<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Monday, December 31, 2007

Catatan Yang Tersisa di Tahun 2007

Di awal tahun 2007 saya mengutip lagu “Cool Change” untuk menandai tekad saya untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Alhamdulillah saya sendiri merasakan ada perbaikan, dan perbaikan itu saya raih dalam situasi yang turun naik. Namun ada beberapa hal yang masih menjadi catatan sebagaimana lumrahnya setiap perjalanan hidup.

Hanya sedikit buku fiksi yang saya baca selama tahun 2007. Satu di antaranya yaitu Man and Boy karya Tony Parsons. Awalnya saya merasa tidak terlalu sulit untuk begitu saja membacanya, tapi ternyata sebaliknya. Saya membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan untuk menyelesaikannya. Saya seperti tumbuh bersama tokoh utama di dalam buku itu. Di bagian awal, saya merasa gemas dan kesal karena membaca betapa kekanak-kanakannya sikap seorang pria yang sudah menikah dan memiliki anak. Namun dengan berjalannya cerita, saya menyadari bahwa tidak mudah bagi seseorang untuk berubah.

Niat untuk berubah tidak selalu memberi hasil seperti yang direncanakan karena hidup tidak selalu berjalan lurus. Dalam perjalanan, setiap orang menemukan pengalaman baru, bertemu orang baru, mendapat kesempatan baru dan/atau mendapat masalah baru. Saat sang tokoh utama dalam buku yang saya baca mencoba berubah, orang-orang dan kondisi di sekitarnya juga berubah. Tidak mudah. Apa yang dia miliki lepas satu per satu, dan yang dia lakukan adalah tetap bertahan dan terkadang pasrah ikut mengalir bersama perubahan yang ada. Cerita berakhir tidak sempurna, namun sang tokoh utama paling tidak sudah mendapatkan jalan untuk dapat hidup bahagia.

Bagi saya sendiri, membaca buku ini membuat saya sadar bahwa semakin bertambah umur dan semakin tinggi pencapaian hidup, cobaan akan semakin besar dan akan semakin sulit untuk bisa mewujudkan perubahan seperti yang saya inginkan. Dan meski perubahan di tahun 2007 tidak semuanya terwujud, saya berharap hasilnya masih bisa memberikan kesan “Cool Change” seperti yang saya harapkan.

Hal lain yang menjadi catatan tutup tahun 2007 bagi saya yaitu kenyataan bahwa saya masih sering sakit hati dengan kondisi yang saya amati dari kehidupan sebagian saudara di Jakarta yang kurang beruntung. Beberapa kali sejak pulang saya menyaksikan orang ditabrak dan kendaraan saling bertabrakan di jalan. Pada banyak kesempatan lain, saya menyaksikan seorang ibu berbaju lusuh duduk bersimpuh di luar pagar terminal merapikan karung plastik yang mungkin satu-satunya harta yang dia miliki; seorang anak kecil yang mungkin berumur 5 tahun mencoba menyanyikan lagu salah satu group rock yang sedang populer dengan suara kurang bersemangat di dalam kopaja; orang-orang yang turun naik angkot membagikan amplop sumbangan pembangunan masjid di Bogor; seorang ibu menggendong bayi dan membawa karung yang menunjuk ke arah anaknya yang sedang berlari memburu sampah gelas air mineral di sela-sela para eksekutif muda yang bergegas di trotoar jalan Rasuna Said; atau pemandangan seorang ibu yang sedang mengganti popok lusuh bayinya yang masih merah di trotoar luar Atrium Senen di tengah deru bising dan asap hitam kendaraan. Belum lagi bila melihat sampah bertebaran, lalu lintas yang kacau, dan berbagai berita bencana di tv. Hati saya tersiksa melihat semua ini dan menjadikan saya dengan mudahnya berangan-angan untuk hidup makmur sentosa dan steril dari keadaan, pemandangan dan pengalaman kurang menyenangkan.

Namun semua berubah saat saya berada 1 bulan di NZ. Saya merasa kehilangan kekayaan hidup yang saya peroleh di tanah air. Bukan kaya dalam hal materi, namun dalam kesempatan untuk bisa belajar dari pengalaman orang lain, berempati dan bersimpati dan turut membantu dengan apa saja yang bisa saya bantu. Masalah memang banyak dan mungkin kondisi yang sekarang belum dapat memampukan saya untuk mapan, namun saya bertekad untuk tidak menyerah. Yang diperlukan adalah membuat kesempatan yang biasa dan sedikit untuk bisa menjadi modal dalam menangkap kesempatan dan pencapaian yang lebih besar. Buku "The World is Flat", yang disarankan oleh seorang teman baik untuk dibaca, menjadi sumber inspirasi yang luar biasa untuk memiliki keyakinan bahwa kita bisa berkembang dan menciptakan kemajuan dimanapun kita berada.

