<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, February 18, 2007

Selesai? Belum…

Tanggal 1 Februari kemarin merupakan hari yang menjadi target pribadi untuk bisa menyelesaikan semua tulisan; dan berhasil. Semua bab sudah tersusun rapi dan dijilid. Lengkap, 391 halaman dengan daftar isi/table/gambar/istilah, daftar pustaka dan lampiran. Saya melangkahkan kaki dengan ringan ke ruang pembimbing.

Tanggal 1 Februari, saya juga mendapat email yang memberi tahu perpanjangan visa sudah disetujui dan bisa diambil. Penantian yang cukup lama dibandingkan bila mengajukan visa di kedubes NZ di Jakarta (21 hari versus 10 hari); tapi yang penting selesai. Saya bergegas pergi mengambil lembaran visa untuk ditempel di paspor.

Sudah selesai? Belum… Ternyata masih saja ada hal-hal kecil yang membuat penyelesaian urusan-urusan ini sedikit tertunda. Pembimbing ternyata hendak pergi liburan selama 2 minggu dan dengan semangatnya langsung membaca dan memberikan komentar untuk bab terakhir (yang belum pernah dia baca) hanya dalam beberapa jam. Alhasil, saya harus memperbaiki bab itu dan mengganti jilidan. Untuk visa, ternyata ada kesalahan cetak, jadi harus diganti dan saya harus menunggu lagi. Tiga hari kemudian urusan-urusan ini boleh dikata selesai. Alhamdulillah.

Tapi apa semua sudah benar-benar selesai? Belum, karena dalam beberapa minggu ke depan saya masih harus memperbaiki draft sampai kedua pembimbing saya setuju dengan apa yang sudah saya analisa, tulis dan simpulkan. Semoga proses ini tidak banyak memakan waktu karena mereka sebelumnya sudah pernah membaca dan mengomentari sebagian besar isi tulisan saya. Selain itu, saya juga berencana menyiapkan beberapa artikel untuk publikasi. Saya juga perlu menulis abstract dan acknowledgement. Untuk yang terakhir ini, saya mulai dengan bagian yang menyenangkan dulu: acknowledgement, karena lebih mudah mengungkapkan rasa terima kasih, dibandingkan dengan meringkas 302 halaman teks menjadi hanya 500 kata. Strategi jitu dan alhamdulillah selesai.

Sambil menunggu, apa pekerjaan selanjutnya? Biasa... kegemaran saya: beres-beres. Mulai dari mengatur tumpukan kertas-kertas hasil analisa, draft yang sudah diperiksa, berbagai artikel dan buku-buku, sampai membereskan file-file lama, menyusun ulang isi lemari dan laci, serta membereskan file di komputer dan melengkapi back-up files bulanan. Kebetulan juga ada pengaturan ulang ruangan kerja. Saya harus mengalah dengan memberikan ruang kerja saya kepada professor baru; sedangkan saya pindah berbagi ruangan dengan seorang teman. Tak apalah, apalagi ruangan baru lebih luas dan ada meja/kursi tamu segala. Lebih keren :D

Pekerjaan lain? Ikut latihan tari saman untuk tampil di acara Culture Galore tanggal 17 Maret nanti. Kesan saat mengamati video tari saman di YouTube: sulit. Juga ternyata tari saman itu banyak ragamnya. Pernah juga melihat VCD tari saman dan gerakannya berbeda dengan yang dilihat di YouTube. Namun setelah dua kali latihan dan mengenal lagunya, gerakannya bisa lebih lancar. Masih ada waktu beberapa minggu untuk latihan, semoga semakin mahir.

Pekerjaan lain? Menjadi koordinator kegiatan pengumpulan dana melalui garage sale yang akan dilaksanakan tanggal 24 Februari. Sebagian hasil penjualannya akan digunakan untuk menambah kas organisasi dan membiayai berbagai kegiatan masyarakat Indo di sini. Beberapa teman bahkan bersedia menyumbangkan 100 persen keuntungannya untuk kas. Salut.

