<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://draft.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Friday, December 07, 2007

Melayang

03.30 AM
“Layang layang... layang layang yang ku sayang... jauh tinggi melayang...” Tiba-tiba otak saya dipenuhi lirik-lirik lagu ini, dan saya pun terbangun. Saya tidak ingat mimpi saya malam itu, tapi lirik-lirik lagu ini begitu lekat di kepala. Lagu Koes Plus yang dulu sering saya dengar di radio, atau lewat alunan suara kakak angkat saya yang sedang mencuci baju. Kenapa muncul lagi?

Lampu kamar masih menyala. Saya pun teringat bahwa saya belum shalat Isya sedang waktu Subuh tinggal 16 menit lagi. Saya bergegas mengambil air wudhu, shalat dan membaca beberapa ayat/doa sebelum lanjut ke shalat Subuh. Setelah itu saya beranjak tidur lagi... tapi begitu memejamkan mata, lirik lagu “Layang-layang” kembali muncul... dan tidur saya selepas waktu subuh pun penuh dengan suara-suara Koes Plus dan permainan layang-layang...

Kepergian saya ke NZ sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 5 bulan yang lalu karena saya beranggapan, tidaklah lama bagi para penguji untuk membaca thesis saya yang panjangnya 373 halaman. Namun ternyata mereka membutuhkan waktu 6 bulan, dan perasaan saya pun sempat melayang-layang di Jakarta, antara keinginan untuk segera pergi-ujian-dan selesai, dengan keinginan bekerja penuh mengejar sesuap berlian eh nasi. Saya pun sempat melayang-layang, seperti layang-layang yang melambung jauh tinggi melayang, tapi tidak bisa pergi jauh-jauh karena masih terikat dan dikendalikan pihak universitas. Atau seperti perumpamaan teman kantor yang menganggap saya sebagai “roh” gentayangan di alam barzah, antara kantor di Jakarta yang dianggap sebagai dunia (karena harus kerja) dan Lincoln-NZ yang dianggap sebagai surga (karena tinggal belajar dan terima uang—meski bukan gambaran yang 100 persen benar karena saya harus giat belajar/membaca/menulis dan jalan-jalan...).

Alhamdulillah, meski saya sempat cemas menunggu selesainya dokumen keberangkatan, saya bisa pergi ke NZ dan segera ujian, dan selesai. Waktu 5 hari persiapan ujian sejak saya datang di NZ ternyata cukup; dan kecemasan saya bahwa saya sudah lupa dengan apa yang saya tulis ternyata tinggal kecemasan. Saat ujian lisan, saya justru seperti seorang dosen yang menggurui murid-murid yang dengan antusiasnya bertanya. Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Setelah 10 menit presentasi dan 100 menit dicecar pertanyaan, saya pun diberi ucapan selamat dan boleh mencantumkan tiga huruf tambahan di belakang nama saya. Semua proses berjalan seperti melayang... tidak ada hambatan, dan perasaan saya kembali melayang... Alhamdulillah.

Hari Rabu lalu, saya sudah menyerahkan perbaikan thesis dan sekarang menunggu persetujuan untuk penjilidan. Periode seminggu setelah ujian dan masa perbaikan thesis masih memberi waktu yang cukup untuk menyalurkan hobby memasak, bertemu dengan teman-teman, berparade di tengah keramaian Christchurch city center dengan berbusana pengantin Jawa, dan membantu teman pindahan rumah. Semua masih tertangani. Dan dengan kondisi pergelangan tangan kanan yang semakin membaik, sudah saatnya saya bisa kembali mengayun raket dan bertemu dengan kawan dan lawan tanding di lapangan badminton.

Layang layang... layang layang benang panjang... Saya pikir, hidup saya di NZ saat ini seperti layang-layang yang bergerak ke kanan dan ke kiri; bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman dari semua sisi. Layang-layang yang menikmati indahnya lukisan awan-awan di langit Aotearoa... the land of the long white cloud, yang keindahan tempat-tempat wisata alamnya begitu menakjubkan. Layang-layang yang merasakan hembusan angin musim panas, yang masih berubah-ubah antara dingin dan hangat, seperti suasana hati saya yang hangat karena dikelilingi teman-teman baik dan sedang mendapat berkah kelancaran, dan yang dingin karena jauh dari orang-orang yang saya cintai.

Saya melayang bagai layang-layang yang melayang tinggi, meski saat ini kendalinya sudah berubah tangan, dengan benang yang terjulur panjang melintas benua dan lautan. Bila benang kendali yang terulur sudah saatnya digulung, saya pun akan segera pamit kepada awan-awan putih bersih yang panjang dan kembali ke bumi, entah untuk disimpan, diperbaiki dan/atau kembali diterbangkan melayang-layang di udara pertiwi.

*

Mo, mo, mo, mo, Romo, ono maling
Tulungono anakmu sing kemalingan... mo, mo, mo, mo, Romo...

Lho? Pagi ini memang aneh. Saat bangun jam 6.00 AM, lagu “Layang-layang” Koes Plus sudah “disandingi” dengan lagu Jawa yang dialunkan penyanyi Batak jaman baheula pisan: Edi Silitonga. Ckckck... ada apakah ini? (Bersambung)

posted by Leo at 06:07

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004