<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, November 19, 2006

Garage Sale

Tidak sulit mencari informasi garage sale di sini. Hampir setiap menjelang akhir pekan, saya membaca banyak iklan mengenai garage sale. Iklannya tersebar di mailing list, papan pengumuman, koran dan papan-papan karton bertuliskan "garage sale" yang disertai tanda panah dan/atau alamat. Biasanya garage sale akan dimulai pukul 9 pagi sampai sore atau tergantung larisnya barang-barang.

Sebagian besar garage sale memang ditujukan untuk melego barang orang-orang/keluarga yang akan pindah, atau melego barang-barang lama karena si pemilik sedang bersih-bersih rumah atau sudah memiliki barang-barang yang lebih baru. Biasanya, garage sale tipe ini memiliki pilihan barang-barang yang terbatas. Namun bila beruntung, banyak barang-barang bagus bisa di dapat. Contohnya, teman saya bisa mendapat satu set perlengkapan piknik, atau teman lain bisa mendapatkan kamera digital 5 mega pixel hanya seharga NZD 60 (Rp. 365 ribuan). Saya juga bisa mendapatkan perlengkapan memasak kue lengkap dan meja tv dari teman yang mengadakan garage sale karena akan pulang ke Jakarta. Tentu banyak bonus dan diskon apalagi karena saya gemar membantu angkut-angkut barang :D Juga mendapat baju batik baru, kotak antik dan kapal phinisi saat Mbak Anna mengadakan garage sale di rumahnya. Lumayan.

Penyelenggara garage sale juga bisa merupakan gabungan beberapa keluarga, komunitas atau organisasi nir laba. Barang-barang yang dijual bisa sangat beragam. Pengalaman mengunjungi Riccarton Sunday Market, membuat saya bisa hampir setengah hari berada di sana, melihat-lihat barang yang dijual. Barang-barangnya tidak semua bekas. Bahkan tanggal 17-19 November di Auckland diselenggarakan garage sale terbesar di NZ. Barang-barangnya merupakan hasil donasi dari masyarakat awam sampai para selebritis. Hasil penjualannya akan disalurkan untuk membantu program pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.

Sebenarnya banyak keuntungan yang bisa didapat dari kegiatan garage sale. Kegiatan semacam ini bisa ditujukan untuk mengajak orang untuk menyumbang barang-barang yang sudah tidak terpakai dan hasilnya bisa dimanfaatkan untuk membantu orang lain. Garage sale juga bisa dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antar tetangga, karena biasanya tetangga akan berdatangan, melihat-lihat barang sekaligus mengobrol, yang mungkin dalam hari-hari kerja sulit dilakukan.

Garage sale juga bisa dikatakan ramah lingkungan, karena barang-barang yang sudah tidak terpakai masih bisa dimanfaatkan oleh orang lain sehingga mengurangi beban sampah yang terbuang. Mahalnya biaya membuang barang yang tidak bisa didaur ulang mungkin juga mendorong orang untuk mengadakan garage sale. Selain itu, rumah menjadi lebih bersih.

Di sini, banyak barang bekas yang dijual di garage sale masih tampak baru karena perawatannya yang bagus. Memang perlu kesabaran jika ingin mendapatkan barang yang murah dan bagus. Terkadang garage sale bisa memberikan pilihan yang lebih ekonomis terutama untuk orang-orang yang hanya menumpang sementara tinggal di NZ, seperti saya. Selain itu, kegiatan berburu garage sale bisa menjadi pilihan untuk mengisi waktu luang di akhir pekan. Maklum, saya tinggal di desa dan tidak banyak terdapat hiburan :D

posted by Leo at 09:02

Saturday, November 11, 2006

Juru Foto Dilarang Protes!

Begitulah kira-kira jika saya mendapat kesempatan menjadi juru foto dadakan. Tidak boleh protes dengan pilihan lokasi dan gaya para "foto model". Ini termasuk saat acara pesta kembang api di sini. Dua teman saya merasa bosan menunggu acara dimulai, sedangkan pertunjukkan musik yang digelar semakin terdengar kurang menarik. Mereka pun mengajak saya berkeliling mencari sasaran lokasi foto. Tercetuslah ide: foto di depan mobil polisi, ambulance dan pemadam kebarakan yang memang disipakan untuk berjaga-jaga. Pikir-pikir seperti Crime Scene Investigation, tapi tak apalah...

Dua teman ini memang selalu lincah dan bersemangat jika ada panggilan berfoto. Yang satu biasanya langsung menyesal bila melihat hasilnya karena menganggap dirinya kurang fotogenik. Tapi setelah itu biasanya langsung minta berfoto lagi. Yang satunya lagi bisa tidak berhenti minta berfoto :P

Hari sudah mulai gelap, dan kami berjalan mendekati deretan mobil-mobil yang disiagakan. Saat mendengar suara obrolan beberapa polisi di balik ambulance, salah satu teman langsung mengajak berfoto dengan bapak-bapak polisi. Saya semula tidak mau menuruti, tapi karena juru foto dilarang protes, saya terpaksa mengikuti mereka sambil tertawa-tawa. Saya tertawa tambah keras setelah kenekatan mereka terbayar dengar kalang kabutnya 7 polisi yang berusaha melarikan diri. Baru kali ini saya melihat polisi bisa terbirit-birit menghindar. Kalaupun ada yang minta berfoto bersama, biasanya anak-anak, dan para polisi itu biasanya langsung tegap dan bersikap gagah. Sebaliknya, saat diminta berfoto dengan dua wanita biasa yang gemar berfoto, mereka jadi salah tingkah. Akhirnya, satu polisi yang "tertangkap" berusaha memanggil teman yang lainnya agar ada teman berfoto. Setelah berfoto, dua polisi itu langsung kabur juga menyusul rekan-rekannya yang lain.

