<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, April 21, 2007

A Journey Through Middle Earth (Part 2)

Asal Muasal

"Hey, you... Are you that Indian guy?" Saya terkejut saat berjalan menuju ke kampus dan ada satu orang dari Afrika atau Amerika Tengah sudah menunggu dan memicingkan mata sekitar 50 meter di depan saya. Dengan perasaan heran, saya menengok ke belakang dan tidak menemukan ada orang India. "Yes, YOU. How are you? Are you that Indian guy?" Dengan heran saya menjawab "Me? I'm fine, thanks. But I'm not Indian" Dia melambaikan tangan, "Come closer, walk faster so I can see you..." Weleh-weleh... sudah teriak-teriak masih tidak kelihatan juga... Saya menahan tawa dan bergegas menghampiri dia. Setelah sekitar 10 meter, dia berkata "Oh... you look Asian now... Sorry, I thought you're the Indian guy I met yesterday. I am heading to town... Ok. See you." Dia langsung pergi melengos. Kecele nih ye... Lagipula... apa India itu bukan Asia?

Dugaan bahwa saya mirip orang India menjadi tambahan untuk daftar dugaan tentang asal muasal saya, dan tidak ada satupun yang tepat menduga saya orang Indonesia. Berikut daftar dugaan tentang asal muasal saya, hasil dari tebak-tebakan, tanpa hadiah, orang-orang yang baru mengenal saya.

Pertama: Filipina. Alasannya: raut wajah dan rambut, tinggi badan :( dan nama. Tebakan ini tidak saja menjadi favorit orang Amerika, tapi juga orang New Zealand dan Belanda. Kedua: Meksiko. Alasannya: raut wajah, mata dan nama. Ini merupakan tebakan tertinggi kedua dari orang-orang di Amerika. Sebagian dari mereka menduga saya memiliki darah Indian... Leo... si "Penggembala Bison dari Timur"....

Ketiga: Malaysia. Alhamdulillah... paling tidak ada yang bisa menebak kalau saya itu masih termasuk Melayu 'coret'. Alasannya: raut wajah dan warna kulit, bentuk mata dan... lagi-lagi, tinggi badan :(. Ini dugaan paling jitu dari orang-orang yang pernah berkunjung ke Malaysia, Thailand, Singapore dan... Indonesia (malang nian nasibku...).

Keempat: saya berasal dari RRC atau Taiwan... Haiiiiiyah! Mungkin karena badan ramping, suka makan nasi dan mie (mie mie indomie...), bentuk mata, luar biasa rajin (hehehe...) dan sedikit lebih putih dibandingkan Melayu, saya sering diajak bicara Mandarin oleh kasir/pemilik Chinese Supermarket di sini. Bila saya menjawab dalam bahasa Inggris, mereka tertegun sejenak lalu minta maaf. Mungkin mereka pikir saya termasuk generasi yang tidak bisa berbahasa Mandarin. Saya sempat berpikir, andai dulu nenek moyang saya tidak menikah dengan orang Jawa, mungkin saya bisa berbahasa Mandarin :). Pengalaman lain yaitu saat saya mengantar teman dari Turki membuka bank account di kampus. Sang teller mengakhiri pembicaraan panjang tentang pengalaman dia berkunjung ke Turki dengan "I'm sure I'll remember you since you look different than others." Dan tiba-tiba keluarlah komentar "It would be difficult for me to remember him, though, since he is Chinese" sambil tangannya merujuk ke saya... Wow... Tapi saya memaafkan dia... maklum teller baru.

Kelima: Vietnam atau Nepal. Alasannya: bentuk mata dan... tinggi badan... Sudah habis energi untuk bertanya-tanya mengapa orang mempersoalkan tinggi badan. Tapi saya mungkin perlu berpikir positif bahwa orang lain menilai orang Indo termasuk tinggi-tinggi :D. Dugaan-dugaan yang lain yaitu: saya berasal dari Srilanka, Peru, Singapore dan Thailand. Teman dari Turki juga berkomentar bahwa jika saya pergi ke Turki, mungkin saya akan dikira berasal dari Kirgistan, Tajikistan, dll. Sebenarnya ada satu dugaan lain yang membuat saya sedikit tersanjung (meski tidak sampai bermain di sinetron dengan judul serupa) yaitu campuran Asia dan Italia. Ini berkat paduan kata pertama dan kelima dari nama saya. Memang, bila nama saya diucapkan oleh Elisa, teman saya, dengan lafal Italia yang kental... saya seperti berasal dari kampung yang sama dengan sang maestro Da Vinci, Del Piero dan Cannavaro... atau paling tidak sudah 'sekampung' dalam semangat mencetak prestasi, meski saya masih dalam taraf pribadi :).

Dugaan tentang asal muasal saya akan lebih menarik bila saya mengambil pengalaman saat bertemu teman-teman sebangsa dan setanah air. Sekitar 70 persen akan menduga bahwa saya berasal dari Sumatra Barat. Awal nama saya yang terdengar 'asing' menjadi alasan pertama. Nama ini juga membuat sebagian orang menduga saya berasal dari Manado atau Toraja. Yang terakhir ini mungkin berlatar belakang religi. Satu orang mengira saya orang Betawi (jadi nickname 'doel' itu sah! :P). Meski saya bersikap sehalus orang Jawa, saya tetap tidak banyak diakui sebagai orang Jawa karena tidak bisa berbahasa Jawa secara aktif. Tidak juga diakui sebagai orang Sunda, meski lahir dan besar di tanah Sunda. Kegagapan dalam berbahasa Sunda juga menjadi sebab. Alhasil, bila ditanya asalnya mana, saya menjawab "dari Bandung" karena Bandung sudah jadi factory outlet, jadi tidak semua orang Bandung harus selalu bisa berbahasa Sunda :P.

