<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, February 12, 2006

Christchurch-Dunedin-Christchurch

Selasa, 31 January 2006, pukul 07.45 pagi. Saya berangkat mengantarkan teman untuk pindah sekolah ke University of Otago di Dunedin. Satu flatmate saya juga ikut. Dia memutuskan untuk membolos agar bisa bergantian menyetir bila saya merasa lelah selama perjalanan.

Keberangkatan kami diiringi kabut pagi yang cukup tebal, yang baru hilang setelah sekitar 1.5 jam perjalanan. Dunedin terletak 362 Km dari Christchurch dan dapat ditempuh selama 5 jam. Dalam perjalanan dari Christchurch ke Dunedin, kami melewati beberapa kota kecil seperti Ashburton, Timaru dan Oamaru.

Selama perjalanan, beberapa pengendara mobil yang berlawanan arah berbaik hati untuk mengedipkan lampu sebagai tanda bahwa mereka baru saja melewati patroli polisi. Dengan demikian, saya bisa mengurangi kecepatan dan tetap lancar melewati patroli polisi. Kecepatan maksimum rata-rata di NZ highway adalah 100 Km/jam. Tapi beberapa mobil tetap saja mengebut dan ditilang. Saya sendiri berusaha sesuai aturan, meski beberapa kali mobil saya secara otomatis 'complain' dengan alarm berbunyi katak mengorek jika kecepatan mobil saya melebihi 100 Km/jam, atau tututut yang nyaring bila kecepatan saya melebihi 110 Km/jam.

Kami hanya berhenti dua kali, salah satunya di Timaru. Kami tiba di Timaru setelah menempuh perjalanan kurang dari 2 jam. Di Timaru, kami berjalan kaki keliling pusat kota. Timaru mungkin sama besarnya dengan kota Lamongan di Jawa Timur, tapi penduduknya hanya 1/2 dari penduduk Lamongan. Kota yang cantik tapi sepi. Setelah mengambil free map dan sarapan kedua (brunch), kami melanjutkan perjalanan ke Dunedin. Jika bepergian kemana saja di NZ, turis akan mudah mendapatkan free map dan hotel booking service, serta toilet yang bersih. Memasuki Oamaru, jalan mulai berkelok-kelok dan turun-naik karena berbukit-bukit. Ini berlanjut sampai tepian kota Dunedin.

Kami tiba di Dunedin pukul 13.15, atau setelah 5.5 jam perjalanan. Cukup cepat mengingat kami sempat berhenti 1 jam di Timaru. Dunedin merupakan kota terbesar kedua di South Island, NZ. Lokasinya terletak di tepi pantai yang dikurung perbukitan. Jumlah penduduknya lebih dari 120 ribu orang; dan meskipun cukup luas, konstruksi kota yang kompak membuat Dunedin terasa sesak. Tapi mungkin ini hanya kesan sekilas karena saya hanya sempat mengunjungi sedikit bagian kota. Siang itu kami makan siang di Meridian shopping mall yang mungil. Saya menikmati vegetarian soup yang penuh sayur berwarna-warni, sementara dua teman saya menikmati Souvlaki, dan burger. Setelah kenyang, kami berkeliling kota mencari flat untuk teman saya; mulai dari daerah yang menanjak 35 derajat, sampai yang menurun 40 derajat, sampai tengah kota yang padat dengan rumah-rumah tua. Sempat ngeri melihat banyaknya jalan di bagian utara kota yang menanjak dan turun tajam. Saya bisa membayangkan sulitnya turun-naik berjalan kaki ke kampus melawan kencangnya terpaan angin di musim dingin.

Sampai pukul 17.30, kami masih belum menemukan flat yang cocok. Teman sudah menelepon semua iklan di notice board di Student Union Lounge, University of Otago; tapi hanya empat flat yang masih kosong, dan semuanya kurang berkenan. Akhirnya saya mengusulkan untuk menghubungi warga Indonesia di Dunedin, dan teman saya akhirnya bisa mendapat tumpangan sementara sehingga dia bisa lebih tenang untuk melanjutkan berburu flat keesokan harinya.

