<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, March 25, 2006

Jika Bosan

Sebenarnya banyak 'obat' tersedia jika merasa bosan di Christchurch. Setelah dua minggu menatap layar komputer mengubah posisi dan arah bentuk persegi, oval, tanda panah satu arah, panah dua arah, angka-angka dan berbagai nama variabel untuk mencari model yang pas, saya memutuskan untuk menerima tawaran menjadi model.

Tanggal 19 Februari 2006, saya resmi jadi pengantin. Seusai berenang, saya bergegas menuju salon milik Mbak Anna yang berperan sebagai manager tim Indonesia dalam 'Global Wedding Vaganza 2006'. Tidak perlu didandani, karena saya punya cukup pengalaman memakai jarik sendiri. Almarhumah Ibu saya dulu memiliki usaha sampingan menjadi perias pengantin, dan Kakak dan saya sering menjadi asisten beliau saat merias mengantin; jadi saya tahu bagaimana mengenakan baju pengantin terutama untuk pengantin pria. Meski blangkon-nya terlalu sempit untuk ukuran kepala saya, dan ada dua jenis kain yang kurang untuk dikenakan di bagian pinggang, serta tanpa keris, hasilnya sudah cukup baik. Satu pasang model lainnya mengenakan pakaian pengantin basahan.

Saat acara berlangsung, saya bisa berjalan dengan rileks di mini catwalk di hadapan penonton dan jempretan kamera. Pengalaman yang mengasyikan. Tapi ternyata sulit juga menjadi model karena kami berjalan terlalu cepat dan mata saya sulit berkompromi saat menghadapi kamera. Lima puluh persen hasil foto, termasuk foto dari panitia, memperlihatkan saya dengan mata terpejam. Jadi model ternyata membutuhkan 'kecanggihan' bahasa tubuh dan gerak mata yang tanggap kamera. Tapi tak apalah, pengalaman menjadi model amatiran rasanya sudah cukup memuaskan dan hasilnya masuk koran.



si doel jadi penganten
(untuk foto yang lebih besar, klik di sini).

Jika menjadi model pengantin sudah bisa sedikit mengurangi kebosanan bergelut dengan model-model matematika di komputer, saya masih perlu 'obat' untuk rasa bosan memasak. Satu cara 'pengobatan' yaitu makan siang di Asian food court yang murah meriah. Kebetulan saat itu sedang ada tarian barongsai karena masih ramai perayaan Chinese New Year. Saya merasa terhibur meski agak takut kalau barongsai itu akan menyenggol bakso Vietnam yang sudah saya pesan. Dua barongsai ini berkeliling dari satu kedai makanan ke kedai yang lain dan menerima buah (apel dan jeruk) dan amplop merah dari para pemilik kedai. Satu yang berkesan adalah goyangan ekor barongsai yang begitu lucu, seperti goyangan ekor anjing yang sedang senang. Keesokan harinya, setelah bermain badminton, saya dan flatmate pergi ke Victoria Square untuk menyaksikan Lantern Festival yang menandakan berakhirnya perayaan tahun baru Cina. Lampion-lampion indah dengan berbagai bentuk ditampilkan. Juga ada tampilan musik dan tarian, serta mini bazaar.



Chinese New Year

Saya merasa bahwa bulan Januari-Maret adalah bulan-bulan terbaik untuk mengunjungi Christchurch (dan NZ pada umumnya) karena banyaknya acara dan festival yang bisa dinikmati. Jika tahun ini saya hanya sempat melihat beberapa acara, tahun depan saya akan coba melihat lebih banyak. Salah satu yang baru-baru ini dilaksanakan yaitu 'Culture Galore' yang berisi tarian dan nyanyian dari berbagai budaya asal masyarakat yang tinggal di Christchurch, kedai-kedai makanan berbagai bangsa dan pameran. Anak-anak juga bisa bermain (gratis) wall climbing, mengukir batu, membuat layangan, melukis, tarik tambang, dll. Masyarakat Indonesia menampilkan tarian Jawa dan menjual makanan tradisional. Saya dan Dewi juga ikut meramaikan dengan menjual arem-arem perak berbendera merah putih dan kue lumpur (foto masih dicari :D). Arem-aremnya sengaja dibungkus aluminium foil karena daun pisang mahal sekali ;), dan meski kue lumpurnya agak kurang cantik dari segi bentuk, tapi rasanya tetap memuaskan. Stand Indonesia termasuk yang paling cepat habis, meski makanan yang dijual cukup banyak. Alhamdulilllah.



