<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Monday, May 01, 2006

Salam, Peluk dan Cium

Ada banyak cara bisa dilakukan orang untuk menyapa atau menyambut orang lain. Berbeda bangsa, berbeda cara. Berbeda gender, berbeda cara. Berbeda waktu/situasi, berbeda cara. Melambai dan menyalami merupakan cara yang paling umum. Selain itu, memeluk/merangkul pundak juga masih lumrah. Untuk para wanita, menyapa dan menyambut dengan pelukan atau sekedar cium dan/atau tempel pipi juga biasa. Bentangan tangan yang disambung dengan pelukan erat juga biasanya menjadi ekspresi kegembiraan bertemu teman/orang yang sudah lama sekali tidak bertemu, atau sekedar sebagai ungkapan rindu. Memeluk yang disertai kata-kata hiburan, atau bersalaman dan menepuk pundak secara halus terkadang menjadi cara yang cocok untuk mengungkapkan simpati dan penghiburan untuk orang yang sedang kesusahan. Tapi terkadang, perbedaan latar belakang dan pengalaman membuat setiap sapaan dari berbagai orang menjadi suatu pengalaman unik.

Saya biasanya menyapa orang lain dengan kata-kata, anggukan kepala dan/atau berjabat tangan. Terkadang juga saya ikut tempel pipi kiri-kanan terutama bila bertemu atau hendak berpisah dengan kakak kandung, kakak angkat, serta kakak sepupu perempuan, bude dan bulek dari keluarga Bapak (tradisi di keluarga Bapak, tapi bukan tradisi di keluarga Ibu). Jika bertemu teman baik, saya juga kadang-kadang merangkul dan menepuk pundak. Tapi ini hanya berlaku kalau sang teman sama tingginya. Kalau dia lebih tinggi, ya berjabat tangan sudah cukup. Jika cara saya menyapa cukup standar, tidak demikian dengan cara orang lain menyapa saya.

Jika bertemu dengan teman-teman muslimah, mereka biasanya hanya menyapa saya dengan anggukan dan tangan bertangkup tanpa sentuhan, meski banyak juga di antara mereka yang menyambut uluran tangan saya dan menjabat dengan erat. Jika bertemu dengan teman-teman atau mitra dari Jepang, mereka akan membungkuk dulu lalu menjabat tangan saya. Jika bertemu dengan teman pria dari Amerika Latin, mereka biasanya menjabat tangan sambil merangkul pundak saya. Jika bertemu dengan orang India, jabatan tangan akan didahului dengan gelengan kepala sementara tangan bertangkup, lalu uluran jabat tangan, lalu tangan kembali bertangkup sambil geleng-geleng kepala (tanda gembira, menerima). Jika bertemu dengan orang Maori, selain berjabat tangan, orang-orang bisa saling menempelkan hidung dan dahi. Jika bertemu dengan teman pria dari timur tengah, saya yang menjulurkan tangan, biasanya langsung ditarik dan diajak berpeluk silang, 3 kali bergantian kanan-kiri-kanan. Namun yang paling umum, saya disapa dan disambut dengan jabat tangan, termasuk bila berada di Eropa, Amerika dan NZ.

Dari sekian banyak cara sapaan dan penyambutan, ada beberapa yang tidak bisa saya lupakan. Misalnya, dulu saya punya teman kuliah bernama Sarah, orang Amerika. Dia cantik dan terkenal ramah. Jika bertemu, selain bersalaman, biasanya tangannya ikut bergerak ke sana kemari dan sering mendarat di pundak, lengan atas atau dada orang yang diajak bicara. Kalau dia sedang gembira, setiap orang bisa mendapat pelukan. Pernah suatu saat, sepulang dari white-water rafting di Black River, para peserta berbincang-bincang sebentar di area parkir. Karena rafting berlangsung sukses dan seru, Sarah sebagai koordinator acara tampak begitu bersemangat. Saat berpisah, kami semua dipeluk satu per satu sebagai tanda perpisahan. Yang menjadi perhatian teman-teman lain adalah saat Sarah memeluk saya. Terus terang, saya tidak biasa mendapat pelukan wanita, apalagi yang bermata biru dan cantik jelita. Saat dia memeluk saya, entah mengapa kok terasa erat sekali sampai-sampai saya sulit bernafas. Teman-teman yang memperhatikan tertawa semua dan berkomentar kalau Sarah sudah memeluk saya terlalu erat sampai muka saya memerah. Kejadian ini akhirnya menjadi bahan gurauan teman-teman.

