<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Thursday, February 08, 2007

Banjir

Awal Februari sepertinya perlu diwaspadai sebagai hari banjir, karena kejadian tahun 2002 kembali terulang di tahun ini. Banjir di tahun 2002 sudah cukup berat dan merupakan pengalaman saya yang pertama bersingunggan dengan banjir besar di Jakarta.

Hujan deras yang mengguyur Jakarta di siang hari Jum'at tanggal 1 Februari 2002 membuat saya harus menunggu lebih lama di kantor. Semula ingin memaksakan pulang, tapi kemudian memutuskan untuk menunggu sampai hujan reda. Pukul 7 malam, saya memutuskan pulang meski dari balik jendela kantor jalanan sudah tampak macet. Di jalan, tidak ada satu pun taksi yang kosong. Bis pun penuh sesak. Beruntung saat itu ada bis patas AC yang memutar balik, sehingga saya masih bisa berebut naik.

Jalanan masih macet dan bis hanya bisa bergerak setiap 10 menit, itupun tidak lebih dari 100 meter. Banyak kendaraan yang tidak sabar dan menyelonong saat lampu lalu lintas berubah merah. Akibatnya ekor antrian mobil menghambat jalur yang mendapat giliran berjalan. Keadaan tidak bertambah baik, meski polisi sudah turun tangan. Pukul 10 malam, bis masih berada di ujung jalan Sudirman, di sekitar Senayan. Air di jalan sudah menggenang sekitar 30 cm. Pintu bis sudah tidak bisa ditutup karena penuhnya penumpang dan AC-pun dimatikan untuk menghemat bahan bakar. Hujan masih mengguyur deras.

Setelah lepas dari jalan Sudirman, supir bis mencoba berbagai jalan tembus, tapi lagi-lagi terjebak macet. Banyak bis lainnya melakukan hal serupa, dan ini justru menambah kemacetan. Pukul 12.30 pagi, bis masih terjebak macet di sekitar Pondok Indah. Deretan mobil bertambah panjang.

Saya yang tertidur di dalam bis mulai merasa tidak nyaman karena perjalanan ke rumah masih harus bersambung. Jika tidak lekas sampai terminal, saya mungkin tidak akan kebagian angkot. Saat itu saya melihat satu persatu penumpang turun dari bis dan berjalan kaki. Dari balik jendela, saya juga melihat banyak orang asing yang dijemput pembantunya dengan payung dan meninggalkan mobilnya di jalan. Ini berarti bis tidak akan bisa jalan karena terhalang mobil-mobil yang ditinggalkan. Akhirnya saya memutuskan jalan kaki sampai terminal.

Hujan sudah tidak begitu deras dan saya menyusuri jalan bersama-sama dengan ratusan orang lainnya. Sampai di terminal, keadaan begitu sepi karena sebagian besar orang/penumpang masih terjebak macet. Alhamdulillah, masih banyak angkot yang menunggu dan saya pun bisa mencapai rumah pukul 2 pagi. Perjalanan panjang menuju rumah karena menghabiskan waktu tujuh jam. Sebenarnya ada banjir juga di sekitar rumah, tapi hanya setinggi 10-15 cm dan tidak sampai masuk rumah karena tanah perumahan lebih tinggi dibandingkan jalan.

Pada pagi harinya, saya mengabiskan waktu beristirahat dan menonton liputan banjir. Saya sempat terkejut melihat lokasi bank dan banyak tempat-tempat yang sering saya kunjungi terendam lebih dari 2 meter. Belum lagi melihat penyelamatan tamu-tamu hotel dengan sampan dan perahu karet.

Tidak pernah terpikir bahwa banjir sebesar tahun 2002 bisa terulang, kali ini lebih besar lagi. Meski banyak pihak sudah lebih siap dalam mengantisipasi banjir, tapi alam masih menuntut kesiapan untuk hal yang terburuk dari yang terburuk. Ini masuk akal karena urusan force majeure tidak pernah memiliki batas. Yang perlu dilakukan adalah belajar dari pengalaman dan cepat bertindak, karena force majeure bisa terjadi setiap saat dan dengan berbagai skala. Sayangnya, tindakan antisipasi lebih sering kali kalah cepat.

Jika membaca koran, sebagian upaya pengelolaan banjir di berbagai pemda juga sudah memiliki titik-titik temu, tapi hasilnya masih jauh dari optimal karena banyaknya kendala. Semua sudah tersadar mengenai pentingnya pengelolaan banjir, namun belum ada upaya untuk bergotong royong mengatasinya. Mungkin ada baiknya mempertimbangkan satu opini di harian Republika yang mengulas pentingnya pengelolaan banjir yang terintegrasi dan melibatkan banyak pihak dan sektor (lihat artikel).

Gotong royong mungkin menjadi kata kunci di sini, namun sering kali makna dan pelaksanaannya menjadi tampak sepele kalau sudah berurusan dengan uang dan kewenangan. Secara pribadi, saya belum melihat adanya semangat gotong royong yang utuh dalam pengelolaan banjir. Yang sudah dan sering terlihat adalah semangat gotong royong dalam membantu korban banjir, gotong royong setelah semuanya terjadi. Gotong royong dalam mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi bencana juga sama pentingnya karena akan mengurangi beban pemulihan saat bencana terjadi. Bila banjir reda, rasanya tidak perlu lagi membuang waktu untuk berdebat panjang karena tindakan dan kemauan untuk bekerjasama lebih diperlukan untuk mengejar ketertinggalan selama ini. Semoga banjir kali ini cepat reda dan saudara-saudara yang ditimpa musibah bisa sabar dan bergotong royong.

posted by Leo at 02:35

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004