Catatan terakhir yang tersisa di tahun 2007 terkait dengan kekaguman saya terhadap teman-teman dekat yang dapat hidup rukun dan bahagia dengan pasangannya masing-masing, seberapa pun besar perbedaan di antara mereka. Kebahagiaan mereka ternyata bisa menebar sampai ke dalam hati saya, yang selama ini masih belajar bagaimana menggenggam apa yang sudah saya dapatkan, mempertahankannya dan menjadikannya lebih erat. Saya ingin seperti mereka meski saya tidak tahu apakah mereka juga tumbuh dan belajar dalam siklus kebahagiaan yang naik turun. Yang saya tahu bahwa saya harus mencari dan berani menciptakan kebahagiaan, dan tidak pernah berhenti bercita-cita untuk hidup bahagia. Semua cinta dan kebahagiaan yang bisa saya berikan semoga menjadi sesuatu yang berharga, meski semuanya tampak biasa dan serupa titik kecil yang berkedip dalam alur kehidupan.

Dalam menutup catatan ini, saya teringat alunan merdu Sarah McLachlan saat menyanyikan lagu “Ordinary Miracle”. Apa yang saya alami dan capai di tahun 2007 mungkin serupa dengan apa yang dinyatakan dalam lirik lagu ini: suatu keajaiban yang sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Semoga tahun 2008 memberi lebih banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik. Selamat menapaki tahun 2008 dengan semangat baru :-)

Ordinary Miracle by Sarah McLachlan

It’s not that usual when everything is beautiful
It’s just another ordinary miracle today

The sky knows when its time to snow
You don’t need to teach a seed to grow
It’s just another ordinary miracle today

Life is like a gift they say
Wrapped up for you everyday
Open up and find a way
To give some of your own

Isn’t it remarkable?
Like every time a raindrop falls
It’s just another ordinary miracle today

Birds in winter have their fling
And always make it home by spring
It’s just another ordinary miracle today

When you wake up everyday
Please don’t throw your dreams away
Hold them close to your heart
Cause we are all a part
Of the ordinary miracle

Ordinary miracle
Do you want to see a miracle?

Its seems so exceptional
Things just work out after all
It’s just another ordinary miracle today

The sun comes up and shines so bright
It disappears again at night
It’s just another ordinary miracle today

It’s just another ordinary miracle today

posted by Leo at 22:16

Saturday, December 22, 2007

Para Pencuri Hati

Ini sambungan dari keterkejutan saya di pagi hari, Jum’at 7 Desember yang lalu. Saat bergegas gosok gigi dan cuci muka untuk bersiap ke gym, lagu “Layang-layang” dan “Romo ono maling”, meski amburadul tidak taat lirik, sangat lekat di ujung lidah dan segala penjuru otak saya. Namun meski saya ikut berdendang, hati saya tidak bisa berdalih. Ada sesuatu yang sedang mengganggu; meski tidak sampai pusing tujuh keliling. Mo, mo, mo, mo, Romo, ono maling; yen aku edan opo Romo ra kelangan. Mo, mo, mo, mo, Romo, ono maling; thelak thelik atiku ora karuan...

Hati saya cemas memikirkan bagaimana saya mengakhiri tahun 2007 ini karena banyak perubahan yang terjadi setahun ini yang benar-benar di luar dugaan. Tahun 2007 boleh dianggap sebagai tahun turun naik, meski turunnya masih bisa disiasati untuk bisa kembali melompat naik. Tahun 2007 juga merupakan tahun dengan twist terbanyak, karena setiap pencapaian dan kebahagiaan langsung diikuti dengan teka-teki yang memusingkan. Kesulitan-kesulitan seakan mengintip setiap saat untuk kemudian segera menantang hidup saya dari segala sudut. Kesulitannya tidak saja yang besar, tapi juga yang kecil-kecil yang sudah membuat saya banyak kecolongan dalam waktu, tenaga dan biaya.

Terkadang saya berpikir, mungkin saya terlalu memaksakan banyak hal untuk bisa terwujud di tahun 2007. Saya sering ingin melawan dan tidak sabar untuk bisa melihat semuanya selesai dengan rapi dan sempurna. Bila mengingat semua ini, saya kembali yakin bahwa apapun usaha yang dilakukan, seharusnya diiringi dengan sikap sabar dan pasrah diri kepada Sang Penentu Nasib. Bila prosesnya sulit, jangan dilawan. Lebih baik diteliti dan dijalani satu per satu dengan memperhatikan situasi dan kondisi. Mo, mo, mo, mo, Romo, ono maling, ndang cekelen gawanen mrene jo dilawan.

