<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, September 12, 2004

West Coast Trip

Dua bulan setengah saya habiskan sebagian besar hanya untuk membaca dan menulis. Otak saya serasa hampir pecah dan mata saya seakan membatu kalau saja teman tidak memaksa saya untuk ikut pergi berwisata selama tiga hari dua malam. West Coast NZ adalah tujuannya. Kami pergi berempat, saya dan satu keluarga dengan satu anak berumur 2 tahun. Teman saya dan keluarganya akan kembali ke Indonesia tanggal 14 September, sesuatu yang membuat saya sering merenung sepanjang jalan...

Berangkat hari Sabtu tanggal 4 September, pukul 9 pagi. Teman menyarankan membawa selimut dengan asumsi bahwa penginapan tidak menyediakan bedding tambahan. Saya membawa satu ransel, satu tas plastik berisi bolu kurma dan pisang, snack dan buah, dan satu kantong berisi selimut dan seprai. Perjalanan membelah South Island cukup menyenangkan. Tidak terlalu banyak kendaraaan lalu lalang, yang ada turis-turis seperti kami yang beberapa kali berhenti untuk berfoto. NZ memang surga bagi para pelancong. Tidak ada macet dan turis bisa bepergian dengan leluasa dengan secarik peta (semua jenis peta cukup akurat, tidak peduli peta murah atau mahal) dan petunjuk jalan yang tourist-friendly terutama dengan petunjuk spot foto, penginapan, restoran, camping ground, tourist attraction, atau sekedar tempat piknik untuk berhenti makan dan istirahat. Tidak heran bila tourism adalah sumber penghidupan kedua terpenting di sini. Mobil melaju ke arah perbukitan dengan pucuk-pucuk bersalju .

Kami makan siang di piknik area di depan Arthur Pass National Park Tourist Information Center. Satu yang menarik adalah kehadiran Kea, the bird of paradox. Dijuluki demikian karena, Kea (Nestor notabilis) memiliki perilaku aneh, terutama dengan rasa keingintahuan yang luar biasa, ramah tapi jahil. Menurut banyak ahli perilaku Kea terus 'berkembang' sesuai dengan frekuensi kontak dengan manusia. Kea tergolong burung cerdas, tapi terkesan tidak bisa diam dan destructive, termasuk sering mencungkili bangku kayu, menggerogoti antenna tv, bermain-main dengan bungkus plastik atau karton susu, menguliti dan memakan karet lapisan pintu mobil dan wiper, dll. Bahkan beberapa orang melaporkan pernah diserang Kea karena ketertarikan Kea pada topi atau hiasan di rambut. Perjalanan dilanjutkan dan kami mengejar waktu untuk sampai ke penginapan. Sayang, beberapa foto di Arthur Pass sempat terhapus saat kami meng-edit foto-foto.

Pukul satu siang lebih kami tiba di Hokitika Holiday Park, tempat menginap. Kami pesan cabin dengan tiga tempat tidur dan satu dapur, sedangkan kamar mandi harus memakai central facilities. Cukup bersih, satu kamar dengan satu double bed, dua bunk bed dan satu tambahan tempat tidur untuk sofa. Satu kulkas kecil pun tersedia. Kamar tidak bersekat tapi tidak menjadi masalah. Bedding facilities juga lengkap, jadi tidak perlu selimut tambahan. Setelah menyimpan barang-barang dan makan siang (lagi!), kami pergi ke Shantytown, replika areal penambangan emas saat terjadi gold rush di NZ tahun 1860s. Sempat naik kereta api dan berfoto. Saat melihat-lihat souvenir, ternyata sang penjaga toko pernah berkunjung ke Sumatra dan Jawa. Pembicaraan jadi menarik...dan kami pun banyak membeli postcards.

Sepulang dari Shantytown, kami sempat mampir di "dairy" (semacan Seven Eleven atau K-mart) untuk membeli chicken nugget karena persediaan bekal rendang dan telur balado sudah menipis. Kali ini saya yang memasak, termasuk oseng-oseng wortel dan caisim dengan bumbu saus tiram. Makan malam-pun jadi nikmat. Malam hari hanya diisi dengan mengobrol dan meng-edit foto. Jam sembilan kami sudah terlelap karena berharap besok bisa bangun pagi jam 5 untuk mengejar walking tour yang sudah kami pesan di Franz Joseph Glacier. Saya sempat beberapa kali terbangun karena ternyata di luar hujan sangat deras dan berangin, dan si kecil sering "ngelindur" setengah menangis...kasihan...mungkin kecapekan karena siang harinya beberapa jam duduk terus di car seat.

