<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, September 30, 2006

Bulan Agustus 2006: Sea Kayaking (Bagian 4)

Pukul 7 pagi saya sudah bersiap di depan hotel menunggu jemputan. Cuaca mendung sehabis hujan membuat saya ragu tapi saya sudah siap dengan bekal dan minuman yang cukup, dan tetap berharap siang nanti akan cerah. Dua puluh menit kemudian, shuttle bus muncul. Saat itu hanya saya sendiri penumpangnya, sebelum 5 orang penumpang lainnya bergabung di halte-halte berikutnya. Menurut supir bis, jumlah penumpang seperti ini sudah biasa di musim dingin dan di hari mendung. Saya kagum karena bis umum di sini sudah terintegrasi dengan penyedia layanan wisata sehingga memudahkan turis yang bepergian.

Perjalanan menempuh jalan yang sedikit berkelok-kelok dan sempit. Sesampainya di Motueka, saya dijemput minibus merah dengan supir bernama Mary, yang ternyata guide saya di tour sea kayaking. Kami mampir di kantor Kiwi Kayaks di Riwaka untuk menyelesaikan pembayaran dan mengambil tiga kayak. Lalu bersama Mary kami menuju Marahau dan sudah ditunggu oleh tiga boat crew.


Rute Perjalanan Di laut Mary, sang tour guide ayo kayuh lebih kuat

Perjalanakan dilanjutkan dengan boat menuju pantai kecil di sekitar Anchorage. Di pantai kami akan memulai sea kayaking (lihat peta). Tiga boat crew menurunkan kayak dan perlengkapan lainnya, sebelum berangkat lagi ke pantai yang lain. Di pantai ini sudah menunggu dua pelajar dari Jerman, Michael dan Fabian, yang akan bergabung sea kayaking. Mereka sudah sejak kemarin berjalan kaki dan camping dari Totaranui (lihat peta). Di setiap pantai di NZ, fasilitas seperti toilet, hut (barak/ruangan tempat menginap gratis), dapur dan air bersih selalu tersedia. Tidak heran bila NZ terkenal sebagai tempat paling difavoritkan independent travellers.

Sebelum mulai sea kayaking, saya diberi wet suit atau baju selam, warm shirt, sepatu karet dan kupluk merah. Komentar saya bahwa "tidak enak" memakai baju selam karena terlalu ketat di bagian bawah :D mengundang gurauan Mary yang memang gila humor: "I'm sure you still look beautiful with that" :P Setelah kami diberi instruksi singkat mengenai posisi duduk, cara mengayuh dan tips keselamatan selama perjalanan, kami mulai perjalanan 1 jam sea kayaking. Saya duduk di depan, satu kayak dengan Mary. Michael dan Fabian berada di kayak lainnya. Ternyata tidak terlalu sulit.

Di tengah jalan, kami sempat melihat anjing laut yang sedang bermalas-malasan berjemur di bebatuan Penicle Island. Sayang sekali fotonya terlalu terang sehingga anjing lautnya sulit dibedakan dengan bebatuan. Beberapa kali kami harus menunggu Michael dan Fabian yang mengayuh kayak dengan lambat (foto keempat di atas). Sampai-sampai Mary berteriak ke arah mereka sambil bercanda: "C'mon ladies, faster, faster" atau "Faster...cookies...cookies... " sambil melambai-lambaikan sekaleng chocolate cookies ke arah mereka. Ya, kami sempat makan biskuit di tengah laut, saat beristirahat mengayuh :D. Hari itu, hanya kami saja yang "berani" pergi sea kayaking di tengah cuaca berangin lebat, ombak cukup besar dan mendung. Menurut Mary, pada hari cerah dan musim panas, di mana-mana akan bersimpang siur boat, perahu layar dan kayak, ramai.


Merapat di Meadlands beach Tonga Island Tonga quarry Cast away

Kami merapat di Meadlands bay, sebuah pantai kecil sebelum Bark Bay (lihat peta). Sebelum merapat, Mary sempat ragu karena ombak dekat pantai cukup kuat dan dia meminta kami untuk mengayuh dengan sekuat tenaga melawan ombak sehingga bisa merapat. Alhamdulillah aman, meski saya sempat tersandung kayak sendiri pas melompat turun dan berlari menarik kayak ke pantai. Di pantai ini kami makan siang dengan makanan yang disedikan tour: sup sayuran, chicken sandwich, apel, jeruk, jus, muffin dan cookies. Saya tidak bisa menghabiskan semuanya, jadi saya bawa saja untuk bekal selama nanti hiking. Fabian juga sempat cerita kalau dia kehilangan kacamatanya saat muntah di tengah laut. Ternyata Fabian sempat mabuk laut saat mengayuh dan tidak nafsu makan saat ditawari lunch.

