<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, October 31, 2004

Kebun Mangga 2

Sejak kejadian malam itu bintik-bintik hitam menyebar di kulit saya. Kaget luar biasa. Orang-orang menghubungkan kejadian itu dengan kedatangan saya yang tidak diundang. Tapi kepala kebun menghibur bahwa itu karena lalat mangga yang gemar menyedot darah seperti nyamuk. Tapi kenapa hanya saya yang diserang? Memang ada lalat kecil, hampir sebesar asterisk (*), hampir tidak terlihat jika tidak merasa digigit. Tapi mengapa hanya saya yang diserang? Salah seorang staf kebun memberi saya jamu, katanya untuk membuat darah saya pahit sehingga lalat-lalat itu menjauh dari saya. Tidak berhasil.

Dalam beberapa hari tanpa teman, kejadian tiupan di wajah dan kaki terus terjadi saat saya tidur. Akibatnya siang hari saya sangat mengantuk. Untung saya kemudian dipindahkan ke kamar depan, kamar staf. Dengan jendela menghadap ke lampu kebun dan kantor, saya merasa lebih tenang.

Teman saya datang tepat seminggu kemudian. Dia menempati kamar bekas saya. Tapi ternyata dia sama takutnya dengan saya apalagi setelah melihat tokek yang besar-besar dan mendengar cerita saya. Yang berbeda, dia tidak diganggu dengan angin, tapi dengan mimpi bertemu kakek tua, selama tiga hari berturut-turut. Kami akhirnya memperbanyak mengaji dan mencoba tidak membicarakan hal-hal yang menyeramkan. Ternyata berhasil. Tiga hari kemudian, kami bisa sedikit tertawa-tawa di malam hari sambil main kartu. Tapi kami tetap waspada. Kami hanya keluar kamar hanya setelah mendengar adzan subuh.

Lalat mangga masih juga menyerang saya, tapi tidak teman saya. Vampir-vampir kecil itu hanya suka darah saya. Yah sudah-lah, mungkin darah saya memang manis. Saya cuma makan lebih banyak supaya produksi darah saya tergantikan (bintik-bintik hitam di kulit baru benar-benar hilang 3 bulan setelah magang saya berakhir).

Ternyata kami memang diberi break sama 'penghuni' mess. Seminggu kemudian, datang 4 siswa dan 2 siswi dari STP Mataram, untuk magang juga. 2 siswi berbagi kamar di bagian depan mess kami, sedang 4 siswa STP tinggal di mess lain, di tengah kebun berbatasan dengan hutan bambu. Saat saya dan teman saya sudah beradaptasi dengan para 'penghuni' mess, 6 siswa STP mulai mendapat cobaan. Satu siswi kesurupan, dua kali. Yang pertama, dia jatuh tidak sadarkan diri di kamar saat berhias. Semula kami kira ayan, tapi dia meracu banyak hal. Kami bertujuh hanya berani memegangi saja, soalnya dia seolah punya kekuatan lebih dan bisa melawan tenaga kami yang bertujuh. Dia sadar setelah diberi minuman air putih bercampur sedikit tanah, dan beberapa dari kami membaca ayat Kursi dan Al Ikhlas. Dia heran kenapa kami memeganginya. Dia bilang capek sekali sudah mendaki gunung, padahal dia tidak pergi kemana-mana. Kedua kalinya terjadi saat kami menonton panggung 17-an di kampung, dia kesurupan sampai tercebur ke saluran irigasi dan mencoba berenang.

Tidak hanya kejadian kesurupan, satu siswi lain yang tidur siang di kamar belakang sempat teriak-teriak karena 'didatangi' kakek berjanggut panjang. Belum lagi, 4 siswa di mess lain masih harus terbirit-birit mendatangi pos satpam karena didatangi bayangan-bayangan hitam dari arah rumpun bambu. Kejadian terakhir ini sebenarnya salah mereka sendiri karena bermain jelangkung seusai maghrib. Jadilah semua peserta magang digabung di satu mess. Dua siswa tidur di kamar belakang, dua lagi di ruang tamu.

Ini merupakan kejadian 'interaksi' langsung dengan 'dunia ketiga' yang paling saya ingat. Yang lainnya hanya samar-samar saya ingat, seperti saat saya masih berumur 4 tahun. Saya terbangun karena rumah dan tetangga jadi heboh setelah terdengar tangisan wanita yang memilukan dari kamar mandi. Orang-orang bilang ada hantu perempuan di kamar mandi di rumah saya yang lama dan sedang coba diusir. Saya tidak lihat karena dipeluk erat-erat oleh pengasuh saya yang ketakutan dan badannya menggigil. Ternyata pengasuh saya yang pertama menemukan makhluk itu. Dengar dari cerita orang-orang, makhluk itu 'terusir' dari kamar mandi serupa ikan mas besar dan dia dilepaskan di sumur belakang rumah oleh Pak H, tetangga yang guru mengaji. Saya sudah lupa mengapa makhluk itu menangis, tapi saya masih ingat suara tangisannya... juga kepanikan orang-orang yang melihatnya...

posted by Leo at 05:27

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004