Alarm hp berbunyi tepat jam 5 pagi. Kami pun menghangatkan makanan untuk sarapan. Berangkat jam 6.40, dan perjalanan menuju Franz Joseph Glacier ditempuh selama dua jam. Suasana masih hujan, tapi sesampainya di tujuan, matahari sudah mulai bersinar cerah. Sayang sekali, karena semalam hujan, kami terpaksa harus membatalkan walking tour yang sudah dipesan. Hujan semalam sampai pagi membuat salju mengeras dan sangat licin, tidak aman untuk anak-anak meski si anak digendong sepanjang jalan. Kami mencari perusahaan lain, tapi jawabannya sama. Akhirnya kami putuskan untuk berjalan sendiri, mengikuti petunjuk dari Visitor Information Center. Perjalanan melewati hutan dengan jalan yang sudah diaspal dan diberi pengaman, kemudian menyusuri sungai dan lembah dengan air terjun dan liku-liku belahan gunung, dan sampai di terminal pengunjung, di kaki FJ Glacier. Kami tidak bisa melanjutkan perjalanan dan mendaki Glacier seperti pengunjung yang lain karena tidak ada guide yang menemani. Tapi kami cukup puas dan satu jam setengah kami habiskan waktu di FJ Glacier, menikmati pemandangan Glacier yang menakjubkan.

Seusai makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Fox Glacier , satu jam perjalanan ke selatan. Setelah sampai, kami berjalan kaki menuju glacier, dan kali ini perjalanan lebih singat dan kami bisa lebih dekat dengan lelehan glacier. Kami juga merasa Fox Glacier lebih indah dibandingkan FJ Glacier. Cuaca selalu berpihak karena saat berfoto matahari begitu cerah dan sesuai berfoto awan-awan mulai bergerak menutupi glacier. Sepulang dari Fox Glacier, kami menyempatkan melihat Lake Kaniere dan Dorothy falls di sekitar Hokitika. Sayang, matahari sudah hampir terbenam dan kami pun tidak bisa melanjutkan perjalanan membelah hutan menuju Hokitika Gorge karena jalannya cukup sempit, di tengah hutan dan bersisian dengan jurang. Satu hal lain yang membuat kami nyaman dalam perjalanan...di semua tempat dan kota yang kami lalui, toilet selalu tersedia dengan lengkap, bahkan di tempat seperti Lake Kaniere yang jarang dikunjungi, fasilitas toilet-nya lengkap dan terawat.

Sesampainya di Hokitika, kami sempat putar-putar kota dan melihat sunset di pantai. Untuk makan malam, kami membeli makanan siap santap. Hokitika kota kecil, hanya punya satu restoran China dan satu India, dan beberapa restoran lokal. Satu tip yang kami ingat kalau jalan-jalan di NZ adalah sempatkan makan di Fish and Chips, fast food (sebagian besar dioperasikan oleh keturunan China, atau negara lain) yang menyediakan fish cake, nugget, fries, telor ceplok, omelette, sosis goreng atau bahkan pizza. Harganya lebih murah. Tapi kami mencari nasi... Restoran China sudah tutup, dan kami pun memesan makanan di restoran India, take out. Harga masakan India relatif mahal, tapi kami malas untuk masak sendiri malam itu. Menu yang dipesan Lamb Madras, Tandoori Chicken, Basmati Rice dan Green Salads.

Hari ketiga, kami berangkat lebih siang. Kali ini perjalanan dilanjutkan ke Greymouth, lalu menyusuri pantai West Coast yang indah. Sempat mampir di Punakaiki melihat Pancake Rock (foto menyusul). Perjalanan dilanjutkan ke Westport, tapi kami sempat belok untuk melihat Seal Colony, 8 km sebelum West Port (foto menyusul). Selain seal, kami juga menemukan Weka, burung yang digambarkan sebagai a bird with a complex personality, burung yang memiliki kepribadian "slonong boy" , "clingus", pembasmi hama dan energetic. Selama kami makan siang, Weka muncul hilir mudik untuk bersembunyi dari satu semak ke semak yang lain, tapi kami bisa melihat kalau dia mengamati sisa-sisa makanan.

Dari Westport, kami menyusuri hutan pinus, jajaran gunung-gunung bersalju dan tepian sungai ke arah timur, kembali ke Christchurch. Sempat melewati Lewis Pass. Si kecil sudah lama terlelap dan kami pun merasa cukup lelah. Sempat mampir di Hamner Springs untuk makan malam, menunya Souvlaki (the hamburger of Greece). Untuk mandi-mandi di air hangat sudah terlalu malam dan perjalanan masih membutuhkan satu setengah jam. Akhirnya kami putuskan untuk pulang saja karena sudah terlalu lelah. Sampai di Christchurch pukul 8.30 malam. Masih ada cukup waktu untuk mencuci pakaian sebelum berangkat tidur. Perjalanan ke West Coast yang menyenangkan. Selasa...kembali membaca dan menulis.

For more great photos, you can visit the links: Stunning New Zealand and NZ Wilderness. Enjoy!

posted by Leo at 08:33

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004