<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, May 29, 2005

Lawak dan Lucu

Pada periode tahun 80-an, banyak group lawak bermunculan, bahkan sampai membuat kaset. Srimulat mulai masuk tv, Jayakarta Group berjaya, dan kelompok Ateng-Iskak-Edi Sud-Darto Helm masih unjuk gigi. Selain itu Kamera Ria atau Aneka Ria Safari selalu dilengkapi dengan group lawak.

Di rumah, kami mengoleksi beberapa kaset lawak. Ibu terutama suka sekali dengan ludruk Jawa Timuran. Saya juga senang mendengarkan ludruk dengan judul Manuk... apa ya... kok lupa pas sudah mau ditulis... Saat itu bahasa Jawa saya masih lancar, sebelum terimbas pergaulan dengan anak-anak tetangga. Saya juga suka kaset Jayakarta Group dengan komposisi lengkap Jodjon, Uu, Cahyono dan Ester. Jodjon dan Ester merupakan favorit saya, karena kalau di tv mereka kerap jadi 'korban'. Satu yang saya tidak pernah lupa dari kaset itu: saat Jodjon 'menginterogasi' Uu: "nama kamu siapa?"... Jawabnya "tulis"... Lawakan yang mungkin sekarang sudah basi...tapi karena Uu dan Jodjon bertanya-jawab dengan aksen heran dan 'oon', saya bisa terpingkal-pingkal meski sudah mendengarkannya berpuluh-puluh kali. Ibu sampai sudah terbiasa melihat anaknya terpingkal-pingkal sendiri saat menyetel kaset lawakan yang sama berulang-ulang.

Dari sekian banyak group lawak, pelawak wanita-nya bisa dihitung dengan jari. Kalaupun kerap muncul, mereka sebagian besar seperti cheerleaders. Mereka seolah terkalahkan dengan kelucuan Ester, Tata Dado, Tessy, Karjo AC-DC, dll. Perkecualiannya adalah almarhumah Ratmi B-29 dan Sofia dari Srimulat. Kalau sekarang yang sama lucu-nya termasuk Nunung dan teman sekampung Dek Isna yaitu Mbak Yati Pesek. Ada lagi yang lain? Mungkin Ulfa.

Kenapa orang bisa selucu mereka? Pandai melucu mungkin karena bakat alami atau kreativitas atau campuran keduanya. Misalnya, para pelawak sering menggabungkan antara slapstick dengan ekspresi (Jodjon mengambil Chaplin sebagai contoh), aksen (etnis tertentu), penampilan (ber'ganti' gender, kostum, atau sekedar rambut berjuntai "stuck on you", dll.), atau kepiawaian bersilat lidah.

Group-group lawak itu akan selalu dapat penggemar, terutama selama saya masih hidup! Saya termasuk orang yang mudah tertawa bila mendengar sesuatu yang lucu, meski terkadang orang lain belum tentu berpendapat sama. Jadi mohon maklum untuk teman-teman yang gemar bergurau dan memang lucu, karena kadang-kadang (atau sering) saya cepat tertawa kalau lihat sosok kalian atau mendengar komentar-komentarnya. Bukan berarti saya menganggap mereka sebagai pelawak atau obyek tertawaan, tapi kepandaian bergurau teman-teman memberi persepsi bahwa mereka orang yang riang dan suka membawa suasana keriangan. Thanks sudah beramal gurauan dan membuat saya tersenyum, tertawa dan melonggarkan simpul-simpul syaraf saya. Apa jadinya kalau dunia penuh orang seperti saya yang susah melucu... We want you! We want more!

posted by Leo at 01:00

Saturday, May 21, 2005

Time Flies Like an Arrow, Fruit Flies Like a Banana

Mengerti artinya? Kalimat ini terpampang di ruangan kerja saya dulu. Sebagian pengunjung cepat tanggap dengan artinya, tapi sebagian lain perlu beberapa saat untuk berpikir sebelum akhirnya tersenyum-senyum sendiri.

Waktu yang berlalu cepat. Itu yang saya rasakan. Saat menulis tentang kenangan akan Ibu, saya tersadar bahwa saya telah berpisah dengan Beliau hampir 6 tahun. Keponakan-keponakan saya pun cepat tumbuh besar. Salah satunya tahun ini masuk SMA; padahal masih jelas ingatan saya dulu pernah mengasuh dia saat berumur 6 bulan. Juga tidak terasa bahwa satu per satu teman-teman baik di sini mulai mengepak barang-barangnya dan pulang ke tanah air.

