<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Friday, October 29, 2004

Kebun Mangga (Bagian 1)

Saya pernah praktek lapang di satu kebun mangga di Pasuruan selama 2 bulan. Sebenarnya saya belum dapat surat penerimaan, tapi dengan modal nekat dan sekoper baju, saya berangkat, dan sampai di kebun pagi-pagi buta. Untung satpamnya memperbolehkan masuk dan bersih-bersih badan di mess kebun. Kepala kebun ternyata sedang di Surabaya, jadi sepagian saya cuma mengobrol dengan beberapa staf kebun yang terheran-heran kedatangan tamu tak diundang.

Sebenarnya teman satu jurusan sudah pernah mampir ke kebun ini menyampaikan berita dan permohonan bahwa saya ingin magang 2 bulan. Tapi rupanya para staf, termasuk kepala kebun, terlalu terpesona dengan kecantikan teman saya itu, sampai-sampai lupa bahwa yang akan magang bukan dia tapi anak laki-laki kecil, item, polos dan geeky. Kedatangan saya membuat staf dan kepala kebun jadi salah tingkah. Tidak mungkin untuk mengirim saya pulang.

Sore hari menjelang Magrib saya baru ditemui kepala kebun di mess. Saya di-'interogasi' selama setengah jam, mutar-mutar pertanyaannya karena heran dan beliau tambah shocked setelah saya bilang bahwa seminggu lagi ada teman lain akan datang untuk magang di sini. Sama perempuan, tapi bukan yang pernah berkunjung. Saya mintakan ijin untuk dia. Meski terkesan berat hati dan masih bingung, beliau bilang silakan tinggal di sini, dan untuk urusan administrasi tinggal menghubungi sekretaris. Sebelum pergi, beliau tanya "berani mas tinggal sendiri?"..."nanti kalau ada apa-apa, panggil satpam saja di pos".

Mess kebun punya empat kamar. Dua kamar depan, berukuran sama, satu kamar besar di samping kanan belakang, dan satu kamar kecil sebelum kamar mandi. Satu kamar depan terkunci dan menurut kepala kebun, kamar itu ditempati salah seorang asisten kebun yang kadang-kadang menginap di kebun. Saya diberi kunci kamar paling besar, di sisi kanan belakang. Di belakang rumah ada halaman kecil dan dipagari papan kayu. Di luar pagar ada beberapa pohon buah-buahan seperti sawo, sirsak, jeruk, mangga, alpukat, srikaya, nangka dan pisang.

Ternyata bukan mereka saja yang terkejut, karena malam itu saya-lah yang terkejut. Pertama, masuk kamar mandi dan langsung menemui tokek sebesar kecap abc ukuran sedang menempel di tepi jendela. Baru kali ini saya melihat tokek sebesar itu. Jendala kamar mandi tidak ada kaca-nya. Saling pandang beberapa detik...sebelum saya beranikan diri untuk mandi pelan-pelan sambil menatap awas ke tokek. Kalau dia bergerak, buru-buru saya diam. Saya pernah dengar bahwa kalau tokek menggigit akan sulit dilepaskan...jadi terbanyang bahaya mandi ditunggui tokek...hiihhhhh...yyak!

Sepulang makan di warteg, saya sempatkan ngobrol lagi dengan satpam sambil nonton tv di kantor. Obrolan itu membuat saya menyesal. Awalnya saya tanya, kenapa di belakang mess ada bau kamboja...ternyata benar...tepat di belakang mess ada kuburan desa, luas lagi. Pohon buah-buahan yang berjejer di belakang pagar itu pembatas, dan dimaksudkan untuk menutup view ke kuburan. Saat itu satpam cuma menyakinkan nggak ada apa-apa. Kadang-kadang saja ada pencuri mangga masuk dari arah kuburan dengan merusak pagar di belakang mess. Yang pasti tidak ada kuntilanak atau genderuwo, meski saya tahu ada pohon sawo di sudut halaman belakang kebun...

