<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Monday, January 21, 2008

Talk Soup

Akhir Desember lalu, mantan flatmate di Ithaca datang mengunjungi saya setelah dia mudik liburan natal di Norwegia. Sudah sekitar 10 tahun kami tidak bertemu, dan dia tidak banyak berubah. Dia masih menjulang tinggi sehingga saya tampak hanya seperti anak kecil jika berjalan bersisian dengan dia. Potongan rambutnya saja yang berbeda, tidak lagi dibiarkan panjang, dan sekarang tampak disesuaikan dengan pekerjaannya sebagai manajer salah satu perusahaan minyak negaranya di Skotlandia.

Ada banyak cerita yang sering kami bicarakan berulang-ulang di email atau saat kami bertemu, sekedar untuk bernostalgia. Salah satunya yaitu bagaimana herannya dia pada suatu hari Rabu sore di bulan Agustus 1997 melihat ada anak kecil dan berkulit sawo matang datang mengangkat satu koper yang luar biasa besar di flat. Hanya sempat bersalaman dan saling berkenalan sebentar, dia tidak melihat lagi si anak kecil selama 2 jam, sampai kemudian ada orang menekan bel pintu mengantarkan sekeranjang sayuran, daging dan beras untuk si anak kecil. Satu jam kemudian, dia merasa tenggorokannya kering dan hidungnya mencium bebauan yang baru pertama kali dihirup selama hidupnya. Dia pun terbatuk-batuk, merasa agak pusing, sekaligus merasa bingung saat melihat si anak kecil begitu giat memasak di dapur dengan asap mengepul dan beragam bebauan asing. Dia menggeleng-geleng dan hanya tertawa saat si anak kecil itu menawari dia makanan yang berbau sangat tajam itu. Si anak kecil itu tidak lain dan tidak bukan si doel Leo yang selama 2 jam sebelumnya tertidur karena masih jetlag dan sekarang terburu-buru memasak karena kelaparan.

Flat yang kami tempati terletak di Cayuga Heights, salah satu daerah yang terindah di Ithaca, dan memiliki 3 kamar. Teman saya yang menjulang tinggi asal Norwegia itu tinggal di kamar terkecil, sedangkan saya yang bertubuh paling kecil tinggal di kamar terbesar. Flatmate lain dari Amerika tinggal di kamar berukuran sedang. Kami bertiga memiliki karakter yang berbeda. Namun saya dan teman dari Norwegia masih sering bertemu dan mengobrol, sedang teman dari Amerika biasanya bangun siang lalu begadang sampai jam 2 malam di kampus karena mengerjakan tugas gambar atau maket bangunan.

Dalam sehari, saya dan teman Norwegia ini sering berebut dapur karena masing-masing memilih untuk memasak sendiri dibandingkan dengan membeli makanan di luar. Tapi teman dari Norwegia biasanya akan mengalah karena tidak begitu tahan dengan bau dari berbagai bumbu yang saya pakai. Selama satu tahun tinggal bersama, dia hanya mau merasakan tempe, tahu, sate, lumpia, podeng roti dan kue-kue buatan saya. Selain itu, dia lebih memilih memandangi saya saja yang makan dengan semangat. Dia juga heran melihat porsi makan saya yang hanya sepertiga dari porsi makannya. Jelas saja karena orang tinggi biasanya perlu makanan lebih banyak. Teman saya ini membawa satu buku resep turun-temurun dari neneknya, dan dari buku itulah saya belajar membuat apple bread yang cara persipannya singkat dan mudah, tapi hasilnya enak. Dia juga membuat roti tawar sendiri, dan kalau dia membuat roti, seluruh dapur akan menjadi putih karena tepukan tepung terigu. Teman saya ini sebenarnya anak orang kaya, karena peternakan orang tuanya merupakan peternakan terluas nomor tiga di kota tempat tinggalnya. Namun seperti banyak orang Norwegia lainnya, sudah sejak kecil dia belajar hidup hemat dan menyiapkan segala sesuatu sendiri.

Selain memasak, kami juga suka menonton tv bersama. Berbeda dengan teman asal Amerika yang hanya mau menonton acara pertandingan American football dan baseball. Dari sekian banyak acara tv, ada tiga yang menjadi favorit saya dan teman dari Norwegia: Seinfeld, berita sore dan Talk Soup. Acara yang terakhir ini merupakan acara gossip dari stasiun tv E! Pembawa acaranya begitu witty karena sering memberi komentar dan sering membawakan acara dalam suasana yang aneh-aneh. Banyak hal dari acara itu memberi ide perbincangan baru dan ringan, yang membuat saya dan teman Norwegia ini 'nyambung'. Acara menonton tv bareng biasanya dimulai dari pukul 5 sore hingga 7.30 malam. Selama itu, kami memasak, mengobrol, menonton tv dan makan malam.