Do you know where you're going to?*
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know...?

Malam itu, saya berpisah dengan salah satu teman. Dia dan keluarganya sudah seperti saudara sendiri. Sebagai kenang- kenangan, mereka memberi saya satu set ulegan batu, asli buatan Boyolali, karena mereka tahu saya suka masak. Lewat jam 9 malam, saya berpamitan dan di antar sampai ke halte bis oleh teman.

Ada lima orang di halte bis, termasuk saya. Ada satu gadis remaja Kiwi penjaga supermarket tampak sibuk mengirim sms. Dua mahasiswa dari Pasific mengobrol dan tertawa-tawa mengisi waktu menunggu bis. Satu lagi Bapak dari RRC hilir mudik mengusir rasa dingin sekaligus mencoba berlatih bahasa Inggrisnya dengan bertanya secara bergilir kepada kami berempat.

Pertanyaan-pertanyaan Bapak China ini sangat menarik, meski dia lebih banyak mengobrol dengan si gadis Kiwi. Saya tidak bermaksud menguping, tapi suasana yang sepi membuat bisikanpun terdengar keras. Dengan lafal yang berhati-hati, Bapak itu bertanya mengapa banyak gadis Kiwi bekerja sampai larut malam, apakah tidak bersekolah? Tetap sekolah dan terpaksa bekerja karena ingin membeli mobil, itu jawaban si gadis. Pembicaraan pun mulai melebar ke arah keluarga, kemandirian, kredit mobil, sampai suatu saat si Bapak berbicara lebih dekat dengan si gadis, hampir tidak terdengar. Tapi si gadis tetap menjawab dengan volume suara yang sama, kira-kira terjemahannya: "Tidak perlu satu. Saya bisa bersama pacar saya dalam beberapa hari, kemudian dengan teman laki-laki saya yang lain pada hari lain." Si gadis tetap bersikap santai. Si Bapak itu kembali berbisik dan jawaban si gadis memperjelas apa yang sedang mereka perbincangkan: "Ya...saat saya bersama dengan pacar saya... kamu tahu kan maksud saya...biasanya kami emm...babibu dulu, setelah itu blablabla (maaf, sensor). Keesokan harinya, saya bisa aiueo dengan si X, Y, Z. Dan saya tidak khawatir ketahuan, pokoknya saling tahu, main aman. Sudah biasa seperti itu, lagipula saya masih muda."

Glek, saya dengar si Bapak itu menelan air liur. Saya sekuat tenaga menahan tawa sambil memalingkan wajah supaya tidak dikira menguping. Bapak itu beruntung karena lawan bicaranya tidak tersinggung dan bisa menanggapi pertanyaannya yang jahil secara santai. Semoga Bapak itu semakin lancar berbahasa Ingris. Semoga dia juga sadar bahwa jawaban si gadis mungkin merupakan campuran antara kenyataan dan impian.

Do you get what you're hoping for*
When you look behind you there's no open door
What are you hoping for? Do you know...?

Waktu yang berlalu dengan cepat terkadang membuat saya begitu lekat dengan euphoria masa lalu yang melarutkan antara kenyataan, harapan dan impian. Seperti pembicaraan antara Bapak China dan gadis Kiwi; bila saya bertanya, saya sering memiliki skenario tentang jawaban apa yang ingin saya dengarkan. Saya juga ingin jawaban itu gamblang, tanpa teka- teki, seperti judul tulisan ini. Saya ingin mempercayai jawaban si gadis Kiwi, tapi saya ragu dengan kesempurnaannya karena hidup ini tidak ada artinya bila hanya mengalir tanpa kelok, tanjakan dan jurang. Bilapun proses pencarian saya semudah saya mengupas buah pisang, misalnya, saya sering mendapati bahwa masih ada kulit ari pahit yang tersisa, dan ada bagian buah yang sudah terlalu lunak dan matang. Saya bisa berharap dan berusaha untuk tahu kemana hidup membawa saya, tapi saya sadar bahwa jalan hidup saya tidaklah akan sempurna. Tapi bukankah untuk itulah saya hidup? Bukankah untuk itulah saya terus mencari, merasakan wujudnya, merasakan kehilangannya dan akhirnya mengerti?