Pekerjaan lain? Menulis untuk blog. Sudah cukup lama saya kehilangan kreativitas untuk menulis di blog. Sebenarnya ada beberapa ide, tapi hanya tertuang satu-dua kata dan setelah berminggu-minggu ditinggalkan, saya sudah lupa mengapa saya menulis kata-kata itu. Tidak apalah karena ide-ide baru sekarang mulai bermunculan. Tiga tulisan sudah selesai dan tinggal menunggu saat yang pas untuk ditampilkan.

Rencana selanjutnya? Tetap hidup sehat. Tidur teratur dan makan teratur. Saatnya juga mencoba resep-resep baru. Saya sekarang sedang tergila-gila dengan ayam pop buatan sendiri. Terkadang, ayam pop saya goreng dengan minyak minimalis sampai sisi-sisinya agak gosong, tapi harum seperti ayam bakar. Setelah itu saya suwir-suwir dan campurkan dengan selada, potongan-potongan tomat, timun dan jeruk sunkist, kacang tanah tumbuk kasar dan sambal. Jadilah chicken salad sambal terasi... Atau membuat lumpia isi pisang+irisan nangka+kacang tumbuk+sedikit coklat. Atau membuat soto Bandung yang dimakan dengan perkedel jagung pedas... Wah, uenaaaaaak... Minggu lalu, saya coba membuat srikaya ketan. Meski rice cooker bermasalah, tapi hasilnya langsung amblas di hadapan teman-teman dalam waktu kurang dari 10 menit. Ada kepuasan berlipat-lipat bila memasak dan berhasil.

Ada ketakutan kalau sering memasak atau mencoba resep baru, saya bisa jadi menggelembung, seperti dulu sewaktu di Ithaca. Ternyata tidak, karena makanan ini sering dicoba/dibuat saat ada acara makan-makan bersama, yang memang menjadi kegemaran orang-orang Indo yang jauh dari rantau. Selain itu, ‘ketidakbisadiaman’ saya juga berpengaruh. Ini termasuk berolah raga setiap hari, ditambah badminton dan berenang seminggu sekali. Otomatis lemak enggan hinggap di badan.

Sebenarnya bila pekerjaan satu sudah diselesaikan, masih banyak lagi perkerjaan yang harus saya selesaikan. Entah kecil ataupun besar. Sebagian juga terkait dengan target pribadi/cita-cita seperti meningkatkan hafalan, memperbanyak membaca, belajar ketrampilan baru dan mencari informasi peluang usaha. Semuanya dipupuk dan diusahakan sedikit demi sedikit, agar kelak bisa memfasilitasi hidup yang lebih lancar, sehat dan bahagia. Hidup terus bergulir karena adanya semangat, cita-cita dan niat baik untuk memanfaatkan hidup yang sedikit menjadi lebih baik dan bermakna. Semoga...

posted by Leo at 02:42

Thursday, February 08, 2007

Banjir

Awal Februari sepertinya perlu diwaspadai sebagai hari banjir, karena kejadian tahun 2002 kembali terulang di tahun ini. Banjir di tahun 2002 sudah cukup berat dan merupakan pengalaman saya yang pertama bersingunggan dengan banjir besar di Jakarta.

Hujan deras yang mengguyur Jakarta di siang hari Jum'at tanggal 1 Februari 2002 membuat saya harus menunggu lebih lama di kantor. Semula ingin memaksakan pulang, tapi kemudian memutuskan untuk menunggu sampai hujan reda. Pukul 7 malam, saya memutuskan pulang meski dari balik jendela kantor jalanan sudah tampak macet. Di jalan, tidak ada satu pun taksi yang kosong. Bis pun penuh sesak. Beruntung saat itu ada bis patas AC yang memutar balik, sehingga saya masih bisa berebut naik.

Jalanan masih macet dan bis hanya bisa bergerak setiap 10 menit, itupun tidak lebih dari 100 meter. Banyak kendaraan yang tidak sabar dan menyelonong saat lampu lalu lintas berubah merah. Akibatnya ekor antrian mobil menghambat jalur yang mendapat giliran berjalan. Keadaan tidak bertambah baik, meski polisi sudah turun tangan. Pukul 10 malam, bis masih berada di ujung jalan Sudirman, di sekitar Senayan. Air di jalan sudah menggenang sekitar 30 cm. Pintu bis sudah tidak bisa ditutup karena penuhnya penumpang dan AC-pun dimatikan untuk menghemat bahan bakar. Hujan masih mengguyur deras.

