<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Saturday, June 26, 2004

Wellington-Lincoln, 25 June 2004

Hari saat perjalanan pulang. Berebut kamar mandi dengan roommate dari Perancis. Ternyata dia mau pindah, mungkin sudah dapat flat atau mungkin pindah ke hotel lainnya, supaya tidak bosan. Ternyata tadi malam tidur nyenyak sekali sampai tidak tahu ada roommate baru lagi. Jam 8 pagi check out dan shuttle sudah menunggu. Jam 8.30 sudah berada di terminal ferry, check-in dan sarapan sebuah muffin favorit: blueberry muffin. Penumpangnya banyak dan sebagian besar memang akan berlibur ke South Island.

Pukul 9.30 semua penumpang sudah berada di dalam ferry Interislander dari Wellington ke Picton. Saya ambil tempat duduk di dalam di tepi jendela supaya bisa lihat pemandangan. Tapi setelah 15 menit di dalam, saya putuskan untuk pindah ke dek atas agar bisa ambil foto. Ternyata keputusan tepat dan saya tidak kembali duduk di dalam lagi selama tiga jam perjalanan. Indah sekali pemandangannya. Yang sangat berkesan adalah kelokan-kelokan teluk. Saya sangat beruntung karena dua setengah hari di Wellington, cuacanya cerah sekali dan kali ini dalam perjalanan pulang, cuaca juga tetap cerah. Meski angin di dek cukup kencang tapi pemandangan alam tidak menyurutkan minat untuk tetap di dek dan mengambil foto.

Sesampainya di Picton, langsung check-in tiket kereta. Cepat dan tidak perlu issue tiket baru, cukup lembaran yang saya print dari email konfirmasi pemesanan saja. Sempat kelaparan dan akhirnya memutuskan makan siang di 'Subway'. American Franchise, jadi saya harus siap dengan macam-macam pertanyaannya.

Saya memesan tuna sandwich, lalu ditanya (1) mau panjang rotinya berapa? 6 inchi atau 1 feet (30 cm). Karena ingin tahu, saya pesan yang 1 feet-long sandwich. Ditanya lagi (2) mau rotinya jenis apa... Saya sudah agak bingung dan lapar. Si pelayan menunjuk contoh roti yang tersedia, ada 8 jenis. Karena tidak mau orang yang mengantri panjang lama menunggu, saya pilih roti yang paling dekat, Italian bread. Ternyata tidak salah, enak sekali. Si pelayan lalu membelah roti dan bertanya lagi (3) mau diberi keju jenis apa? Ada enam pilihan, dan saya sudah lupa jenis apa saja yang ditawarkan si pelayan...saya asal bilang "ceddar"...Setelah diberi empat lapis keju, roti saya dioper ke pelayan yang di tengah. Lalu diberi tuna dan ditanya lagi, (4) mau sayuran apa? lettuce, tomato, chilli, onion, atau apa saya lupa lagi...saya pilih tomato dan chilli (paprika)...ditanya lagi (5) sausnya apa? Ada 15 jenis saus...saya tambah bingung... 'thousand islands' adalah yang termudah meski mungkin lebih enak kalau pakai oriental sauce karena lebih pedas. Di tanya lagi (6) take out or here?...(7) any drink? Total 7 pertanyaan untuk pesan satu buah sandwich... American style... inginnya sophisticated dengan layanan yang beragam tapi bagi saya kadang membuat bingung.

Sama halnya dulu pernah pesan bagel (roti berbentuk donat, keras, cukup keras untuk 'nimpuk' orang), saya harus menjawab pertanyaan mulai dari jenis begel, dipanaskan seberapa matang, pakai keju jenis apa, kejunya mau dilelehkan atau tidak, begelnya mau dibelah atau tidak, dll, sampai saya pergi tidak jadi pesan...why don’t you just give me the damn bagel!!! Salah satu teman baik saya dulu sering memanfaatkan kesempatan seperti itu untuk membuat bingung. Dia senang memesan yang aneh-aneh...tolong rotinya jangan terlalu kering, telurnya jangan terlalu matang atau terlalu mentah, jangan sampai ada kentang yang gosong, dagingnya dibiarkan panas tapi jangan sampai gosong supaya warna merahnya tetap, tapi jangan lupa dibalik supaya dua sisinya rata. Garamnya jangan banyak-banyak, telurnya diberi merica sedikit. Tehnya pakai gula sedikit tapi jangan terlalu manis. Salah sedikit, si pelayan bisa kena damprat. Maklum teman saya orang Amerika. Kalau saya jadi pelayannya, sudah minta berhenti sejak menit pertama ada orang yang pesan seperti itu!

Perjalanan kereta cukup menyenangkan, meski agak biasa. Keretanya seperti kaleng karena tidak berbentuk sekokoh gambar atau iklannya, tidak sekokoh kereta-kereta Argo. Ruangan dalamnya memiliki kursi yang lebih lebar dibandingkan kereta di Indo, mungkin disesuaikan dengan ukuran orang-orang di sana. Saya pesan tiket dengan gerbong yang memiliki jendela tidak berbatas jadi saya bisa lihat sepuasnya pemandangan sepanjang perjalanan. Yang unik, ada satu gerbong yang dibiarkan terbuka, tidak berdinding, hanya berpagar, tempat penumpang untuk memotret pemandangan. Meski berangin kencang, saya juga tetap mencoba memotret pemandangan, dan hasilnya tidak mengecewakan. Kembali saya lihat bukit-bukit tanpa pepohonan, cuma semak-semak dan rumput yang mengering karena sekarang sedang winter. Beberapa bukit sedang diremajakan dengan tanaman pinus. Hari itu juga kurang beruntung karena meskipun kereta melewati tepian pantai, tidak ada ikan paus yang sedang berlabuh dekat pantai. Menurut brosur, dalam musim-musim tertentu, penumpang kereta bisa memotret keluarga paus dari kejauhan.

Sampai di Christchurch pukul 19.08. Sudah agak terlambat untuk mengejar bis ke Lincoln. Tapi saya tetap berjalan cepat, 1.5 km dan ternyata dalam waktu 14 menit bisa sampai di halte. Bis agak terlambat dan saya bisa pulang dengan tenang. Perjalanan Lincoln/Christchurch-Wellington dan sebaliknya cukup menyenangkan.

posted by Leo at 06:17

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004