Lantas, bagaimana saya akan mengakhiri tahun 2007 ini? Sebelum saya berangkat ke NZ, saya sudah bersiap-siap termasuk untuk menghadapi hal-hal yang terburuk sekalipun. Saya hanya memasrahkan hasil dari segala yang sudah saya usahakan selama paruh tahun 2007. Dan memang, satu per satu hambatan mulai terurai menjelang akhir tahun 2007. Campuran antara pencapaian dan halangan masih ada, namun semuanya mencair perlahan tapi pasti. Saya juga sudah mencoba meneropong kemungkinan dan kesempatan di tahun mendatang. Dan di akhir tahun ini sudah ada titik harapan yang Insya Alloh membuat awal hidup saya di tahun 2008 akan kembali lancar.

Nyekel maling pantese yo digebugi. Aduh Romo luwih becik aku mati. E, e, e, e, thole, malinge opo nggegirisi? Tobat Romo, malinge niku ayune setengah mati. Sing digondol opo? Niki sing gemandul niki. Gemandul sing ngendi? Niki sing ten njero niki. Njero sing ngendi? Niki lo sing ten njero dada. Ati kulo sing digowo lunga?

Pada tahun 2007 saya mati-matian berusaha menghindari para pencuri yang sudah mendatangkan halangan dan rintangan. Pada tahun 2008, kalau pun para pencuri itu tetap datang, saya mengharapkan semoga mereka adalah para pencuri hati yang membawa kebahagiaan dan ketentraman, bukan yang sebaliknya. Mungkin saya bahkan akan berburu para pencuri hati itu, bila memang tidak ada satupun yang menghampiri. Dari sekian banyak harapan bertemu para pencuri hati, mungkin ada 8 yang bisa saya sebutkan sekarang (sekaligus menjawab tag dari Ono) yaitu saya mengharapkan bertemu dengan para pencuri:
  1. Yang memikat hati saya dengan kesahajaan, kearifan dan kesabaran dalam bersikap dan menjalani hidup. Hal ini agar hidup saya selalu dekat dengan Sang Pencipta dan bisa berjalan dengan lancar.
  2. Yang memikat hati saya dengan banyak kesempatan emas dalam berkarier dan mengembangkan diri. Hal ini penting karena sudah saatnya bagi saya untuk move on, tidak belajar terus. Belajar memang tetap berjalan, tapi tidak menjadi roda utama hidup:-)
  3. Yang memikat hati saya dengan cinta dan kasih sayang, dan mampu memberikan semangat, keseimbangan, kebahagiaan dan nilai tambah hidup. Tidak perlu pencuri yang dimaksud begitu sempurna dalam memikat hati saya, karena ketulusan akan lebih bermakna (huhuy:P)
  4. Yang memikat hati saya dengan disain minimalis, sederhana, teduh, mudah perawatan, luas dan ketentraman. Lho? Ini terkait dengan tempat bernaung yang tetap, yang membuat hidup lebih settled ;-)
  5. Yang memikat hati saya dengan persahabatan, kebersamaan dan toleransi. Hal ini penting karena saya masih membuka hati untuk menerima banyak teman baru dan memupuk hubungan dekat dengan teman-teman lama.
  6. Yang memikat hati saya dengan kolesterol rendah, berat badan ideal, nafas panjang, mata bening, wajah segar-awet muda dan nilai tambah berupa bentuk badan yang ideal.
  7. Yang memikat hati saya dengan kosa kata yang membuat lidah saya semakian terlatih dan kaya dalam bercakap berbagai bahasa. Dan semoga saya bisa memutuskan, bahasa mana dulu yang akan saya pelajari: Spanyol, Mandarin, Arab, Perancis, atau Rusia.
  8. Yang memikat hati saya dengan banyak kesempatan mengunjungi berbagai tempat baru, baik di tanah air maupun di penjuru dunia.
Sebenarnya, masih ada 4 pencuri hati yang ingin saya temui juga di tahun 2008. Namun daftar ini tampaknya sudah cukup mewakili harapan dan keinginan terbesar yang saya miliki untuk tahun 2008. Semoga saya memperoleh rahmat dan perlindungan dalam menata kehidupan saya di tahun 2008 dan tahun-tahun mendatang, sehingga saya dapat mewujudkan semua harapan dan meraih kebahagiaan. Amin.

posted by Leo at 01:53

Friday, December 07, 2007

Melayang

03.30 AM
“Layang layang... layang layang yang ku sayang... jauh tinggi melayang...” Tiba-tiba otak saya dipenuhi lirik-lirik lagu ini, dan saya pun terbangun. Saya tidak ingat mimpi saya malam itu, tapi lirik-lirik lagu ini begitu lekat di kepala. Lagu Koes Plus yang dulu sering saya dengar di radio, atau lewat alunan suara kakak angkat saya yang sedang mencuci baju. Kenapa muncul lagi?

