<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, May 21, 2005

Time Flies Like an Arrow, Fruit Flies Like a Banana

Mengerti artinya? Kalimat ini terpampang di ruangan kerja saya dulu. Sebagian pengunjung cepat tanggap dengan artinya, tapi sebagian lain perlu beberapa saat untuk berpikir sebelum akhirnya tersenyum-senyum sendiri.

Waktu yang berlalu cepat. Itu yang saya rasakan. Saat menulis tentang kenangan akan Ibu, saya tersadar bahwa saya telah berpisah dengan Beliau hampir 6 tahun. Keponakan-keponakan saya pun cepat tumbuh besar. Salah satunya tahun ini masuk SMA; padahal masih jelas ingatan saya dulu pernah mengasuh dia saat berumur 6 bulan. Juga tidak terasa bahwa satu per satu teman-teman baik di sini mulai mengepak barang-barangnya dan pulang ke tanah air.

Do you know where you're going to?*
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know...?

Malam itu, saya berpisah dengan salah satu teman. Dia dan keluarganya sudah seperti saudara sendiri. Sebagai kenang- kenangan, mereka memberi saya satu set ulegan batu, asli buatan Boyolali, karena mereka tahu saya suka masak. Lewat jam 9 malam, saya berpamitan dan di antar sampai ke halte bis oleh teman.

Ada lima orang di halte bis, termasuk saya. Ada satu gadis remaja Kiwi penjaga supermarket tampak sibuk mengirim sms. Dua mahasiswa dari Pasific mengobrol dan tertawa-tawa mengisi waktu menunggu bis. Satu lagi Bapak dari RRC hilir mudik mengusir rasa dingin sekaligus mencoba berlatih bahasa Inggrisnya dengan bertanya secara bergilir kepada kami berempat.

Pertanyaan-pertanyaan Bapak China ini sangat menarik, meski dia lebih banyak mengobrol dengan si gadis Kiwi. Saya tidak bermaksud menguping, tapi suasana yang sepi membuat bisikanpun terdengar keras. Dengan lafal yang berhati-hati, Bapak itu bertanya mengapa banyak gadis Kiwi bekerja sampai larut malam, apakah tidak bersekolah? Tetap sekolah dan terpaksa bekerja karena ingin membeli mobil, itu jawaban si gadis. Pembicaraan pun mulai melebar ke arah keluarga, kemandirian, kredit mobil, sampai suatu saat si Bapak berbicara lebih dekat dengan si gadis, hampir tidak terdengar. Tapi si gadis tetap menjawab dengan volume suara yang sama, kira-kira terjemahannya: "Tidak perlu satu. Saya bisa bersama pacar saya dalam beberapa hari, kemudian dengan teman laki-laki saya yang lain pada hari lain." Si gadis tetap bersikap santai. Si Bapak itu kembali berbisik dan jawaban si gadis memperjelas apa yang sedang mereka perbincangkan: "Ya...saat saya bersama dengan pacar saya... kamu tahu kan maksud saya...biasanya kami emm...babibu dulu, setelah itu blablabla (maaf, sensor). Keesokan harinya, saya bisa aiueo dengan si X, Y, Z. Dan saya tidak khawatir ketahuan, pokoknya saling tahu, main aman. Sudah biasa seperti itu, lagipula saya masih muda."

Glek, saya dengar si Bapak itu menelan air liur. Saya sekuat tenaga menahan tawa sambil memalingkan wajah supaya tidak dikira menguping. Bapak itu beruntung karena lawan bicaranya tidak tersinggung dan bisa menanggapi pertanyaannya yang jahil secara santai. Semoga Bapak itu semakin lancar berbahasa Ingris. Semoga dia juga sadar bahwa jawaban si gadis mungkin merupakan campuran antara kenyataan dan impian.

Do you get what you're hoping for*
When you look behind you there's no open door
What are you hoping for? Do you know...?

Waktu yang berlalu dengan cepat terkadang membuat saya begitu lekat dengan euphoria masa lalu yang melarutkan antara kenyataan, harapan dan impian. Seperti pembicaraan antara Bapak China dan gadis Kiwi; bila saya bertanya, saya sering memiliki skenario tentang jawaban apa yang ingin saya dengarkan. Saya juga ingin jawaban itu gamblang, tanpa teka- teki, seperti judul tulisan ini. Saya ingin mempercayai jawaban si gadis Kiwi, tapi saya ragu dengan kesempurnaannya karena hidup ini tidak ada artinya bila hanya mengalir tanpa kelok, tanjakan dan jurang. Bilapun proses pencarian saya semudah saya mengupas buah pisang, misalnya, saya sering mendapati bahwa masih ada kulit ari pahit yang tersisa, dan ada bagian buah yang sudah terlalu lunak dan matang. Saya bisa berharap dan berusaha untuk tahu kemana hidup membawa saya, tapi saya sadar bahwa jalan hidup saya tidaklah akan sempurna. Tapi bukankah untuk itulah saya hidup? Bukankah untuk itulah saya terus mencari, merasakan wujudnya, merasakan kehilangannya dan akhirnya mengerti?

Malam itu suhu udara sekitar 10 derajat Celcius dan angin bertiup semilir dingin. Meski saya lupa membawa jaket, di halte itu saya merasa hangat. Mungkin karena obrolan Bapak China dan si gadis Kiwi; mungkin juga karena ulegan kenangan dari teman, yang saya sangga dengan kedua tangan. Apapun itu, meski hanya sedikit dan sederhana, patut saya syukuri. Seperti ulegan dan cobet secondhand ini, yang saya yakin di hari-hari ke depan dapat mengembalikan nikmatnya makan hanya dengan nasi hangat, lalab dan lauk seadanya, meski tanpa sendok, tanpa garpu. Saya harus bisa berbesar hati bila harapan saya ternyata tidak terwujud; karena hanya dengan cara ini saya bisa menemukan harapan baru dalam warna-warni hidup.

Somewhere over the rainbow; way up high in the land that I heard of once.**
Once in a lullaby

Somewhere over the rainbow; skies are blue.
And the dreams that you dare to dream really do come true

Someday I'll wish upon a star and wake up where the clouds are far behind me
Where troubles melt like lemon drops, away above the chimney tops.
That's where you'll find me

Somewhere over the rainbow; skies are blue.
And the dreams...that you dare to dream really do come true
If happy little bluebirds fly above the rainbow, why? Oh, why can't I?

* Do You Know Where You're Going To? (Theme from Mahogany; sung by Diana Ross)
**Somewhere over the rainbow (Theme from the Wizard of Oz; sung by Eva Cassidy)

posted by Leo at 00:57

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004