<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, July 08, 2006

Apa Jadinya

Apa jadinya jika semua orang menyerap semua nilai-nilai baik yang ditanamkan sedari kecil dan menerapkannya saat dewasa. Mungkin dunia akan lebih teratur. Tapi keadaan seperti ini tidak alami karena manusia memiliki pemikiran sendiri dan kebebasan untuk memilih. Manusia juga berinteraksi, menerima dan memberikan yang baik, menerima dan memberikan yang buruk, mendapat pengaruh dan mempengaruhi. Dan ini bisa saya amati dari dua contoh sederhana yang saya temui.


Toy Library

Setiap hari Sabtu pagi, jam sepuluh, Coronation Library yang mungil di ujung James St. mulai ramai dengan keluarga dan balitanya. Berbagai mainan dari plastik dan kayu tumpul dikeluarkan dan dipajang di halaman. Anak-anak dan para orang tua memilih mainan yang akan dipinjam selama seminggu. Saya juga melihat teman saya bertugas mencatat mainan-mainan yang dipinjam. Saya memperhatikan kegiatan seperti ini bila saya hendak berangkat ke city. Kegiatan Toy Library.

Seperti halnya perpustakaan buku, setiap mainan yang dipinjam oleh anak dari Toy Library akan digilir ke anak lainnya pada minggu berikutnya. Mainan yang tersedia merupakan hasil sumbangan. Tidak semuanya baru, namun semuanya tampak terawat. Bahkan anak-anak yang memiliki banyak mainan, dapat bertukar mainan dengan anak-anak yang lain. Anak-anak pun mendapat mainan yang lebih bervariasi, tanpa orang tuanya harus mengeluarkan biaya tambahan.

Ide ini sederhana namun berhasil, dan memberi kesempatan bagi baik anak-anak yang kurang beruntung untuk bisa bermain. Tidak apa-apa bila seorang anak masih ingin bermain dengan mainan tertentu lebih dari seminggu. Tapi dengan sistem meminjam, orang tua si anak tetap dituntut untuk memberi pengertian kepada anaknya untuk belajar berbagi dan bergilir. Tidak sedikit juga mainan yang dikembalikan agak penyok, mungkin karena dibanting. Tapi lagi-lagi, dengan sistem peminjaman, orang tua dan anak belajar bertanggung jawab terhadap barang milik bersama. Kegiatan sederhana dan berbasis masyarakat yang memiliki banyak nilai positif.

Swearing

Kebalikan dari pengamatan yang pertama, pengamatan kali ini lebih banyak membuat telinga saya menjadi kotor. Di sini, telinga saya sering terkontaminasi dengan swearing s*$t, f@#k, b%^ch, dan sebangsanya. Swearing terkadang hanya menjadi bumbu ucapan supaya terkesan cool dan friendly. Namun jika setiap tiga kata yang diucapkan selalu diselipi swearing betapa tidak nyaman untuk didengar. Kalau di Jakarta, variasinya lain, di Bandung juga lain, di Malang dan Surabaya juga lain. Sampai-sampai ada orang yang berjiwa sosial mengadopsi satu penghuni taman safari ditambah kebun binatang dan hutan belantara dalam perbendaharaan kata-kata umpatannya, terutama jika marah.

Bagi saya, mengumpat itu seperti menyimpan hawa buruk dalam hati dan pikiran. Orang bisa berdalih bahwa mengumpat justru untuk mengeluarkan emosi terpendam, uneg-uneg. Masih untung jika mereka marah dan tiba-tiba mengumpat, lantas meminta maaf, karena mereka masih tanggap situasi bahwa orang lain masih memiliki harkat dan martabat, serta hak untuk menjawab. Akan tidak beruntung bagi yang mengumpat lantas merasa bangga. Di satu sisi, mereka mungkin bisa merasa puas sudah bisa melampiaskan emosi, tapi hal ini bisa juga menunjukkan kedengkian yang sudah semakin tebal di dalam hati dan pikiran.

Saya beruntung bahwa sedari kecil Ibu tidak memperbolehkan anak-anaknya untuk mengumpat. Karena tidak biasa, saya masih sering terkaget-kaget atau langsung mengernyitkan alis bila ada orang mengumpat "bodoh", "tolol", "goblok", "gukguk", "auu", "nyetnyet" dan sebangsanya. Maaf, kata-kata ini bukan dimaksudkan untuk mengumpat; hanya untuk memberi gambaran saja, karena saya anti swearing seumur hidup. Peace! :D

posted by Leo at 10:34

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004