Lampu kamar masih menyala. Saya pun teringat bahwa saya belum shalat Isya sedang waktu Subuh tinggal 16 menit lagi. Saya bergegas mengambil air wudhu, shalat dan membaca beberapa ayat/doa sebelum lanjut ke shalat Subuh. Setelah itu saya beranjak tidur lagi... tapi begitu memejamkan mata, lirik lagu “Layang-layang” kembali muncul... dan tidur saya selepas waktu subuh pun penuh dengan suara-suara Koes Plus dan permainan layang-layang...

Kepergian saya ke NZ sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 5 bulan yang lalu karena saya beranggapan, tidaklah lama bagi para penguji untuk membaca thesis saya yang panjangnya 373 halaman. Namun ternyata mereka membutuhkan waktu 6 bulan, dan perasaan saya pun sempat melayang-layang di Jakarta, antara keinginan untuk segera pergi-ujian-dan selesai, dengan keinginan bekerja penuh mengejar sesuap berlian eh nasi. Saya pun sempat melayang-layang, seperti layang-layang yang melambung jauh tinggi melayang, tapi tidak bisa pergi jauh-jauh karena masih terikat dan dikendalikan pihak universitas. Atau seperti perumpamaan teman kantor yang menganggap saya sebagai “roh” gentayangan di alam barzah, antara kantor di Jakarta yang dianggap sebagai dunia (karena harus kerja) dan Lincoln-NZ yang dianggap sebagai surga (karena tinggal belajar dan terima uang—meski bukan gambaran yang 100 persen benar karena saya harus giat belajar/membaca/menulis dan jalan-jalan...).

Alhamdulillah, meski saya sempat cemas menunggu selesainya dokumen keberangkatan, saya bisa pergi ke NZ dan segera ujian, dan selesai. Waktu 5 hari persiapan ujian sejak saya datang di NZ ternyata cukup; dan kecemasan saya bahwa saya sudah lupa dengan apa yang saya tulis ternyata tinggal kecemasan. Saat ujian lisan, saya justru seperti seorang dosen yang menggurui murid-murid yang dengan antusiasnya bertanya. Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Setelah 10 menit presentasi dan 100 menit dicecar pertanyaan, saya pun diberi ucapan selamat dan boleh mencantumkan tiga huruf tambahan di belakang nama saya. Semua proses berjalan seperti melayang... tidak ada hambatan, dan perasaan saya kembali melayang... Alhamdulillah.

Hari Rabu lalu, saya sudah menyerahkan perbaikan thesis dan sekarang menunggu persetujuan untuk penjilidan. Periode seminggu setelah ujian dan masa perbaikan thesis masih memberi waktu yang cukup untuk menyalurkan hobby memasak, bertemu dengan teman-teman, berparade di tengah keramaian Christchurch city center dengan berbusana pengantin Jawa, dan membantu teman pindahan rumah. Semua masih tertangani. Dan dengan kondisi pergelangan tangan kanan yang semakin membaik, sudah saatnya saya bisa kembali mengayun raket dan bertemu dengan kawan dan lawan tanding di lapangan badminton.

Layang layang... layang layang benang panjang... Saya pikir, hidup saya di NZ saat ini seperti layang-layang yang bergerak ke kanan dan ke kiri; bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman dari semua sisi. Layang-layang yang menikmati indahnya lukisan awan-awan di langit Aotearoa... the land of the long white cloud, yang keindahan tempat-tempat wisata alamnya begitu menakjubkan. Layang-layang yang merasakan hembusan angin musim panas, yang masih berubah-ubah antara dingin dan hangat, seperti suasana hati saya yang hangat karena dikelilingi teman-teman baik dan sedang mendapat berkah kelancaran, dan yang dingin karena jauh dari orang-orang yang saya cintai.

Saya melayang bagai layang-layang yang melayang tinggi, meski saat ini kendalinya sudah berubah tangan, dengan benang yang terjulur panjang melintas benua dan lautan. Bila benang kendali yang terulur sudah saatnya digulung, saya pun akan segera pamit kepada awan-awan putih bersih yang panjang dan kembali ke bumi, entah untuk disimpan, diperbaiki dan/atau kembali diterbangkan melayang-layang di udara pertiwi.

*

Mo, mo, mo, mo, Romo, ono maling
Tulungono anakmu sing kemalingan... mo, mo, mo, mo, Romo...

Lho? Pagi ini memang aneh. Saat bangun jam 6.00 AM, lagu “Layang-layang” Koes Plus sudah “disandingi” dengan lagu Jawa yang dialunkan penyanyi Batak jaman baheula pisan: Edi Silitonga. Ckckck... ada apakah ini? (Bersambung)

posted by Leo at 06:07

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004