Selain acara menonton tv, kami sebenarnya tidak punya kegiatan bersama lain. Saya lebih gemar belajar olah raga dan pergi ke bioskop kampus untuk mengisi waktu luang, sedangkan teman Norwegia lebih memilih berdiam di rumah atau berkeliling party saat weekend. Menonton film bersama di bioskop kampus pun hanya satu kali yaitu saat film terpanjang sepanjang masa diputar: Hamlet. Kami juga pergi bersama saat ada Dragon Day dan Slope Day di kampus. Pada akhir tahun ajaran, teman saya ini pergi berkeliling ke beberapa negara bagian Amerika seorang diri. Saya memilih menghabiskan waktu libur dengan berdiam di kampus dan memperdalam teknik berenang dan bermain tenis. Setelah itu dua flatmates lulus dan kembali ke negara/kota asalnya, sedangkan saya pindah flat meski masih di komplek yang sama. Sejak itu kami tidak pernah lagi bertemu.

Kunjungan teman saya kali ini boleh dikata sudah direncanakan sejak 3 tahun lalu. Awalnya dia ingin mengunjungi saya saat saya di New Zealand, namun terpaksa harus berubah lokasi tujuan karena dia begitu sibuk bekerja dan saya selesai sekolah lebih awal dari rencana.

Sebelum berangkat, sudah banyak informasi yang saya kirimkan melalui email. Saya mencoba menyediakan informasi secara lengkap meski saya tahu tidak semuanya relevan dengan keinginan teman saya. Selain itu, saya tahu bahwa dia merupakan tipe sole explorer, yang suka pergi kesana kemari sendirian saja. Dan terbukti saat dia datang, dia ternyata lebih suka perjalanan yang memberinya banyak kesempatan untuk melihat kehidupan orang-orang lokal. Dia lebih suka mendapat sedikit bekal informasi, dan akan mengeksplorasi selebihnya.

Meski saya sudah paham dengan karakter sahabat saya ini, awalnya saya sempat khawatir akan terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan selama dia mengeksplorasi berbagai lokasi di Jawa-Bali-Lombok. Saya pun menyediakan waktu menemani dia dalam hari-hari pertama dia di Jakarta. Selama periode ini dia sempat mengunjungi beberapa museum dan pelabuhan Sunda Kelapa. Saya juga mengajak dia untuk berkunjung ke TMII dan Taman Safari. Kami merasa beruntung ada teman yang berbaik hati mau ikut mengantar dan memberi informasi/saran baru. Informasi dan tips yang sudah diberikan menjadi bekal bagi perjalanannya berikutnya, meski dia terkadang lupa satu dua hal sehingga menemuni sedikit kesulitan.

Kekhawatiran saya ternyata hanya sebatas kekhawatiran saja karena dengan perawakannya yang menjulang tinggi dan pembawaannya yang low profile, sahabat saya ini justru menarik minat banyak orang untuk membantu dia dalam perjalanan. Dia selalu bilang bahwa kemana-mana ada orang yang 'hijack' dia dan menemani dia menjelaskan banyak hal tentang tempat yang dikunjungi, atau menawarkan tempat tinggal dan tumpangan saat dia kemalaman. Dia juga merasa senang karena orang-orang yang terkadang muncul dari arah yang tidak diduga ini rata-rata fasih berbahasa Inggris. Hanya ada dua pengalaman kurang menyenangkan yang dia alami: dipalak porter barang di stasiun kereta api Gambir dan jadwal kereta/feri yang terlambat rata-rata 2 jam; selebihnya lancar. Saya juga turut senang saat mendengar bahwa banyak informasi dan tips yang saya berikan benar-benar berguna.

Satu hal saja yang saya sesalkan yaitu tidak bisa menyediakan informasi yang berimbang tentang traveling di Lombok. Saat teman saya berada di Yogya, dia mendengar pengalaman turis asal Belgia yang mengalami banyak hal yang kurang menyenangkan saat berkeliling di Lombok bagian barat daya. Hal ini membuat teman saya segera banting stir untuk hanya berdiam di Gili Trawangan dan tidak jadi menjelajahi bagian-bagian lain dari Pulau Lombok. Informasi ini saya dengar saat teman saya sudah kembali ke Jakarta. Andai saya punya waktu untuk menemani dia, mungkin perjalanannya akan lebih berkesan. Namun secara umum, teman saya sangat terkesan dengan Indonesia dan dia bisa pulang dengan perasaan senang. Semoga suatu saat saya bisa mengunjungi dia di Skotlandia atau di Norwegia. Pilihan yang terakhir rasanya cukup menarik karena saya mungkin bisa membandingkan keindangan Milford Sound di NZ dengan Fiord di Norwegia. Semoga ada rejeki ;-)

posted by Leo at 09:24

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004