dua sahabat saya yaitu pertengahan bulan April beberapa tahun lalu. Saat itu kami mengikuti kelas bahasa yang sama. Satu sahabat saya berasal dari Singaraja, Bali; satu yang lainnya dari Jatinegara. Yang dari Bali tampak begitu rendah hati dan sabar. Yang dari Jatinegara tampak mandiri, pandai dan kompetitif. Mungkin karena kami semua lahir di bulan April, rasanya tidak dibutuhkan waktu yang lama agar kami menjadi lebih dekat, meski sifat-sifat kami berbeda.

Dalam beberapa kali kesempatan, dua sahabat saya sering merasa tersendirikan di kelas. Mereka berdua merasa jelas menjadi minoritas dan ragu bahwa orang akan dapat menerima mereka apa adanya. Saya tahu betul bagaimana sulitnya menjadi minoritas karena saya pernah mengalaminya. Saat mereka tahu bahwa ada sedikit sejarah minoritas dalam diri saya, kami pun menjadi semakin dekat.

Satu sahabat saya diterima di sekolah yang sama dengan saya di Ithaca. Seperti melanjutkan persahabatan kami di tanah air, setiap hari kami saling menelepon. Apartment kami sebenarnya hanya berjarak 1 km dan kami sempat mengambil satu kelas yang sama. Kami bisa mengobrol berjam-jam di telepon, terutama jika teman saya ini ada kesusahan karena pacar-pacarnya. Sahabat saya ini begitu manis sehingga berbagai pria dari berbagai bangsa sempat jatuh hati kepadanya. Persahabatan kami terus berlanjut setelah kami lulus dan bekerja di tempat yang sama. Namun kami harus berpisah saat dia memilih menjadi ibu rumah tangga setelah melahirkan. Saya merasa salut bahwa wanita mandiri, pandai dan aktif seperti dia bisa rela mengorbankan segalanya dan bisa berbahagia dengan tantangan barunya mengurus keluarga. Terakhir saya mendengar bahwa dia sudah dikaruniai anak kedua dan berpraktek dokter gigi di rumahnya.

Sahabat saya yang dari Bali juga mendapat sekolah di Amerika, tapi di negara bagian Indiana. Kami rajin saling berkirim email. Kami juga sempat bepergian bersama teman-teman Indo lainnya ke New York City dan Washington D.C. Sayang sekali dia belum sempat mengunjungi apartment saya serta merasakan masakan saya. Setelah lulus, saya semakin dekat dengan sahabat saya itu. Kami sering meluangkan waktu untuk makan-makan sepulang kerja atau pas jam makan siang; sekaligus berbagi cerita menarik (dan gossip :P) tentang rekan-rekan satu kantor, keluarga atau perkembangan teman-teman dan guru di kelas bahasa dulu. Terkadang kami melihat berbagai pameran bersama-sama, terutama jika ada pameran kerajinan dan perumahan. Kami juga sering berangkat bersama-sama pergi ke acara pernikahan teman-teman. Kedekatan kami sudah membuat orang-orang di kantor curiga bahwa kami berpacaran. Tapi kami hanya tertawa-tawa saja bila mendengar komentar-komentar seperti itu. Dia sendiri sebenarnya sudah tahu kalau saya sudah punya pacar. Meski demikian, kami tetap bisa meluangkan waktu untuk mengobrol dan makan-makan. Obrolan kami selalu menarik. Kami saling menghargai dan berbahagia sudah bersahabat dekat.

Hampir setahun lalu, saat saya pulang kampung untuk melakukan penelitian, saya mendapat kabar bahwa sahabat saya ini mengalami gangguan di kelenjar thyroid-nya. Setelah berkonsultasi dengan berbagai dokter di Jakarta, Bandung dan Singapura, akhirnya dia memutuskan untuk menjalani operasi di Singapura. Untuk kesembuhannya, sahabat saya mengambil cuti panjang dari pekerjaannya. Mungkin karena kondisi yang masih lemah, baru-baru ini dia juga terserang typhus dan DBD sehingga harus dirawat di rumah sakit. Cuti kerja-nya diperpanjang, dan dia juga masih harus menjalani therapy di Singapura.

Ingin sekali saya bisa menengok sahabat saya, tapi waktu belum memihak. Saya membayangkan betapa berat tantangan yang harus dihadapi sahabat saya sejak dulu hingga sekarang. Sekitar tiga tahun lalu, ayahnya mendapat serangan jantung dan sejak itu sahabat saya menjadi tumpuan keluarganya. Sekarang, dia harus berjugan melawan penyakit yang dideritanya, serta menunda banyak cita-citanya, di antaranya untuk segera menemukan tambatan hati dan melanjutkan sekolah. Namun saya percaya bahwa sahabat saya ini memiliki kepribadian yang kokoh dan pantang menyerah. Sikapnya yang selalu rendah hati, sabar dan pengertian bisa menjadi modal utamanya untuk meringankan semua beban yang sekarang ada di pundaknya.

Tanggal 4 April ini, sahabat saya akan berulang tahun. Selamat ulang tahun, sahabat. Semoga tahun ini menjadi tahun yang memberikan kesehatan, rejeki dan kebahagiaan untukmu. Semoga terapi terakhir di Singapura kali ini memberikan hasil yang memuaskan dan membawa kesembuhan. Juga selamat merayakan Waisak pada tanggal 13 April nanti. Semoga perayaannya membawa ketenangan, dan semoga semua harapanmu akan kehidupan dan kebahagiaan tercapai.

Saya juga mengucapkan selamat ulang tahun untuk sahabat dari Jatinegara, meski lebih awal dari hari ultah-mu tanggal 19 April nanti. Saya berharap semoga tahun ini memberikan kebahagiaan yang melimpah untuk keluarga dan anak-anakmu. Dan jika saya pulang kampung lagi, moga-moga saya bisa mendapat jadwal periksa gigi di klinikmu yang mungil.

posted by Leo at 06:41

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004