Pukul 12.40 saya berangkat sendiri berjalan kaki mengikuti jalan setapak menuju pantai Onetahuti. Michael, Fabian dan Mary melanjutkan sea kayaking. Menurut Mary, saya akan berjalan kaki selama 2.5 jam. Saat memulai perjalanan, saya sempat ragu karena sebagian jalan setapak di depan saya sudah longsor. Yang tersisa hanya pijakan selebar 30 cm. Kalau ini pematang sawah, saya tidak takut. Tapi jalan ini bersisi tebing dan jurang. Di tebing, tidak ada pegangan batu atau akar. Sepatu saya cuma sepatu olah raga biasa. Jantung mulai berdegub kencang, darah serasa mengalir ke kaki semua, tangan terasa dingin, dan saya mulai berjalan perlahan melewati alur seperti ini yang terdapat di beberapa tempat. Setelah itu saya harus melewati jalan yang menanjak tajam saat mendaki bukit. Tapi semuanya memberikan imbalan pemandangan yang indah. Salah satunya pemandangan Tonga Island (foto kedua).

Jalan kemudian menurun, membawa saya ke pantai di Tonga Quarry yang sepi (foto ketiga dan keempat). Saya sempat berjalan dari ujung ke ujung pantai. Tidak ada satu pun orang. Saya juga tidak melihat kayak Mary dkk. Sempat merasa takut kalau saya sudah ditinggal sendirian. Pantai yang begitu sepi dan bersih. Tapi meski sepi, di sini ada toilet dan air bersih. Suasana yang sepi mengingatkan saya pada Chuck Noland/Tom Hanks di film Cast Away. Sambil menunggu Mary dkk lewat, saya sempat juga menyanyi sendiri keras-keras sambil membentangkan tangan di sana :P. Saya lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Onetahuti, tapi sebelum itu mencari dahan untuk menulis di pasir "I was here", supaya bisa dilihat Mary dkk yang mungkin akan lewat.


Burung pemakan kerang Onetahuti Bay Onetahuti yang sepi Pose sebelum pulang

Sekitar setengah jam kemudian, saya sampai di Onetahuti Bay. Pantai yang panjang, bersih tapi sepi. Sejauh mata memandang hanya pepohonan dan pasir keemasan di satu sisi, dan di sisi lain yaitu Tonga Island, laut dan samar-samar pegunungan dan bukit di North Island. Tonga yang satu ini bukan negara. Dinamai Tonga untuk menunjukkan pulau di Selatan (Tonga dalam bahasa Maori = Selatan), meskipun sebenarnya tidak tepat. Saya pun menghabiskan waktu menunggu Mary dkk dengan menyusuri pantai. Sempat terbersit keinginan berjemur badan supaya agak gosong dan tidak terlalu pucat :P, tapi banyaknya nyamuk pantai membuat saya tetap mempertahankan t-shirt dan jaket. Lagipula, NZ terkenal dengan radiasi UV tertinggi di dunia karena dekat kutub selatan, yang ozon-nya berlubang. Di pantai itu saya hanya menemukan burung camar dan burung pemakan tiram. Di ujung pantai saya menemukan tempat yang menurut peta merupakan tempat bertemunya dua arus yang berbeda di laut.

Setengah jam kemudian, Mary dkk muncul, dengan kayak Mary menarik kayak yang ditumpangi Michael dan Fabian. Menurut Mary, kedua pelajar Jerman itu mengayuh terlalu pelan, sehingga bila tidak ditarik, kami akan ketinggalan bis ke Nelson. Setelah bebenah perlengkapan, kami makan cookies yang dibawa Mary. Sempat berfoto-foto sebentar sebelum boat datang menjemput untuk kembali ke Nelson. Kami merapat di Marahau sekitar 10 menit sebelum bis datang. Layanan tour yang memuaskan karena Mary tidak pernah berhenti bercanda dan makanan yang disediakan, meskipun standar, tapi enak. Sesampainya di hotel, saya mandi lalu langsung menuju Turkish Kebab untuk makan malam.


Jam 8 pagi masih sepi Cathedral Anzac Park

Keesokan hari, sambil menunggu checkout, saya berjalan mengelilingi pusat kota Nelson sekali lagi, melihat-lihat taman dan Sunday market. Sayang sekali, tamannya tidak semenarik di Christchurch, begitu pula barang-barang yang dijual di Sunday market. Hanya cathedral saja yang cukup menarik. Pukul 10, saya dijemput airport shuttle dan pukul 11 terbang kembali ke Christchurh. Dari bandara, saya langsung dijemput teman menuju ke acara ultah anak salah satu teman sekaligus pembubaran panita 17-an. Perjalanan yang menyenangkan dan memberi kesegaran. Jika ada rejeki, saya akan kembali menjelajah Abel Tasman National Park sekali lagi, ditambah Kahurangi National Park. Insya Alloh;-)

posted by Leo at 11:05

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004