<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, January 27, 2008

Kenapa Leonardo?

Awalnya saya mengira judul pementasan Teater Koma itu merupakan pertanyaan: "Mengapa, Leonardo?" Namun setelah melihat pementasan dan membaca booklet yang dibagikan, pelafalan yang lebih tepat yaitu dengan menyebutkan dua kata dalam pertanyaan tersebut secara langsung, tanpa koma. Dalam versi Inggrisnya, judul tersebut berbunyi "What about Leonardo?" yang sebenarnya bisa diartikan langsung "Bagaimana dengan Leonardo?" atau menurut versi dan kesan saya setelah melihat pementasannya menjadi "Apa yang istimewa dari (atau menjadi) seorang Leonardo?" Begitulah kira-kira jika ingin mendebat judul pementasan tersebut. Namun demikian, saya setuju bahwa dari segi publikasi, judul "Kenapa Leonardo?" lebih mudah diingat. Dengan pelafalan yang tepat, arti judul tersebut juga sama dengan judul versi saya ;-).

Pementasan Teater Koma ini merupakan pengalaman pertama saya melihat pertunjukan teater secara live. Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin melihat pementasan Teater Koma, tapi waktu belum berpihak. Namun kesempatan kali ini tidak saya sia-siakan. Setiap pagi saya selalu melihat poster pementasan tersebut dan saya juga sempat melihat ulasan mengenai pementasan ini di salah satu stasiun tv. Pencantuman nama saya di judul juga semakin membuat saya penasaran. Saat tiket yang saya pegang begitu istimewa: undangan VIP, yang memungkinkan saya duduk di kursi paling tengah, saya tidak lagi berpikir panjang untuk meluangkan waktu melihat pementasan ini.

"Kenapa Leonardo?" dipentaskan secara baik oleh Teater Koma. Saya juga terkesan dengan pembagian porsi pemain yang pas dan setting panggung yang bagus. Awalnya saya tidak tahu tokoh utamanya karena masing-masing peran memiliki porsi yang hampir sama selama 30 menit pertama pementasan. Lambat laun ceritanya meluncurkan sang tokoh utama, Pak Martin, yang diperankan secara baik oleh Budi Ros. Petunjuk lainnya tentang tokoh utama cerita yaitu lima pemain pantomim (di booklet disebut sebagai lima Martin) yang selalu menggambarkan gejolak pengalaman Pak Martin selama di lembaga terapi saraf. Saya merasa beruntung bisa melihat N. Riantiarno berakting lagi, dan saya sekarang tahu kualitas Cornelia Agatha dalam berteater. Di samping ketiganya, saya juga teringat dengan tokoh Bu Risah (diperankan oleh Sari Madjid) yang selalu bertanya: "Bagaimana dengan yang ini?" untuk mengawali cerita-cerita lucunya. Selaan yang dilontarkan Bu Risah meskipun singkat seperti mencairkan suasana, atau sekedar memberi gelitik dalam memahami pertarungan politik dan kerumitan urusan di lembaga terapi saraf. Saya juga kagum dengan olah vokal dari para pemain. Intonasi dan kekuatan suara begitu tepat dan artikulasinya jelas. Dari semua pemain, saya paling kagum dengan olah suara dari Tuti Hartati yang memerankan Rebeka, begitu halus namun jelas dan dengan karakter yang mungkin paling berbeda di antara pemain-pemain lainnya. Pementasan yang bagus. Bilapun ada kesalahan, seperti kesalahan pengucapan nama dalam dialog, semua tertutupi secara rapi dan para pemain tetap konsentrasi pada dialog selanjutnya.

Saat pementasan ini dipromosikan di tv, pesan yang saya tangkap adalah untuk datang dan menonton dengan hati dan pikiran terbuka. Pesan yang memberi hasil karena saya mendapat banyak kesan setelah menonton pementasan ini. Mulai dari yang sederhana: saya baru tahu kalau ada pembedaan antara penyakit akibat gangguan syaraf dan akibat gangguan jiwa. Jadi gila bukan selalu sakit syaraf atau sakit jiwa; bisa salah satu atau keduanya :-).