Malam itu suhu udara sekitar 10 derajat Celcius dan angin bertiup semilir dingin. Meski saya lupa membawa jaket, di halte itu saya merasa hangat. Mungkin karena obrolan Bapak China dan si gadis Kiwi; mungkin juga karena ulegan kenangan dari teman, yang saya sangga dengan kedua tangan. Apapun itu, meski hanya sedikit dan sederhana, patut saya syukuri. Seperti ulegan dan cobet secondhand ini, yang saya yakin di hari-hari ke depan dapat mengembalikan nikmatnya makan hanya dengan nasi hangat, lalab dan lauk seadanya, meski tanpa sendok, tanpa garpu. Saya harus bisa berbesar hati bila harapan saya ternyata tidak terwujud; karena hanya dengan cara ini saya bisa menemukan harapan baru dalam warna-warni hidup.

Somewhere over the rainbow; way up high in the land that I heard of once.**
Once in a lullaby

Somewhere over the rainbow; skies are blue.
And the dreams that you dare to dream really do come true

Someday I'll wish upon a star and wake up where the clouds are far behind me
Where troubles melt like lemon drops, away above the chimney tops.
That's where you'll find me

Somewhere over the rainbow; skies are blue.
And the dreams...that you dare to dream really do come true
If happy little bluebirds fly above the rainbow, why? Oh, why can't I?

* Do You Know Where You're Going To? (Theme from Mahogany; sung by Diana Ross)
**Somewhere over the rainbow (Theme from the Wizard of Oz; sung by Eva Cassidy)

posted by Leo at 00:57

Sunday, May 15, 2005

Chiropractic dan Kinesiology

Saat awal kedatangan saya di NZ, saya pernah mondok selama 3 bulan di rumah seorang dokter ahli chiropractic dan kinesiology. Menurut web definition, chiropractic itu semacam terapi medis yang mencakup penyesuaian/modifikasi/pengembalian posisi dan fungsi tulang belakang dan otot, baik melaui pengurutan, latihan dan nutrisi. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa sakit serta mengembalikan dan menguatkan fungsi tulang dan otot. Kinesiology hampir serupa tapi lebih difokuskan aktivitas fisik dan fisologi manusia seperti kualitas pergerakan fisik, respon fisik, serta pengaruh sosial-budaya, dan sejarah fungsi motorik dan pergerakan fisik manusia. Keduanya digunakan untuk menstimuli tubuh untuk "menyembuhkan sendiri".

Artikel di Kompas Online menyebutkan jumlah chiropractor dan kinesiologist di Indonesia masih sedikit. Di negara-negara maju, jumlah chiropractor dan kinesiologist sudah cukup banyak. Mereka dokter dan pengobatannya juga sudah dicakup polis asuransi kesehatan. Di NZ, chiropractor dan kinesiologist menjamur karena para Kiwi suka mendaki gunung, lari/bersepeda cross-country, ski dan segala macam outdoor activities; jadi banyak kejadian patah tulang, salah urat, dll. Kalau cedera, biaya pengobatan akan ditanggung badan yang dibiayai pemerintah, ACC (Accidental Compensation Corporation). Biaya yang ditanggung termasuk biaya perawatan, biaya operasi, kompensasi gaji yang hilang selama cedera, dan uang untuk menyewa suster atau pembantu di rumah selama cedera akan, ditanggung maksimum 100 persen oleh ACC.

Beberapa bulan lalu, lutut saya pernah bergemeletak dan terasa sakit bila dipakai squat atau leg-press di gym. Selain itu, kalau duduk terlalu lama, lutut kiri saya seperti terkunci, kaku, sakit dan panas. Setelah diperiksa dokter, kesimpulannya saya mengalami cedera dan dilaporkan ke ACC. Namun karena yang memeriksa dokter umum (dan dia harus mengecek ke buku untuk memastikan cedera--rasanya dokter di Indo tidak pernah konfirmasi atau cek ulang ke ensiklopedia kedokteran untuk memastikan diagnosa), dia hanya dapat menyarankan saya untuk istirahat dari berlari, latihan kaki dan kegiatan mengangkat benda berat. Setelah sebulan, saya boleh latihan kaki lagi; tapi bila lutut saya tetap terasa sakit, saya harus operasi. Panik!!! Apalagi informasi yang saya dapat dari internet menyebutkan bahwa operasi kadang-kadang bisa membuat keadaan lutut semakin parah, apalagi bila dilakukan pada usia muda.

