<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, October 21, 2006

Kerukunan Dalam Keseharian

Pesan kerukunan dalam keseharian mungkin menjadi salah satu pelajaran berharga saat membaca buku "Ortu Kenapa Sih?" Buku ini merupakan kiriman khusus Mbak Lili yang menuliskan pengalamannya di bagian paling pertama di buku itu. Thanks Mbak untuk bukunya. Dan ini sekedar kesan saya mengenai buku ini.

Membaca buku ini seperti membawa kilas balik keseharian saya saat masih berkumpul dengan Ibu dan kakak. Keseharian yang tidak saja diisi dengan keceriaan dan kekompakan untuk saling mendukung satu sama lain, tapi juga dengan banyak kesempatan untuk berbeda pandangan dan pendapat. Semua ini karena ada tiga orang dalam satu keluarga yang memiliki jati diri yang berbeda. Masing-masing dari kami memiliki cara berinteraksi yang berbeda, juga cara merespon yang berbeda untuk setiap kejadian di keluarga. Dalam banyak hal kami berusaha keras untuk saling mengerti, dan dalam banyak kesempatan lain kami juga berusaha keras mempertahankan pilihan dan pendapat masing-masing.

Jati diri dan pilihan yang berbeda juga merupakan referensi yang saya temukan saat membalik-balik lembaran-lembaran pengalaman yang tertuang di buku ini. Setiap pengalaman yang tertuang terkesan begitu personal. Namun apa yang terjadi antara orang tua dan anak di keluarga yang berbeda, bisa juga terjadi di antara anak-anak di dalam keluarga yang sama. Hikmah yang mungkin bisa diambil yaitu tentang pentingnya menjaga hubungan yang baik di antara sesama manusia.

Beberapa pengalaman di dalam buku ini mengajukan pemikiran dan pilihan solusi yang baik, beberapa lainnya memberikan pengertian tanpa harus diungkapkan dalam kalimat kesimpulan dan interpretasi yang sulit. Sederhana, apa adanya dan begitu dekat dengan keseharian remaja. Ada kalanya saya ikut terharu saat membaca bagian akhir dari beberapa pengalaman yang menunjukkan bahwa kita terkadang harus mengalah untuk menang, bahwa kita perlu bersikap rendah hati dalam perbedaan, dan bahwa kita perlu menghilangkan prasangka buruk terhadap orang lain.

Lho, bukannya buku ini untuk remaja? Saya kan tidak remaja lagi? :P Memang, mungkin. Tapi saya berpendapat bahwa buku ini lebih kaya dari kategori buku remaja. Buku ini dapat menjangkau setiap orang yang ingin melihat kembali dan belajar memperbaiki hubungan di antara sesama manusia. Ini termasuk untuk orang tua, yang meskipun sudah berpengalaman menjadi anak dan banyak makan asam garam kehidupan, tetapi tetap memerlukan penyegaran. Buku yang memiliki ragam pengalaman dan sisi pendapat remaja ini bisa menjadi sarana penyegaran dan diskusi di antara anggota keluarga.

Kerukunan dalam keseharian mungkin merupakan simpul dari rajutan perbedaan dalam keluarga. Bila ada tiga kepala yang berbeda dalam satu keluarga, seperti dalam keluarga saya dulu, hanya kerukunan dalam keseharian yang membuat tiga orang itu tampak seperti keluarga. Tapi "tampak" saja tidak cukup karena menjaga kerukunan itu sangat sulit, terutama bila masing-masing pribadi belum menyediakan hati yang lapang untuk minta maaf dan memaafkan. Yang terakhir ini Insya Alloh bisa menjadikan simpul keluarga tetap terjalin erat, bahkan lebih erat. Ini juga menjadi kesimpulan dari yang apa yang bisa saya pelajari setelah membaca buku ini.

Terima kasih sekali lagi untuk Mbak Lili, dan komentar terakhir: niat baik para penulis untuk berbagi pengalaman dan menyampaikan pelajaran hidup di buku ini sudah tercapai. Salut dan selamat.

Kepada rekan-rekan blogger:
Kartu Lebaran

posted by Leo at 08:33

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004