<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Friday, October 08, 2004

Untuk apa kaya?

Membaca berita Yahoo!/Forbes tentang orang terkaya di dunia, saya lantas terpikir untuk apa ya kalau saya dapat kekayaan yang melimpah? Sulit menjawabnya karena saya masih berpikir dari mana dan bagaimana saya bisa mendapatkannya. Undian? Bukanlah saya kalau mudah menang undian. Saya seperti sudah ditakdirkan harus bekerja keras dulu untuk mendapatkan kecukupan, dan saya tidak pernah menyesalinya.

Mungkin itu juga berlaku untuk sebagian orang-orang terkaya di dunia menurut versi Forbes. Penghuni daftar terkaya di dunia sekarang didominasi oleh orang-orang yang memang bekerja dengan keras, tidak mengandalkan keturunan dan warisan. Bill Gates sudah pasti tetap nomor satu. Terkaya lainnya juga macam-macam, mulai dari Walter Buffet, raja investasi yang menguntit Bill Gates dengan ketat; J.K Rowling, penulis yang ketiban rejeki berkat si penyihir kecilnya; Sergey Brin & Larry Page yang mendirikan mesin pencari Google; sampai Guy Laliberte, pemilik sirkus antik Cirque du Soleil; sampai satu-satunya orang Indonesia di urutan ke-126. Sementara yang kaya karena keturunan semakin "miskin" dari tahun ke tahun.

Tapi kalau sudah kaya, apalagi yang dicari? Walter Buffet bilang "tidak akan berhenti menjadi kaya karena bekerja dan berinvestasi sudah seperti hobby". Apa lantas kekayaan mereka untuk diri sendiri? Coba tengok Bill and Melinda Gates Foundation, luar biasa cakupan dan sumbangannya, dan intinya adalah membantu manusia untuk dapat menjadi manusia, sehat, sadar dan bisa bekerja.

Pertanyaan lain terlintas saat membaca berita penggusuran rumah petak di Jl. Taman Anggrek Bandung (Kompas, 27/09/04). Bila yang kaya masih berusaha, apa yang miskin juga punya keberanian untuk tidak berhenti berusaha?

Saya kenal betul daerah Taman Anggrek karena sewaktu TK dan SD saya sering pergi membersihkan gigi di klinik Providentia. "Saya ingin rumah seperti itu..." judul yang dikutip KOMPAS dari ucapan Haryati, anak 8 tahun yang menunjuk salah satu rumah bagus di deretan rumah-rumah model Art Deco jaman Belanda di sekitar jalan itu. Tentu saja sulit bagi Haryati untuk mengerti 'cara' mendapatkan rumah seperti itu, karena rumah petaknya digusur dan keluarganya sekarang tinggal hanya di bawah naungan tenda. Haryati mungkin sudah mengerti bahwa kedua orang tuanya selalu susah payah bekerja sebagai tukang parkir tak resmi dan pembantu rumah tangga, dan mungkin tidak lama lagi dia akan bergabung dengan teman-temannya sebagai pengamen di jalan (Kompas, 02/10/04). Ya, penghasilan mengamen 5000 rupiah sehari masih bisa memberi sambungan hidup, atau sekedar membeli kerupuk murahan dan makanan kecil di warung untuk mengganjal perut.

Semua sumber daya keluarga miskin dikerahkan untuk tetap hidup, meski masih tetap tidak cukup. Tapi apa lantas karena miskin mereka tidak pernah punya sumbangan untuk kita, masyarakat? Komentar positif akan cenderung berbelas kasihan. Komentar lainnya bisa saja menuduh mereka menambah beban, karena sudah miskin kok nambah anak terus, menambah padat kota, mengurangi keindahan. Tapi bukankah mereka juga membantu mencarikan tempat parkir yang strategis? Mencucikan baju dan membuang sampah-sampah di rumah? Meski lagu mereka di perempatan jalan terlalu nyaring, monoton dan sumbang, bukankah mereka sering pula tersenyum pada kita yang sering kali terlalu malas tersenyum? Permisi oom...

Saya kemudian berbalik melihat salah satu keluarga dekat. Keluarga dari kelas menengah dengan orang tua yang cukup berpendidikan, tapi tidak terlalu berkecukupan. Ada saja kekurangan dari segi ekonomi. Mereka sudah berusaha keras berhemat karena hanya mengandalkan pendidikan tinggi saja tidak cukup. Mereka juga bekerja giat seperti halnya orang-orang terkaya di dunia dan keluarga Haryati, tapi rejeki yang mereka dapat adalah anak...terus bertambah.

Saya pernah mengungkapkan ketidaksetujuan saya terhadap pilihan mereka untuk menambah anak, karena secara ekonomi mereka kurang. Tapi akhirnya saya mengerti. Mereka telah dan sedang berusaha menyumbangkan yang terbaik untuk orang lain. Tidak dengan uang dan latar pendidikan mereka, tapi dengan anak-anak yang sehat, generasi yang mereka didik dengan baik. Meski banyak, tapi anak-anak itu mendapat cinta dan bimbingan yang cukup.

Kesimpulannya? Apa arti kaya? Semua orang tidak bisa memilih untuk menjadi kaya atau miskin. Ini juga berlaku untuk anak-anak dari orang terkaya di dunia. Meski mereka tentu aja akan mewarisi kekayaan orang tuanya...mereka tetap harus bekerja keras untuk tidak membuat mereka bertambah 'miskin'. Sepertinya, jawaban pertanyaan-pertanyaan itu terletak pada tanggung jawab dan kemauan berusaha. Bila melihat sekilas, mungkin kita tidak bisa mengerti mengapa si miskin berbuat ini atau si kaya berbuat itu. Hal ini karena kita perlu mengerti bahwa dengan takdir masing-masing, setiap individu akan memilih cara untuk mencapai tujuan akhirnya. Mungkin sang individu tidak tahu bagaimana, karena dia kurang; atau sudah tahu bagaimana tapi dapat hasil yang lain; atau tahu caranya dan berhasil mencapai tujuannya. Memilih berarti harus bisa berusaha dan bertanggung jawab, dan tentu saja bersyukur untuk apa-pun hasilnya...(thanks Mas Adhy untuk kutipan tiga syukur setiap hari dari Arvan Pradiansyah's Life is Beautiful; thanks juga untuk Wis yang mendahului posting tulisan bertopik serupa...tapi nambah ide...tidak terasa tulisan ini saya cicil penulisannya dalam 10 hari...).

Cheers...sorry kalau terlalu panjang...have a nice weekend!!!

posted by Leo at 07:56

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004