Setelah satu bulan beristirahat, saya memutuskan pergi ke tempat praktik mantan Ibu kost, tidak ke rumah sakit. Beliau termasuk chiropractor yang laris karena berpraktik di dua kota yang berlainan pulau. Meski saya cuma mengeluh masalah lutut, Beliau memeriksa semua persendian. Ternyata tidak hanya lutut kiri (otot cartilage bergeser dari posisinya dan terjepit di antara tulang), tapi juga lutut kanan, hamstrings-tulang kering-betis-gluteal karena terlalu lama duduk, pinggang bawah karena posisi duduk tidak benar, dan pangkal leher karena ada otot yang terjepit di pangkal leher kiri dan menyebabkan kelingking terasa kaku. Banyak juga. Untuk membenarkan kelingking, tidak saja pangkal kelingking yang diurut tapi juga pangkal leher, dan tulang rusuk. Menurut Beliau, otot di kelingking dan semua jari-jari berhubungan dengan otot dada. Jadi saya perlu sekali-kali mengurut pelan-pelan bagian tepi tulang rusuk untuk melonggarkan otot-otot jari yang kaku.

Satu hal yang paling menarik, kinesiology bisa digunakan untuk menghilangkan kebiasaan mimpi buruk! Ternyata ada juga jawaban medis untuk mengobati kebiasaan merasa ada hantu, mimpi buruk dan perasaan tidak enak lainnya. Ini perawatan bonus. Prosedurnya: mula-mula nadi di tangan kanan saya ditekan beberapa detik, lalu satu titik di belakang leher. Kemudian ibu jari dan telunjuk tangan kanan saya direnggangkan sementara pergelangan tangan saya diketuk-ketuk. Sambil melakukan ini, Ibu kost meminta saya untuk memikirkan bayangan yang sering muncul dalam mimpi. Lalu titik di belakang leher saya diperiksa lagi. Selesai satu tahap. Tahap kedua, satu titik sekitar pusar ditekan beberapa detik, dilanjutkan dengan prosedur merenggangkan jari dan pengetukan nandi untuk tangan kiri. Setelah sekitar tiga menit, perawatan selesai.

Semua prosedur pengobatan berlangsung 30 menit. Lutut saya sekarang sudah tidak terasa sakit dan saya sekarang bisa leluasa berlatih leg-press lagi. Rasa lutut terkunci bila terlalu lama duduk juga hilang. Saya juga sekarang bisa tidur nyenyak tanpa lampu. Semoga lutut saya bisa benar-benar sembuh dan saya terbebas dari operasi.

posted by Leo at 01:01

Sunday, May 08, 2005

Because You Loved Me

Hari ini semua orang di sini memperingati Mother's day. Hari ini juga saya mengingat hari kelahiran Ibu yang saya cintai. Bila mengingat Ibu, ingin rasanya saya mengungkapkannya dalam barisan kata-kata seindah lagu "Because You Loved Me" yang dinyanyikan oleh Celine Dion. Lagu ini diciptakan oleh Diane Warren untuk mengenang ayahnya. Liriknya sesuai dengan ingatan saya akan Ibu, orang yang berjasa besar dalam hidup saya. Ibu yang telah menjadikan saya kuat dan percaya dalam bahwa saya bisa mencapai semua cita-cita dan harapan saya.

Ibu adalah sosok wanita yang berpikiran maju, selalu aktif dan tidak pernah berhenti belajar dan berusaha. Beliau juga adalah orang yang rela berkorban demi kebahagiaan orang lain. Sifat yang merupakan hasil tempaan masa kanak-kanak Beliau yang sulit.

Sepeninggal Bapak, Ibu bekerja membanting tulang untuk anak-anaknya. Sepulang dari kantor, Ibu masih menerima pesanan jahitan, kue, merancang janur dan merias pengantin. Saat kami menempati rumah baru, Ibu membuka usaha salon dan rias pengantin di paviliun. Kami juga pernah memproduksi sabun colek, limun, sambal pecel, seprai dan taplak sulaman, berbagai rajutan, dan beragam penganan, yang kami titipkan di warung-warung dan toko di seputar komplek rumah. Saat Ibu semakin sibuk di kantor, Ibu masih sempat membuka usaha kredit barang-barang, penyewaan baju pengantin, catering dan kos mahasiswa.