Tapi kesan kuburan tetap membuat saya kecut. Apalagi kebun begitu sepi dan malam itu hanya samar-samar saja terdengar suara mobil di jalan antar propinsi, 300 m dari kebun, sementara ombak pantai juga sayup-sayup terdengar. Saya putuskan untuk tetap menyalakan lampu selama tidur. Sulit tidur beberapa menit, cemas mendengarkan angin malam yang begitu kencang dan membuat ranting-ranting pohon mangga dan sawo kerap membentur-bentur jendela ...selain itu, satu tokek mulai merambat masuk dari tepi jendela, tidak sebesar yang di kamar mandi, tapi kulitnya punya tutul yang hiiihhhhhh... Mungkin karena lelah atau karena lullaby tokek yang bernyanyi dengan ritme yang tetap, akhirnya saya tertidur...

Tidak tahu sudah berapa lama tidur tiba-tiba saya merasa ada orang di balik jendela... Saya bangun dan langsung teriak "Siapa itu!"..."Saya mas" ternyata satpam yang sedang keliling ngecek kebun...kaget luar biasa... Untuk beberapa menit saya pun tidak bisa tidur... tapi kemudian kembali terlelap...sampai suatu saat saya merasa kaki saya begitu dingin...

Saya termasuk orang yang tidak bisa tidur dengan menutup telapak kaki, jadi kalau tidur, meski berselimut, telapak kaki tetap muncul. Tapi malam itu saya tidak berselimut karena Pasuruan sangat panas di akhir bulan Juli. Bukan kaki dingin yang membuat saya cemas ...tapi ada angin bertiup di sekitar wajah saya... hanya di wajah... tidak di tangan atau di badan saya...saya pun tidak berani membuka mata karena tidak berani mengambil resiko apa yang akan saya lihat jika membuka mata...

Angin itu terus menghembus, kali ini pindah-pindah dari wajah kemudian kaki. Saya takut luar biasa, dan mulut pun seperti kaku. Kondisi seperti itu malah membuat telinga saya semakin tajam. Sang tokek tidak berbunyi sedetik pun... sepi sekali... Selain di luar sepi, tidak ada angin, ranting-ranting pohon di luar pun berhenti bergeresak. Tapi di wajah saya ada angin berhembus... panik, bulu kuduk saya berdiri, cemas, mulut kaku, jantung berdegup kencang, sekaligus lemas karena saya tidak bisa dan berani berbuat apa-apa... Saya yakin bukan mimpi karena saya masih bisa menggerakkan jari-jari tangan saya.

Entah berapa lama saya 'digoda' angin itu, yang saya tahu angin itu hilang saat adzan subuh terdengar... saya tunggu beberapa menit, dan setelah yakin saya buka mata pelan-pelan... Alhamdulillah tidak ada apa-apa... Buru-buru saya ke kamar mandi... Eh... di kamar mandi ada dua tokek sedang bersanding di dinding... sebal, belum juga selesai pengalaman seperti begini... Tapi saat mandi dan mendengar mereka bersahut-sahutan (yang satu akhirnya ke luar), saya bisa bersyukur karena tokek-tokek itu seperti menghilangkan rasa takut saya. Suara-suara mereka membuat saya seperti tidak sendiri. Akhirnya saya putuskan, harus berani selama seminggu tinggal sendiri, sebelum teman saya datang. Saya mungkin perlu meminta ventilasi kamar ditutup kawat supaya tokek tidak masuk. Kan tidak lucu kalau pas tidur kejatuhan tokek. Kalau mandi ditemani tokek nggak bisa ditolak karena atap kamar mandi cuma seng yang membuat tokek mudah bersembunyi di lekukan-lekukan atap.

Satu akibat yang saya tidak pernah lupa sampai sekarang. Saat mandi saya tidak begitu memperhatikan kulit saya, karena pandangan mata saya tetap tertuju awas ke arah tokek. Tapi sesuatu telah terjadi dengan kulit saya dan ini membuat heboh satu kebun mangga...bersambung...

posted by Leo at 02:58

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004