Lho mas, kirain mas ini Indo, blasteran, orang keturunan...kan namanya... “Ya memang, saya ini orang Indo nesia, blasteran dan keturunan langsung dari orang Kutoarjo dan orang Blora.”

posted by Leo at 10:50

Monday, April 09, 2007

A Journey through Middle Earth (Part 1)

Judul blog ini merupakan pemberian Wisa untuk mewakili rekaman perjalanan saya belajar dan hidup di New Zealand yang dituangkan di blog. Judul yang pas karena saya penggemar berat film the Lord of the Rings. Selain itu, judul ini seperti memberi kedalaman akan setiap pengalaman hidup saya di sini.

Hidup di NZ banyak memberi pelajaran berharga, tidak saja secara akademis dan ilmiah, tapi juga secara sosial dan personal. Saya menemukan babak kehidupan baru, kesempatan baru dan orang-orang yang memberi inspirasi baru. Dan bersamaan dengan bertambahnya usia hari Minggu lalu, saya ingin kembali melihat apa saja yang sudah saya alami selama saya hidup di sini. Kilas balik ini tentu tidak melulu tentang kehidupan saya di NZ karena banyak penggalan-penggalan pengalaman hidup saya lainnya yang berpengaruh dan menjadi landasan bagi pijakan saya di Middle Earth ini. Untuk memulainya, saya akan menulis sedikit tentang nama saya... nama yang sering membuat orang salah faham.

Filosofi di Balik Nama

Bila orang mengetahui nama lengkap saya, mereka sering mengganggap saya sedang bercanda. Lima kata yang tersusun menjadi nama saya, dengan kata ketiga berbunyi "Alias", membuat banyak orang dengan mudah memenggal-menggal nama saya. Namun ini hanya terjadi di Indonesia. Bila saya menggunakan nama saya di Amerika, Jepang, Thailand, Belanda dan New Zealand, tidak ada satupun orang yang berani memenggal nama saya tanpa bertanya terlebih dahulu. Saya menjadi merasa lebih tentram untuk menggunakan nama saya sesuai apa adanya di luar negeri.

Bila membuat kartu identitas atau membuka rekening di tanah air, saya harus berhati-hati dan jelas menuliskan/menyebutkan nama yang akan dicantumkan. Meski begitu, saya masih banyak menemukan kesalahan, termasuk di rekening bank dan kartu kredit. Petugas pendaftaran/customer service umumnya memenggal nama saya sampai di kata kedua, meski saya sudah menandai nama yang seharusnya dicantumkan. Kesalahan lainnya adalah memberi nama baru bagi saya, sehingga nama saya menjadi enam kata, menjadi terdengar gospel, atau menjadikan saya memiliki nama belakang "Santoso", padahal Santoso itu nama Paman saya. Kesalahan berikutnya adalah kesalahan ejaan, yang masih sedikit bisa ditolerir. Akibatnya, saya sering harus berpanjang-panjang menggurus penggantian nama dan kartu identitas.

Banyak orang tidak tahu bahwa menghargai nama orang lain adalah seperti menghormati orang tua dari si pemilik nama. Apapun asal-usul nama dan sejarahnya, semua memiliki filosofi, kenangan, harapan dan/atau doa dari pemberi nama.

Bagi saya sendiri, nama saya seperti harapan, doa dan kenang-kenangan dari orang tua. Lima kata yang terdapat pada nama saya merupakan gabungan dari pemberian almarhum Bapak dan almarhumah Ibu, dengan kata "Alias" di tengahnya yang seperti menyambungkan tali silaturahmi kedua orang tua saya untuk berkompromi tentang nama yang cocok untuk saya. Arti nama saya mengandung kesan kekaguman atas penciptaan, pemikiran dan penemuan yang cemerlang, serta harapan akan kekuatan lahir dan bathin dalam mencapai pencerahan diri.

Arti yang mungkin terdengar cukup berat bila dikaitkan dengan harapan orang tua untuk anaknya. Namun pengalaman hidup selama ini menunjukkan bahwa saya sudah berjalan beriringan dengan harapan yang dititipkan orang tua dalam nama saya. Semuanya menjadi bekal dan kenang-kenangan yang memberi saya kekuatan untuk menghadapi setiap rintangan dan menemukan cara dan kesempatan untuk terus berkembang, serta menemukan dinamika hidup dan pencapaian yang lebih tinggi.

Dan bila akhirnya saya memilih kata pertama dan terakhir dari nama saya untuk menjadi penanda resmi bagi identitas diri, saya seperti sudah menggabungkan dua kata yang dulu menjadi 'soal' di antara orang tua saya. Mungkin kedua orang tua saya dulu tidak menyadari bahwa dua kata ini sebenarnya begitu serasi dan sekaligus menegaskan harapan mereka akan putranya. Gabungan dua kata ini juga membuat nama saya enak didengar, dan terdengar internasional. Namun sayang sekali, masih banyak orang lain mengira mereka lebih tahu tentang nama saya... Mereka tidak di sini, tapi di tanah kelahiran saya sendiri...

posted by Leo at 10:07

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004