Ibu juga memiliki perencanaan jangka panjang untuk anak-anaknya, misalnya Beliau sudah membuka tabungan untuk sekolah anak-anaknya sejak kami lahir. Semuanya ini Beliau rencanakan agar dapat menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik. Apapun keinginan anaknya untuk maju selalu didukung, diusahakan. Apabila akhirnya kami tidak mampu dalam segi biaya, Ibu selalu menghibur bahwa masih ada jalan lain untuk berhasil. Alhamdulillah, tempaan dan pendidikan Ibu membuat kami beprestasi baik dan mendapat keringanan biaya sekolah kemanapun kami memilih sekolah. Semua orang kagum dengan semangat Ibu.

Di rumah, Ibu juga mengajarkan kedisiplinan, tatakrama dan cara hidup teratur. Cara Beliau memang keras, dan terkadang sangat spesifik ke urusan yang sepele seperti misalnya, mengunyah makanan tidak boleh berbunyi, menutup pintu harus perlahan tapi rapat, berjalan tidak menyeret sepatu, mengembalikan barang harus pada tempatnya, dan lainnya. Dulu kami tidak menyadari bahwa cara Ibu mendidik kami merupakan wujud kasih sayang dan perhatian Beliau yang khas. Kami sering merasa kecewa karena Ibu sering marah dan terkesan kaku saat mengomentari perilaku dan pilihan kami. Tapi di lain waktu, bila kami berhasil, Beliau tidak segan-segan menunjukkan rasa bangganya kepada semua orang. Anak-anak adalah harta yang tak terhingga bagi Ibu.

Lambat laun kami mengerti bahwa dibalik semuanya ini ada bekal berharga untuk kemudian hari. Apa yang Ibu dulu ajarkan sangat membekas dalam hati dan ingatan kami. Sikap Beliau menimbulkan rasa aman dan kami sering merasa kehilangan Beliau karenanya.

Sewaktu saya tinggal berjauhan, saya bersyukur bahwa saya masih sempat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah Beliau. Saya mengerti bahwa Ibu juga manusia biasa yang memiliki kekurangan, yang bisa lelah di antara jerih payahnya mengurusi kami. Setiap kali pulang, saya dan Ibu selalu meluangkan waktu untuk makan di luar dan bercerita banyak. Tapi semuanya tidak berlangsung lama karena saya harus meninggalkan tanah air. Saat kami berpisah, saya tidak tega untuk menengok ke belakang, melihat Ibu yang menunggu dibalik kaca terminal keberangkatan. Namun saya tetap tidak lupa berkirim surat dan menelepon.

Berkat doa dan keyakinan Ibu, saya pun bisa berhasil di negeri asing. Tapi perjalanan waktu itu merupakan kali terakhir saya bersama Ibu. Beliau jatuh sakit dan tidak jadi menghadiri wisuda. Saat itu saya berharap Beliau dapat sembuh. Namun dari bulan ke bulan, kabar mengenai kesehatan Beliau semakin memburuk. Saya pun bergegas pulang.

Ketika Beliau menutup mata, kami berada di samping Beliau. Kami merasa sangat kehilangan, tapi sekaligus merasa lapang karena penderitaan Beliau sudah berakhir dan Beliau dapat beristirahat dengan tenang. Kepergian Ibu juga membuat kami tersadar betapa berartinya Beliau bagi orang lain. Dalam hitungan menit sejak Ibu berpulang, orang-orang berdatangan dari segala penjuru seperti aliran air yang membawa bantuan. Mulai dari tukang becak, pengumpul sampah, penjual pecel keliling, mantan pembantu di rumah, tetangga, kawan-kawan Ibu sampai orang-orang yang kami tidak kenal. Semua berkelebat dalam menit-menit yang berlalu dengan cepat, seolah Sang Kuasa tak sabar menerima Ibu kembali ke pangkuanNya.

Kami berharap bahwa kami sempat memberikan kebahagiaan bagi Beliau, meskipun kami tidak dapat membalas semua pengorbanan Beliau untuk hidup kami. Kami juga mohon ampun kepada Yang Kuasa karena sikap kami terhadap Ibu dan sedikitnya waktu kami untuk menemani Ibu. Kami bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menemani Beliau di saat-saat terakhir. Semoga kehadiran kami membawa kebahagiaan bagi Beliau, dan semoga doa kami untuk Beliau diterima Sang Maha Pemurah dan Penyayang, Amin.

posted by Leo at 00:55

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004