<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, May 08, 2005

Because You Loved Me

Hari ini semua orang di sini memperingati Mother's day. Hari ini juga saya mengingat hari kelahiran Ibu yang saya cintai. Bila mengingat Ibu, ingin rasanya saya mengungkapkannya dalam barisan kata-kata seindah lagu "Because You Loved Me" yang dinyanyikan oleh Celine Dion. Lagu ini diciptakan oleh Diane Warren untuk mengenang ayahnya. Liriknya sesuai dengan ingatan saya akan Ibu, orang yang berjasa besar dalam hidup saya. Ibu yang telah menjadikan saya kuat dan percaya dalam bahwa saya bisa mencapai semua cita-cita dan harapan saya.

Ibu adalah sosok wanita yang berpikiran maju, selalu aktif dan tidak pernah berhenti belajar dan berusaha. Beliau juga adalah orang yang rela berkorban demi kebahagiaan orang lain. Sifat yang merupakan hasil tempaan masa kanak-kanak Beliau yang sulit.

Sepeninggal Bapak, Ibu bekerja membanting tulang untuk anak-anaknya. Sepulang dari kantor, Ibu masih menerima pesanan jahitan, kue, merancang janur dan merias pengantin. Saat kami menempati rumah baru, Ibu membuka usaha salon dan rias pengantin di paviliun. Kami juga pernah memproduksi sabun colek, limun, sambal pecel, seprai dan taplak sulaman, berbagai rajutan, dan beragam penganan, yang kami titipkan di warung-warung dan toko di seputar komplek rumah. Saat Ibu semakin sibuk di kantor, Ibu masih sempat membuka usaha kredit barang-barang, penyewaan baju pengantin, catering dan kos mahasiswa.

Ibu juga memiliki perencanaan jangka panjang untuk anak-anaknya, misalnya Beliau sudah membuka tabungan untuk sekolah anak-anaknya sejak kami lahir. Semuanya ini Beliau rencanakan agar dapat menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik. Apapun keinginan anaknya untuk maju selalu didukung, diusahakan. Apabila akhirnya kami tidak mampu dalam segi biaya, Ibu selalu menghibur bahwa masih ada jalan lain untuk berhasil. Alhamdulillah, tempaan dan pendidikan Ibu membuat kami beprestasi baik dan mendapat keringanan biaya sekolah kemanapun kami memilih sekolah. Semua orang kagum dengan semangat Ibu.

Di rumah, Ibu juga mengajarkan kedisiplinan, tatakrama dan cara hidup teratur. Cara Beliau memang keras, dan terkadang sangat spesifik ke urusan yang sepele seperti misalnya, mengunyah makanan tidak boleh berbunyi, menutup pintu harus perlahan tapi rapat, berjalan tidak menyeret sepatu, mengembalikan barang harus pada tempatnya, dan lainnya. Dulu kami tidak menyadari bahwa cara Ibu mendidik kami merupakan wujud kasih sayang dan perhatian Beliau yang khas. Kami sering merasa kecewa karena Ibu sering marah dan terkesan kaku saat mengomentari perilaku dan pilihan kami. Tapi di lain waktu, bila kami berhasil, Beliau tidak segan-segan menunjukkan rasa bangganya kepada semua orang. Anak-anak adalah harta yang tak terhingga bagi Ibu.

Lambat laun kami mengerti bahwa dibalik semuanya ini ada bekal berharga untuk kemudian hari. Apa yang Ibu dulu ajarkan sangat membekas dalam hati dan ingatan kami. Sikap Beliau menimbulkan rasa aman dan kami sering merasa kehilangan Beliau karenanya.

Sewaktu saya tinggal berjauhan, saya bersyukur bahwa saya masih sempat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah Beliau. Saya mengerti bahwa Ibu juga manusia biasa yang memiliki kekurangan, yang bisa lelah di antara jerih payahnya mengurusi kami. Setiap kali pulang, saya dan Ibu selalu meluangkan waktu untuk makan di luar dan bercerita banyak. Tapi semuanya tidak berlangsung lama karena saya harus meninggalkan tanah air. Saat kami berpisah, saya tidak tega untuk menengok ke belakang, melihat Ibu yang menunggu dibalik kaca terminal keberangkatan. Namun saya tetap tidak lupa berkirim surat dan menelepon.

Berkat doa dan keyakinan Ibu, saya pun bisa berhasil di negeri asing. Tapi perjalanan waktu itu merupakan kali terakhir saya bersama Ibu. Beliau jatuh sakit dan tidak jadi menghadiri wisuda. Saat itu saya berharap Beliau dapat sembuh. Namun dari bulan ke bulan, kabar mengenai kesehatan Beliau semakin memburuk. Saya pun bergegas pulang.

Ketika Beliau menutup mata, kami berada di samping Beliau. Kami merasa sangat kehilangan, tapi sekaligus merasa lapang karena penderitaan Beliau sudah berakhir dan Beliau dapat beristirahat dengan tenang. Kepergian Ibu juga membuat kami tersadar betapa berartinya Beliau bagi orang lain. Dalam hitungan menit sejak Ibu berpulang, orang-orang berdatangan dari segala penjuru seperti aliran air yang membawa bantuan. Mulai dari tukang becak, pengumpul sampah, penjual pecel keliling, mantan pembantu di rumah, tetangga, kawan-kawan Ibu sampai orang-orang yang kami tidak kenal. Semua berkelebat dalam menit-menit yang berlalu dengan cepat, seolah Sang Kuasa tak sabar menerima Ibu kembali ke pangkuanNya.

Kami berharap bahwa kami sempat memberikan kebahagiaan bagi Beliau, meskipun kami tidak dapat membalas semua pengorbanan Beliau untuk hidup kami. Kami juga mohon ampun kepada Yang Kuasa karena sikap kami terhadap Ibu dan sedikitnya waktu kami untuk menemani Ibu. Kami bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menemani Beliau di saat-saat terakhir. Semoga kehadiran kami membawa kebahagiaan bagi Beliau, dan semoga doa kami untuk Beliau diterima Sang Maha Pemurah dan Penyayang, Amin.

posted by Leo at 00:55

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004