Dua teman saya masih belum puas, dan meminta difoto di antara mobil-mobil polisi. Saya ingin protes karena hari sudah agak gelap, tapi sekali lagi, dilarang protes. Jadilah foto dengan pose Charlie's Angels. Setelah itu mereka berfoto dengan mobil ambulance dan pemadam kebakaran.

Kejadian seperti ini, sebenarnya tidak satu dua kali saya alami. Saat tour ke Bali sewaktu SMA, kejadiannya lebih nggilani :P Setelah semalaman naik bis yang mengebut dan hampir melindas beberapa sepeda, satu becak dan satu angkot, kami pun langsung tumpah ruah di pantai Kuta. Karena ini baru kali pertama saya mengunjungi Bali, saya masih sering melongo melihat para turis asing yang berpakaian minim sedang tergeletak dan berkeliaran di pantai.

Saat menyusuri pantai, tiba-tiba ada yang mencolek saya dari belakang. "Stop dulu, tolong dong difoto di sini". Salah satu teman laki-laki menyodorkan kameranya. Saya menerima kameranya dan berjalan mundur mencari posisi terbaik. Latar belakang pantai dan pohon kelapa memang bagus sekali. Teman saya langsung berpose. Klik, satu foto. "Lagi". Ok, difoto lagi. Dari lensa kamera saya terkejut, lho, pose yang kedua sudah tidak pakai t-shirt. Tidak berpikir panjang dan klik, foto yang kedua.

"Lagi" Lho, kok lagi? Saya tanya mau berapa kali. Dia menjawab "Dua kali lagi, deh". Saat itu saya pun melongo, tapi langsung tertawa melihat dia melucuti celana pendek dan yang tertinggal hanya celana renang segitiga. Apa maksudnya? Dia pun berpose terbaring dengan sisi badan menghadap kamera. Ya ampun. Saya sudah terpingkal-pingkal, tapi dia tetap serius dan hanya berucap "Ayo difoto". Saya menolak, tapi dia bilang "Cepetan". Ya sudah, klik. Kali terakhir, dan saya hampir saja lari terbirit-birit melihat pose-nya: duduk bersimpuh dengan lutut rapat, satu tangan ke atas terlipat di balik kepala, kepala agak dongak, dada membusung dan menarik nafas sehingga perut tampak ramping. Teman-teman yang lain sudah berkumpul di belakang saya dan ikut tertawa terpingkal-pingkal. Tapi menjadi foto model memang harus tahan mental. Dan teman saya membuktikannya dengan tetap tersenyum dan serius berpose. Hampir seharian itu dia menjadi bulan-bulanan teman-teman yang lain. Nekat.

Pengalaman lainnya yaitu saat teman yang berkunjung ke Christchurch di hari Sabtu. Saya temani dia berjalan kaki mengelilingi pusat kota, sekaligus berfoto. Dia bersemangat sekali, dan selalu berkata "Kalau foto, di belakang saya harus ada bule-nya ya... supaya yakin di luar negeri" :D Ok, juru foto tidak boleh protes.

Hampir semua sudut pusat kota sudah difoto. Dan teman saya ini termasuk yang tidak sungkan meminta orang lain menjadi teman berfoto. Mulai dari pemusik jalanan, supir trem, penjual batu giok sampai salah satu bule tinggi besar yang, menurut dia, seperti bintang film yang namanya dia tidak ingat lagi. Pokoknya seperti bintang film. Saya kagum karena orang-orang yang diminta berfoto bersama selalu bersedia. Meski saat proses pendekatan itu, saya sering berdiri agak jauh dan baru mendekat bila dipanggil. Memang saya pada dasarnya penakut dan pemalu :P

Satu yang paling berkesan dari pengalaman jalan-jalan dengan dia adalah berfoto di depan bar/cafe. Teman saya, dengan percaya diri, langsung berpose di depan meja-kursi yang penuh pengunjung di depan sebuah bar. "Foto di sini, mas". Hah? "Iya, kalau bisa, tulisan "Beer" nya kena". Sempat tertegun beberapa detik, dan ingin tertawa keras, tapi urung karena saya berdiri di hadapan orang-orang yang sibuk makan sambil mengobrol. Bisa-bisa mereka mengira saya menertawakan mereka. Ok, juru foto dilarang protes. Supaya cepat selesai dan bisa pergi, saya klik saja.

Pengalaman-pengalaman seperti ini membuat saya sering berpikir bahwa saya perlu belajar lebih berani terutama dalam bersosialisasi, seperti dicontohkan teman-teman saya yang "gila" foto. Orang yang tampak asing, kaku, lebih besar, lebih cantik, lebih tampan, lebih pandai, lebih trendy, lebih garang belum tentu tidak bisa dijadikan teman. Coba dulu, hasilnya urusan nanti. Saya juga mungkin perlu belajar untuk lebih "nekat" jika ingin berhasil, meski juga harus tetap mempertahankan prinsip pribadi dan tidak melucuti jati diri untuk menjadi orang lain. Saya juga bisa belajar bahwa bersikap sopan sering membawa imbalan yang lebih baik. Bersikap kritis tapi tanpa prasangka, dan bersikap toleran tanpa perlu terbawa arus, mungkin bisa membuat saya bisa bertahan dalam lingkungan sekitar yang pasti dan akan selalu berubah.

Akhirnya, meski juru foto dilarang protes, saya sendiri merasakan keuntungan yang lebih banyak.

posted by Leo at 07:50

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004