Lain Sarah, lain Gabriella. Gabriella berasal dari Mexico, bukan teman satu jurusan. Saya kenal dia karena dia sering menjadi volunteer untuk mengajak mahasiswa baru berkeliling kampus, memperkenalkan area kampus. Gabriella sangat tertarik dengan Indonesia dan selalu minta diajari bahasa Indonesia, meski hanya satu kata. Satu yang sering membuat saya malu bila bertemu dengan dia yaitu selain minta diajari satu kata baru, tangannya biasanya langsung mampir merangkul. Saya juga terkadang harus bersedia menerima pelukan dia, dimana saja, kapan saja, dan di hadapan siapa saja. Saya sudah berusaha menghindar dengan berdiri agak jauh tapi Gabriella ini cukup tinggi, besar dengan bentangan tangan yang lebar. Saya sering merasa malu dan menyesal sudah terlalu sering dipeluk Gabriella di hadapan orang banyak. Juga menyesal sekali karena sudah memberi tahu dia "I love you" versi Indonesia yang menjadikan pelukannya semakin erat dan disambung kata-kata "aku cinta kamu" yang diucapkan berulang-ulang... beruntung belum ada kecupan...

Bicara tentang kecupan, saya sekarang harus terbiasa menerima jabatan tangan yang langsung disambung pelukan dan kecupan dari teman pria bila bertemu. Tidak semua pria, tapi hanya dua teman pria dari Turki. Adalah sesuatu yang biasa bagi pria-pria di Turki untuk saling mengecup pipi, 2 kali, kanan-kiri, bila saling bertemu. Itu pertanda sambutan hangat. Semula saya merasa canggung, apalagi bila di tempat umum. Tapi yang sekarang membuat saya ingin tertawa adalah reaksi orang-orang NZ yang melihat.

Minggu lalu, saat menjemput satu teman Turki yang baru pulang dari Wellington, teman Turki yang lain langsung menyambutnya dengan pelukan dan kecupan. Saya kebetulan berdiri agak jauh dan melihat orang-orang NZ begitu terkesima melihat adegan penyambutan itu, sampai beberapa dari mereka berbisik-bisik dan tersenyum penuh arti. Kedua teman Turki malah tertawa mengetahui mereka jadi bahan bergosip orang yang melihat. Mereka berkata adalah sangat aneh bagi orang Turki bila berbicara dengan teman baik tapi tanpa sentuhan di pundak atau rangkulan, karena itu menandakan kedekatan. Saya yang semula agak takut dan canggung, akhirnya berusaha toleran.

Menulis tentang rangkulan ini ternyata bisa sampai terbawa mimpi. Semalam saya mimpi menggendong dan dipeluk dua bayi kembar, sehat, gemuk, cakep dan putih yang saya akui di mimpi sebagai adik saya. Menurut primbon, mimpi menggendong bayi mungkin membawa rejeki :P; tapi bagi saya, pelukan juga biasanya menjadi salam pertemuan dengan bayi dan anak-anak. Jadi rindu memikirkan keponakan yang selalu bertanya di telepon: "Oom, kok lama nggak ke sini... Kapan ke sini?" Jadi terpikirkan juga: apakah ini pertanda akan ada keponakan baru?

posted by Leo at 06:27

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004