Culture Galore

Seminggu terakhir ini saya masih merasa bosan. Banyak hal harus saya lakukan, tapi semua berjalan lambat. Tapi saya masih bersyukur karena waktu saya tidak terbuang percuma. Saya masih bisa sedikit membantu teman, dan bisa makan-makan bersama merayakan kesuksesan teman menyelesaikan presentasi proposal dan menyambut kedatangan teman baru di universitas. Menu kali ini ada asem-asem udang, mie goreng, pastel, bitterballen, pecel dan es teler yang disiapkan Dewi, teman yang semakin canggih dalam memasak, ditambah masakan saya: ayam plecing dan bolu coklat-pandan-santan. Meski menurut Dewi, yang orang Lombok, ayam saya tidak begitu 'plecing' :D, tapi teman-teman masih berpendapat 'enak'. Maklumlah, karena saya sendiri sebelumnya tidak pernah tahu rasa ayam plecing itu seperti apa. Tapi kalau soal bolu, saya tidak heran bila semua suka. Maaf kali ini tidak ada foto, tapi semoga deskripsinya sudah mewakili, dan semoga tidak membuat yang membaca menjadi lapar... Semoga minggu depan, saya tidak bosan lagi.

PS: Foto-foto diambil oleh doel, Serkan dan Ozgur

posted by Leo at 08:47

Saturday, March 18, 2006

Ganti

Roger...ganti...gitu...ganti, semacam itulah pembicaraan tetangga sebelah rumah setelah memasang antena pemancar radio setinggi 10 meter dari dalam dapurnya. Setiap hari sepulang kerja, beliau langsung duduk manis dan bertukar sapa dengan teman-temannya di udara. Beberapa tetangga menjadi kesal karena sering sekali pembicaraan para anggota Orari menyela berbagai sinetron di tv.

Tapi semuanya segera berganti, trend berubah. Orari tidak lagi menjadi trend. Para tetangga pun bernafas lega dan suasana sedikit lebih hening. Tapi keheningan ini ternyata tidak bertahan lama karena tetangga di depan rumah saya punya hobby baru: menyetel lagu-lagu kasidahan keras-keras. Maklum, beliau baru saja ditunjuk jadi koordinator pengajian dan setiap minggu rajin mengundang para tetangga untuk menghadiri siraman rohani. Jadilah setiap hari Minggu pukul tujuh, selepas tetangga lain konser dengan irama senam kesegaran jasmani, saya sekeluarga harus bersabar mendengarkan lagu "perdamaian, perdamaian, perdamaian, perdamaian...banyak yang cinta damai, emmm ... lupa liriknya tapi lanjutannya kira-kira... bingung...bingung...memikirkan...". Sebenarnya lirik lagu itu tepat menggambarkan situasi saat itu. Tidak semua tetangga berdamai dan suka mendengarkan kasidahan keras-keras setiap hari minggu pagi, tapi semua masih cinta damai meski bingung-bingung memikirkan.

Bingung juga bila saya memikirkan begitu cepatnya perkembangan teknologi. Setiap bulan muncul jenis handphone baru, kamera baru, dll., yang lebih canggih dan banyak feature-nya. Beberapa bulan lalu juga ada orang datang untuk mengganti kulkas. Kami penghuni flat tidak pernah minta penggantian karena kulkas yang ada masih terbilang baru (2 tahun) dan ukurannya lebih besar. Tapi landlord tetap ingin mengganti selagi ada penawaran cicilan murah. Kulkas lama akan dilelang. Bukankah ini membuang uang?

Membuang uang...itulah yang saya lihat bila melihat suasana mall selalu tumpah ruah dengan orang membawa hasil belanja. Info-info diskon membuat orang begitu gesit pergi ke mall. Saya juga tertarik dengan info diskon, meski sering merasa tertipu karena diskonnya tidak seperti yang diiklankan. Tapi saya sering menasehati diri sendiri terutama saat window shopping dan tiba-tiba tertarik dengan barang baru: "Kamu tidak akan mati jika tidak beli/punya barang itu." Sering kali berhasil, meski kadang-kadang tetap tidak berhasil. Alasannya sering terkait dengan kebosanan saya.

