<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Tuesday, August 10, 2004

International Night: Inul Menari Perut dengan Semangat Patriotik

Saat musim dingin ternyata asyik juga melihat International Night. Pertunjukkannya cukup beragam. Acara dibuka dengan tarian suku Maori Ngati Whatua O Orakei, luar biasa cara mereka menyanyi, seperti saudara-saudara kita dari Maluku. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyian Sukiyaki dan beberapa lagu berbahasa Jepang. Ada juga tarian dari Solomon Island yang mirip dengan tarian dari Irian Jaya. Yang menarik adalah alat musiknya yang terbuat dari bamboo dan dipukul dengan sandal jepit.

Kemudian ada tarian salsa dan merengue yang …wow….dinamis. Para penari salsa dan merengue yang saya tonton cukup ‘berbeda’ dari penari salsa yang pernah saya lihat di layar tv di Jakarta. Penari pria-nya tampak tetap lincah bergoyang pinggul dengan mimik wajah sesuai dengan irama musik dan terfokus dengan mimik wajah pasangannya. Badan tetap tegap, pinggul bergoyang dan asyik berirama kaki, serasi tanpa kehilangan kesan macho. Melihat para penari dari Amerika Selatan itu membuat saya ingin belajar salsa dan merengue. Lain halnya dengan para penari salsa yang saya lihat di layar tv. Penari pria-nya terkesan over-friendly, dengan senyuman lebar (formalitas) dan gerakan halus yang tidak jauh dari pasangannya. Saya bukan ahli membedakan tarian, tapi peran penari pria di merengue lebih sedikit karena hanya menjadi penyeimbang, sedangkan sebagian besar tarian didominasi penari wanita yang menggetarkan badan mulai dari bagian kepala, bahu, dada, pinggung sampai kaki. Gaya ngebor Inul pun muncul dalam merengue….Tarian salsa lebih seimbang, meski lebih rumit dari keselarasan kaki.

Di antara tarian Amerika Selatan, saya lebih tertarik dengan tango. Menurut saya, tango merupakan tarian yang begitu personal. Lain dengan salsa dan merengue yang para penarinya berpasangan dan hanya sesekali merapatkan badan, tango hampir setiap saat mensyaratkan badan kedua penari tetap rapat selama menari. Musiknya syahdu campuran Italia dan Spanyol, karakter mediterania. Gerakan kakinya seiring dengan musik dan tatapan mata, dan badan tetap merapat. Sepasang penari yang menari seolah hanya untuk berdua…

Setelah pertunjukan cara memakai kimono, rentetan tarian India dan peragaan busana India, tiba-tiba ada kejutan dengan munculnya penari perut….dengan iringan musik Lebanon. Bukan orang mediterania, tapi orang Cina yang menari perut. Hanya dalam satu bulan, ternyata orang Cina-pun bisa menari perut dengan mahir. Sayangnya saya kurang menikmati tarian itu karena kesan penari perut yang seksi hilang begitu sang penari mengangkat tangan…bukan…bukan…tidak ada hutan yang tersisa…tapi kegempalan tubuh si penari memberi kesan seorang binaragawati sedang mempertontonkan ototnya….

Bila saya suka mendengar suara Sarah McLachlan yang terdengar syahdu dan mistis, saya juga suka mendengar suara penyanyi yang belum dikenal dari Inggris. Suaranya tidak setebal Sarah tapi dengan kerenyahan yang sama…Tiga folk songs dari Inggris dinyanyikan, satu dengan pasangan pria-nya, dan semuanya membuat penonton sekejap diam dan seolah tenggelam dalam lagu-lagu bertemakan ibu-anak, wanita dan pedesaan. Suasana kemudian berubah ketika ada kontes di antara penonton untuk menirukan gerakan haka, welcoming dance dari suku Maori. Cukup sensasional karena pemenangnya orang Jepang…

Menurut panitia, acara penutup merupakan acara kehormatan, tapi ternyata paling mengejutkan dari semua penampil. Adalah dua presenter layaknya para presenter Asia Bagus…mencoba bergaya dan berkomentar unik…mengantarkan operet singkat tentang kehidupan muda-mudi di tanah Melayu, the truly asia—Malaysia. Ada warung dan peragaan busana (Melayu, Cina, dan India). Warung dan peragaan busana? Setelah itu para aktor yang berjumlah 15 orang mulai menyanyi bersama dengan suara terkeras dari presenter wanita…lagu yang dibawakan bertema pujian terhadap kebesaran bangsa Malaysia. Bagi yang tidak berbahasa Melayu mungkin tidak menjadi sesuatu yang ‘mengganggu’, tapi bagi saya lirik lagu tersebut terdengar sangat sangat patriotic…apalagi dengan paduan suara yang sangat tegas dan keras dengan seorang penari latar yang hilir mudik mengusung dan melambai-lambaikan bendera Malaysia…patriotik sekali…Chauvinist? Mungkin tidak karena para penari GSP juga sering membawa-bawa merah putih ke panggung meskipun mereka berpakaian cekak….Berlebihan? Mungkin karena seharusnya acara puncak sesuatu yang lebih bagus dari itu…atau mungkin panitia menganggap acara patriotik seperti itu sesuatu yang mengejutkan sehingga ditaruh paling akhir…surprise…surprise…Merdeka!!! Dirgayahu RI ke-59.

posted by Leo at 06:22

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004