Sebelum kembali ke Christchurch, saya dan flatmate menyempatkan berfoto di jalan (buntu) tercuram di dunia--Baldwin Street, clock tower di University of Otago, dan stasiun kereta api. Setelah itu, saya menemai flatmate untuk mengobati homesick-nya dengan makan malam di Turkish Restaurant. Kami memesan beef donner kebab yang disajikan dengan pita bread, irisan lettuce dan tomat bersaus yoghurt tawar yang beraroma bawang putih. Makan malam berlangsung lebih dari 1 jam, karena flatmate begitu bersemangat mengobrol dengan pemilik restoran dan keluarganya dalam bahasa Turki.

Kami berangkat kembali ke Christchurch sekitar pukul 20.00. Flatmate menawarkan diri untuk bergantian menyetir, tapi saya tolak karena saya ingin membuat rekor pribadi: bisa menyetir pulang-pergi dalam sehari, mulai pagi sampai tengah malam, dengan jarak tempuh lebih dari 500 Km. Sebelumnya, jarak pulang-pergi terjauh yang saya pernah tempuh (total) hanya lebih sedikit dari 200 Km. Saat itu saya dan teman-teman pergi ke Castle Hills, salah satu tempat shooting The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe. Saya hanya meminta flatmate untuk terus berbicara agar saya tidak mudah terserang kantuk dalam perjalanan. Dia memastikan bahwa orang Turki tidak akan pernah bosan untuk berbicara. No worry.

Perjalanan malam ternyata sangat sulit. Tidak semua pengendara dari arah yang berlawanan, termasuk yang mengendarai truk, sadar untuk mengurangi sorot lampu saat berhadapan. Sulit sekali memfokuskan mata ke jalur jalan saat sorot lampu yang datang begitu terang, apalagi saat itu sudah melewati jam tidur saya. Untung teman saya tetap mengoceh tanpa henti dan kerap memperingatkan bila mobil berjalan terlalu dekat ke pinggir atau ke tengah badan jalan. Dia sendiri mengatakan tidak berani menggantikan saya untuk menyetir karena merasa lelah dan mengantuk. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di Timaru. Ini menjadi pemberhentian kami yang kedua dalam perjalanan pulang, setelah sebelumnya flatmate minta berhenti sebentar di tepi pantai untuk merokok. Di Timaru, kami minum coklat panas dan makan blueberry muffin di petrol station. Kami berharap, makanan bisa membuat otak tetap terjaga karena ada pekerjaan baru untuk perut.

Setelah beristirahat, otak dan mata saya ternyata hanya bisa bekerjasama sekitar 30 menit. Saran dari buku panduan perjalanan yaitu untuk beristirahat sejenak bila lelah. Flatmate sudah menengok ke kiri dan ke kanan mencari lodge atau hotel kecil, berharap untuk menginap semalam. Tapi saya berpikir tanggung bila harus berhenti, karena perjalanan tinggal kurang dari 2 jam menuju Christchurch. Beruntung sekali saat itu kami sudah bisa akses gelombang radio di Christchurch. Kami pun bernyanyi sekencang-kencangnya mengikuti lagu di radio. Saya tidak perduli teman saya hanya ber-lalalala atau hahihuheho (sebenarnya dia benci western songs dan hanya suka lagu-lagu Turki); yang penting ramai dan bisa membuat saya tetap terjaga.

Lewat pukul 1 pagi kami tiba di flat. Lelah. Saya sempatkan diri untuk menggosok gigi, mencuci muka dan shalat sebelum tidur. Hari itu saya tetap terbangun seperti biasa, jam 5. Setelah shalat subuh, saya memutuskan untuk membolos fitnes di gym pagi itu dan melanjutkan tidur. Tapi hati saya senang karena saya sudah berhasil membuat rekor pribadi: bisa menyetir pergi-pulang menempuh jarak lebih dari 700 Km dengan selamat. Satu catatan manis di awal 2006.

posted by Leo at 09:47

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004