Bosan, mungkin itu alasan orang sering berbelanja, membuang uang, berganti-ganti barang dan berganti-ganti hobby. Tapi mungkin dunia akan lebih membosankan, bila kita merasa bosan tapi tidak bisa melampiaskannya. Bosan mendorong orang untuk mencari sesuatu yang baru. Jadi lumrah saja, yang semula suka daging-sekarang suka sayur; yang dulu suka dangdut-sekarang suka nge-rap; yang dulu suka beli jamu dari si mbok jamu gendong-sekarang suka beli 'jamu gendong' di spa dan cafe; juga dari KB (keluarga berencana) totok-sekarang KB millennium (Keluarga Besar, dengan tambahan anak, istri, pacar ke-1, pacar ke-2, dll). Semua berganti dalam putaran yang semakin cepat, dalam kebosanan yang semakin mendesak, dalam melimpahnya cara dan benda untuk mengganti kebosanan. Roger...roger... gitu...ganti...

Bad Day
by Daniel Powter

Where is the moment we need at the most
You kick up the leaves and the magic is lost
They tell me your blue skies fade to grey
They tell me your passion's gone away
And I don't need no carryin' on

You stand in the line just to hit a new low
You're faking a smile with the coffee to go
You tell me your life's been way off line
You're falling to pieces every time
And I don't need no carryin' on

Cause you had a bad day
You're taking one down
You sing a sad song just to turn it around
You say you don't know
You tell me don't lie
You work at a smile and you go for a ride
You had a bad day
The camera don't lie
You're coming back down and you really don't mind
You had a bad day
You had a bad day

Well you need a blue sky holiday
The point is they laugh at what you say
And I don't need no carryin' on

You had a bad day
You're taking one down
You sing a sad song just to turn it around
You say you don't know
You tell me don't lie
You work at a smile and you go for a ride
You had a bad day
The camera don't lie
You're coming back down and you really don't mind
You had a bad day

(Oh.. Holiday..)

Sometimes the system goes on the blink
And the whole thing turns out wrong
You might not make it back and you know
That you could be well oh that strong
And I'm not wrong

So where is the passion when you need it the most
Oh you and I
You kick up the leaves and the magic is lost

Cause you had a bad day
You're taking one down
You sing a sad song just to turn it around
You say you don't know
You tell me don't lie
You work at a smile and you go for a ride
You had a bad day
You've seen what you like
And how does it feel for one more time
You had a bad day
You had a bad day

posted by Leo at 03:57

Wednesday, March 08, 2006

Bau

Minggu pagi kemarin merupakan kali keempat saya kembali berenang. Sudah lebih dari dua tahun saya berhenti berenang dan masih merasa canggung saat mulai menceburkan diri ke kolam. Tapi setelah beberapa saat, saya merasa betah dan bisa berenang dengan lancar.

Biasanya pulang berenang, saya mendapatkan 4 oleh-oleh. Pertama: perut keroncongan; kedua: mengantuk; ketiga: masih merasa mengambang di air; dan keempat: bau kaporit yang tajam masih tersisa di kulit sekalipun sudah mandi dengan sabun paling wangi. Oleh-oleh yang terakhir ini terus bertahan sampai malam, sampai akhirnya saya membuat tulisan ini.

Saya teringat dulu setiap kali kakak ipar saya pergi ke luar kota, kakak saya selalu menaruh baju yang habis dipakai suaminya di bawah bantal atau di sekitar tempat tidur keponakan saya. Menurut Ibu, hal ini dimaksudkan untuk menenangkan keponakan saya bila tidur. Sengaja dipilih baju yang habis pakai karena baunya bisa mewakili 'kehadiran' sang ayah. Bau yang bisa membuat orang yang jauh terasa dekat dan ada.

Semula saya menerima penjelasan ini sebagai suatu kebiasaan orang Jawa. Tapi dari koran dan televisi, saya semakin tahu betapa kuatnya pengaruh bebauan terhadap perilaku manusia. Saya pernah membaca bahwa sedikit bau kopi dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Sama halnya dengan bau jeruk yang membuat suasana lebih segar dan bersemangat, atau bau vanilla yang bisa menenangkan pikiran. Ada juga artikel yang menyebutkan bahwa pria yang rajin mengunyah celery, akan 'berbau' lebih menarik bagi wanita. Seorang bayi dalam tahap awal kehidupannya akan mengenali ibunya tidak saja lewat sentuhan dan degup jantung, tapi juga dari bau. Sebaliknya, pria/wanita dewasa bisa mengenali anaknya dan pasangannya juga hanya dari baunya.