Setelah lepas dari jalan Sudirman, supir bis mencoba berbagai jalan tembus, tapi lagi-lagi terjebak macet. Banyak bis lainnya melakukan hal serupa, dan ini justru menambah kemacetan. Pukul 12.30 pagi, bis masih terjebak macet di sekitar Pondok Indah. Deretan mobil bertambah panjang.

Saya yang tertidur di dalam bis mulai merasa tidak nyaman karena perjalanan ke rumah masih harus bersambung. Jika tidak lekas sampai terminal, saya mungkin tidak akan kebagian angkot. Saat itu saya melihat satu persatu penumpang turun dari bis dan berjalan kaki. Dari balik jendela, saya juga melihat banyak orang asing yang dijemput pembantunya dengan payung dan meninggalkan mobilnya di jalan. Ini berarti bis tidak akan bisa jalan karena terhalang mobil-mobil yang ditinggalkan. Akhirnya saya memutuskan jalan kaki sampai terminal.

Hujan sudah tidak begitu deras dan saya menyusuri jalan bersama-sama dengan ratusan orang lainnya. Sampai di terminal, keadaan begitu sepi karena sebagian besar orang/penumpang masih terjebak macet. Alhamdulillah, masih banyak angkot yang menunggu dan saya pun bisa mencapai rumah pukul 2 pagi. Perjalanan panjang menuju rumah karena menghabiskan waktu tujuh jam. Sebenarnya ada banjir juga di sekitar rumah, tapi hanya setinggi 10-15 cm dan tidak sampai masuk rumah karena tanah perumahan lebih tinggi dibandingkan jalan.

Pada pagi harinya, saya mengabiskan waktu beristirahat dan menonton liputan banjir. Saya sempat terkejut melihat lokasi bank dan banyak tempat-tempat yang sering saya kunjungi terendam lebih dari 2 meter. Belum lagi melihat penyelamatan tamu-tamu hotel dengan sampan dan perahu karet.

Tidak pernah terpikir bahwa banjir sebesar tahun 2002 bisa terulang, kali ini lebih besar lagi. Meski banyak pihak sudah lebih siap dalam mengantisipasi banjir, tapi alam masih menuntut kesiapan untuk hal yang terburuk dari yang terburuk. Ini masuk akal karena urusan force majeure tidak pernah memiliki batas. Yang perlu dilakukan adalah belajar dari pengalaman dan cepat bertindak, karena force majeure bisa terjadi setiap saat dan dengan berbagai skala. Sayangnya, tindakan antisipasi lebih sering kali kalah cepat.

Jika membaca koran, sebagian upaya pengelolaan banjir di berbagai pemda juga sudah memiliki titik-titik temu, tapi hasilnya masih jauh dari optimal karena banyaknya kendala. Semua sudah tersadar mengenai pentingnya pengelolaan banjir, namun belum ada upaya untuk bergotong royong mengatasinya. Mungkin ada baiknya mempertimbangkan satu opini di harian Republika yang mengulas pentingnya pengelolaan banjir yang terintegrasi dan melibatkan banyak pihak dan sektor (lihat artikel).

Gotong royong mungkin menjadi kata kunci di sini, namun sering kali makna dan pelaksanaannya menjadi tampak sepele kalau sudah berurusan dengan uang dan kewenangan. Secara pribadi, saya belum melihat adanya semangat gotong royong yang utuh dalam pengelolaan banjir. Yang sudah dan sering terlihat adalah semangat gotong royong dalam membantu korban banjir, gotong royong setelah semuanya terjadi. Gotong royong dalam mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi bencana juga sama pentingnya karena akan mengurangi beban pemulihan saat bencana terjadi. Bila banjir reda, rasanya tidak perlu lagi membuang waktu untuk berdebat panjang karena tindakan dan kemauan untuk bekerjasama lebih diperlukan untuk mengejar ketertinggalan selama ini. Semoga banjir kali ini cepat reda dan saudara-saudara yang ditimpa musibah bisa sabar dan bergotong royong.

posted by Leo at 02:35

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004