<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, March 19, 2005

Sehat itu Mahal

Ungkapan ini sering dipakai untuk mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan. Orang-orang yang terlanjur sakit juga sering mengucapkannya sebagai bentuk penyesalan setelah jatuh sakit. Saya termasuk di kategori yang terakhir.

Sebenarnya saya cukup hati-hati dalam menjaga kesehatan seperti makan, tidur, kerja dan olah raga teratur. Tidak lupa juga suntik vaksin flu, supaya bebas batuk dan pilek selama musim dingin. Tapi sebagai manusia biasa, saya sering lalai dan akhirnya saya jatuh sakit.

Berawal dari minum susu. Saya membiasakan minum susu, meski lactose intolerant. Tidak enak rasanya bila di NZ yang susu sapi berlimpah ruah dan murah, saya tidak ikut minum susu. Susu juga sumber kalsium yang bagus bagi saya yang gemar olah raga. Tapi perut masih tidak bisa berkompromi meski saya sudah memilih susu yang rendah lemak, 99 percent fat free.

Sepulang naik bukit dan berendam Jum'at lalu, saya diajak teman flat memetik peach tidak jauh dari flat. Kebunnya cukup luas dan buah-buahnya banyak sekali memenuhi ranting-ranting pohon yang tingginya hanya sekitar 1.2 - 1.8 m. Saya semakin bersemangat karena bisa makan gratis peach di kebun, dan hanya membayar $3.5 per kilo bila dibawa pulang. Banyak peach ranum yang rontok dan disia-siakan pemiliknya. Kalau di Indo, yang rontok-pun dipungut, dijadikan selai, manisan atau dodol. Bahkan kalau buah mangga ranum yang bekas digigit kelelawar-pun diambil untuk diberikan pada ibu-ibu hamil; katanya supaya anaknya pilihan, tampan atau cantik. Di sini dibiarkan. What a waste...pikir saya sambil memetik sebutir peach merah ranum dan langsung mengigitnya. Teman bilang, cuci dulu... saya bilang, insya Alloh tidak ada efek negatif-nya. Rasanya manis, segar, banyak airnya, nikmat selagi matahari terik dan udara panas.

Minggu pagi, saya merasa pening, tapi saya biarkan. Gigi geraham bagian belakang bawah juga terasa ngilu, saya biarkan. Minggu siang, saya memenuhi undangan teman untuk makan siang dengan menu coto Makassar. Saat semangat makan coto yang gurih, pedas dan panas, saya tersedak, mendadak agak oleng. Saya pikir, ini akibat terlalu bersemangat makan coto sekaligus mengobrol.

Senin pagi, saya sudah berada di ruang dokter, diambil darah dan diberi resep obat. Diagnosa sementara: radang usus. Beberapa jam sepulang dari dokter, saya merasa pening luar biasa; muka terasa membeku karena sakit gigi. Melihat di cermin, gusi di belakang gigi geraham saya memerah. Saat saya pegang, seperti ada gigi baru mau tumbuh. Apakah geraham bungsu? Saya pun sibuk mencari jadwal dokter gigi. Semua dokter yang murah dan bagus sudah fully booked sampai minggu depan. Saya akhirnya dapat jadwal hari Rabu dari dokter di desa. Ternyata banyak sekali orang sakit gigi di dunia ini. Saya pun harus bersahabat dengan panadol selama dua hari untuk meredakan sakit.

Selasa, kembali ke dokter, mendengarkan interpretasi test darah. Alhamdulillah, normal. Diagnosa akhir, semua karena makanan dan asam lambung yang berlebih. Rekomendasi: kurangi susu, kurangi makanan pedas dan selalu mencuci buah bersih-bersih sebelum memakannya. Meski obat yang diberikan dokter sangat manjur untuk mengurangi asam lambung, saya masih merasa tersengal bila bernafas; seperti ada yang menghalangi di dada. Dokter memeriksa paru dan jantung; hasilnya semua normal. Dia menyimpulkan mungkin otot dada agak terganggu saat perut terganggu. Malamnya, saya memutuskan untuk memakai cara turun-temurun. Bermodalkan uang Rp. 100 (ternyata ini hikmahnya ada koin rupiah terselip di saku ransel) dan balsam, saya membuat dua jalur kerokan di dada kanan. Rasa tersengal itu langsung hilang dalam satu jam. Betapa manjurnya kerokan!

Rabu pagi, jadwal dokter gigi. Ruangannya apik, serba kayu; tapi peralatannya kuno, lebih kuno dibandingkan klinik milik teman baik saya di Jatinegara. Diagnosa: ada gigi yang mau tumbuh atau akar yang tertinggal; harus roentgen. Dua kali difoto, kali ini bukan dengan senyum Monalisa, tapi menganga dan meringis. Hasil roentgen: ada dua akar gigi geraham tertinggal, satu di rahang bawah, satu di rahang atas. Yang di bawah sudah menyebabkan radang dan dianjurkan dicabut. Yang di atas bisa menunggu.

Saya terbayang mahalnya biaya suntik, cabut dan obat, apalagi bisa tidak ditanggung asuransi. Tapi setelah membayangkan rasa sakit, saya memutuskan dicabut sekarang. Saat melihat jarum yang panjang melengkung, saya memejam mata dan menarik nafas dalam. Tiga kali disuntik, sakit! Lima menit kemudian, saya merasa bibir saya menjadi setebal bibir Titi DJ dan wajah menjadi setebal make-up Tata Dado. Dokter-pun mulai mengerahkan tenaga mencabut akar yang tertinggal. 10 menit, berhasil. Dua akar gigi yang besar-besar. Saya tidak merasa apa-apa. Dokter lalu menjahit gusi saya. Sebagai bekal pulang, saya diberi dokter selembar penjelasan pantangan selama perawatan, resep antibiotic, 2 butir parasetamol dan kapas tebal untuk pengganjal gigi. Saya dipesankan bahwa anestesi tetap bekerja dalam 2 jam, meskipun kenyataannya 4 jam. Saya harus duduk tegak, tidak boleh tiduran, minum harus lewat sedotan, makan hanya boleh yang cair dan lembek.

Di office, saya cuma bisa mengangguk dan tersenyum, untung masih bisa mengetik, dan tengok blog sekali-kali. Saya juga sibuk memeriksa polis asuransi, terutama bagian dental; lalu mencari referensi dari internet tentang jenis perawatan yang saya dapatkan. Alhamdulillah, sekitar 70-80 persen biaya akan diganti asuransi. Jika tidak, wah... tapi saya masih bersyukur bisa kembali sehat. Sehat itu mahal, apalagi jika sudah terlanjur sakit.

posted by Leo at 02:28

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004