Menurut uraian lengkap The Smell Report, kemampuan manusia dalam membaui hanya 3% dari kemampuan anjing, atau bahkan 6% dari kemampuan kelinci. Kemampuan membaui terbaik dicapai pada saat anak berumur 8 tahun dan kemudian menurun. Laju penurunan kemampuan manusia dalam membaui tidak saja ditentukan umur, tapi juga kesehatan mental dan fisik. Kesehatan mental sangat penting karena terkait dengan kapasitas limbic system yang ada di otak kita sebagai pengatur emosi yang sangat sensitif terhadap rangsangan bau. Kesehatan fisik yang terganggu, seperti kebiasaan merokok, juga akan mempercepat hilangnya kemampuan membaui. Di antara gender, wanita memiliki kemampuan membaui lebih baik dibandingkan pria.

Fenomena bau-membaui yang paling populer di antara manusia mungkin bisa diwakili ungkapan 'love is about chemistry'. Tapi apakah itu berarti orang bisa berjodoh karena bau? Mungkin saja bebauan alami seperti pheromone yang tidak tercium, sudah saling bertukar dan menimbulkan ketertarikan. Namun saya jarang sekali mendengar adanya pasangan yang mengakui bahwa mereka tertarik karena bau alami. Lebih sering mendengar bahwa si A tertarik dengan si B karena si B bersih dan berbau (minyak) wangi. Ya, benar. Meski survey dan penelitian membuktikan bahwa bau keringat segar pria teramat sangat menarik bagi lawan jenisnya, tapi penampilan fisik tidak bisa dikelabui. Penilaian mata lebih menentukan ketertarikan terhadap seseorang dibandingkan baunya. Tapi setampan apapun pria, jika terlalu lama mempertahankan bau alami, sampai apek karena tidak mandi dan tidak ganti baju, akan membuat penggemarnya lari kalang kabut menjauh. Jadi, pelajaran yang saya dapat: supaya tetap menarik, saya harus tetap berolah-raga, rajin mandi dan berganti baju. Boleh-lah ditambah parfum, tapi tidak boleh boros, karena bau yang terlalu wangi juga menempati posisi atas dalam daftar bebauan yang umumnya tidak disukai.

Saat ini saya tersenyum-senyum sendiri karena teringat banyak pengalaman menarik dan unik mengenai bebauan. Terkadang saya tidak mengerti, mengapa saya begitu tertarik dengan bebauan. Tapi mungkin karena limbic system di otak saya tidak ingin lekas uzur dan tetap ingin mengolah kenangan-kenangan manis yang timbul tenggelam lewat ingatan saya akan berbagai jenis bebauan. Seperti bebauan alami yang mengingatkan kita pada banyak hal, dan menemani kita meski hanya secara diam dan tersamar. Fenomena bau-membaui, meski merupakan fenomena purba, tapi tidak pernah ketinggalan jaman.

posted by Leo at 02:39

Wednesday, March 01, 2006

Tampilan ke-100

Bulan Juni 2004, saya diperkenalkan dengan 'blog' oleh Wisa. Kebetulan saat itu saya baru merencanakan perjalanan melihat-lihat Wellington. Jadilah empat tulisan pertama yang tampil di blog berkisah tentang perjalanan Lincoln-Wellington-Lincoln. Saat itu saya masih menggunakan blogdrive sebelum bermigrasi ke blogspot pada bulan September 2004. Topik tulisan-tulisan saya cukup beragam, meski tidak semuanya merupakan tulisan lengkap. Oleh karena itu saya memilih judul 'Tampilan ke-100'.

Berikut adalah statistiknya. Dari 99 tulisan, termasuk tulisan perjalanan ke Wellington, hanya terdapat satu yang berisi foto dan satu yang berisi gambar berjudul tanpa uraian, serta dua tulisan yang hanya berisi ucapan. Di antara 95 tulisan lengkap, sebanyak 20 diantaranya merupakan renungan tentang pengalaman/pengamatan/perbuatan/sikap pribadi. Tulisan favorit saya dari kelompok ini yaitu 'Year in Review: 2005' dan 'Hidup itu Ajaib'. Dua tulisan yang beriringan dan berhubungan. 'Hidup itu Ajaib' saya tulis di bulan Agustus 2005 dan baru saya tampilkan di bulan Desember 2005. Saya anggap tulisan ini juga 'ajaib' karena bisa menciptakan ide tulisan lanjutan yang merangkai semua niat saya untuk menulis tentang lagu-lagu baru yang saya sukai dengan pengalaman saya selama tahun 2005. Hasilnya merupakan tulisan yang terasa sangat pas dengan perasaan saya saat pergantian tahun.

Sebelas tulisan lainnya menceritakan perjalanan saya baik di NZ maupun di tanah air. Meski pengalaman saya bepergian di NZ dipenuhi ketakjuban saya akan keindahan alam NZ, tapi pengalaman saya bertemu dengan orang-orang baru di Lamongan terasa lebih menarik. Tulisan tentang Lamongan juga terdapat di sini dan di sini. Ternyata keakraban berinteraksi dengan orang-orang baru di tanah air lebih berkesan dibandingkan dengan kepuasan menikmati pemandangan alam. Juga kerendahan hati orang-orang yang saya temui dan pengalaman hidup di Lamongan sudah membuat saya semakin mencintai hidup di tanah air.

Sembilan tulisan berikutnya bercerita tentang pengalaman unik/baru, seperti pengalaman merasakan kehadiran hantu dan melihat orang kesurupan. Pengalaman-pengalaman unik lainnya sebenarnya juga saya tuangkan dalam 6 tulisan tentang kegiatan harian/mingguan saya.
Topik-topik lain yang pernah saya tampilkan (masing-masing 5 tulisan) meliputi topik tentang kegiatan atau acara yang saya hadiri, hewan-hewan yang membuat saya takjub, dan kesehatan. Beverly pernah berkomentar kalau saya seperti jodoh dengan burung karena beberapa tulisan saya bertema burung. Tapi dari semua tulisan saya tentang hewan, saya paling puas menulis 'Mengapa Burung Menabrakan Diri ke Jendela Kamar Saya?' karena saya bisa belajar banyak dengan menelusuri website ornithology.

Masing-masing 4 tulisan juga sudah saya tampilkan dengan topik tentang keluarga/orang terdekat, kepedulian terhadap sesama, dan hiburan/acara tv. Dari topik yang pertama, saya menyukai tulisan: 'Yang Saya Ingat tentang Bapak' dan 'Have You Seen an Angel?'. Saya masih ingat kalau dua tulisan ini saya tulis dalam waktu yang relatif singkat, dan hasilnya begitu personal. Untuk topik yang kedua, favorit saya yaitu Tangan yang di Atas. Sementara untuk tulisan bertopik acara tv, saya belum memiliki favorit.

Beberapa tulisan lainnya (masing-masing 3 tulisan) berkisah tentang film, kenangan masa kecil, lagu dan bayi. Topik-topik seperti ini termasuk favorit saya dan rasanya akan terus bertambah di masa mendatang. Misalnya, jika dihitung, banyak sekali tulisan saya yang disertai cuplikan syair lagu. Sementara itu, saya sudah memiliki ide baru untuk tulisan tentang bayi dan kenangan masa kecil, tapi belum sempat dituangkan dalam tulisan lengkap.

Topik lainnya yang pernah saya tulis yaitu hobby (2 tulisan), resep/makanan (2 tulisan), tanaman (1 tulisan) dan olah raga (1 tulisan). Sementara itu masih ada 9 tulisan yang belum sempat saya tampilkan. Beberapa mungkin sudah kadaluarsa, tapi akan tetap ditampilkan bila saya sibuk dan tidak sempat menulis.

Adanya blog sudah membuat saya suka menulis. Apakah hasilnya bagus atau tidak sepertinya bukan masalah. Just Write! Siapa tahu dengan terus menulis, saya bisa lebih banyak menulis seperti ini, tulisan yang saya anggap paling berkesan. Thanks untuk Wisa yang sudah mengajari nge-blog dan membuatkan disain yang just right! Thanks untuk teman-teman yang rajin menengok blog saya, memberi komentar dan menemani saya dalam perjalanan through middle earth. Cheers

posted by Leo at 02:14

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004