Kesan yang kedua yaitu tokoh-tokoh yang mengalami gangguan syaraf di lembaga terapi itu seperti menggambarkan manusia-manusia normal dengan masalahnya sendiri-sendiri. Ada yang begitu pandai namun banyaknya informasi yang dimilikinya membuat hidupnya begitu sulit. Ada yang begitu ahli dalam memprediksi suatu kejadian, namun menjadi begitu sensitif. Ada yang begitu riang, namun keriangannya tidak terkontrol. Ada yang begitu merindukan cinta, namun begitu mudah dihanyutkan impian dan pengaruh orang lain. Ada yang ahli dalam bersandiwara, namun tetap memerlukan pendulum untuk membuat hidupnya tegak-lurus dan berguna. Ada yang memiliki hidup yang nyaris lancar, tapi masih di luar harapan orang terdekat. Ada yang hidup serba cukup, tapi tidak pernah merasa puas. Ada yang berdedikasi, tapi kurang progresif dan cenderung cepat merasa cukup. Ada yang selalu progresif dan inovatif, namun terlalu naif untuk mau melihat dunia di luarnya dengan hati. Ada yang mampu mengarahkan orang menjadi lebih baik, namun masih kurang mampu mengendalikan potensi negatifnya. Semua hal ada kekurangannya. Dan bila semua kekurangan itu di-nol-kan, seperti tokoh Pak Martin yang mengalami kekosongan jiwa/sifat/nilai, kesempatan untuk menjadi manusia baru menjadi terbuka. Keinginan untuk menjadi sempurna dengan menggabungkan sifat-sifat yang unggul semakin menggebu. Apakah akan berhasil?

Lalu "Kenapa Leonardo?" Dalam pementasan itu, pertanyaan ini sebenarnya hanya disebutkan sekali, dan bunyi tepatnya adalah: "Bagaimana dengan Leonardo?" Leonardo di sini merujuk pada Leonardo da Vinci yang memiliki berbagai bakat yang luar biasa dalam mencipta dan berpikir ke depan. Tokoh Pak Martin yang mengalami peng-nol-an jiwa, sudah dimodifikasi dan diisi ulang oleh dokter Dasilva dengan berbagai keunggulan yang dilatih. Perdebatan dua dokter yang merawatnya pun berkepanjangan. Yang satu merujuk pada pentingnya mengisi ulang manusia nol dengan keunggulan layaknya seorang Leonardo; sedang yang lain lebih percaya bahwa cara terbaik untuk mengisi ulang manusia yaitu dengan memanusiakan kembali, dengan hati, daging dan pikiran. Sebagaimana umumnya manusia yang tidak sempurna, keunggulannya selalu bersisian dengan kekurangan. Bila keunggulan itu dibangun tanpa hati, tidak ada pagar yang dapat membatasi sisi kekurangannya untuk tetap diam ditempatnya.

Begitulah kesan yang saya dapatkan dari pementasan "Kenapa Leonardo?" Kesan yang lumayan dalam dan bisa berlaku tidak saja untuk setiap individu, tapi juga dalam konteks kelembagaan yang lebih besar, seperti pemerintahan. Dalam suatu impian dan usaha mengejar kemajuan, kita tidak boleh lupa untuk tetap bisa memanusiakan setiap manusia yang terlibat, baik yang aktif terlibat maupun yang terkena dampaknya. Mungkin kesan yang saya tangkap agak berbeda dengan maksud naskah aslinya. Namun semua tetap merujuk pada pesan sosial yang selalu menjadi bagian dari misi pementasan Teater Koma.

Malam itu saya pulang dengan hati puas. Waktu yang saya luangkan dari jam 7.30 malam sampai 11.50 malam sangat jauh dari sia-sia. Saya merasa puas karena pengalaman pertama menonton teater terasa begitu istimewa. Merasa puas karena bisa melihat suatu tontonan yang merupakan hasil kerja yang bagus, baik dalam pemilihan dan pengalihbahasaan naskah cerita, maupun dalam persiapan dan pentasannya. Semoga Teater Koma tidak lama beristirahat sebelum melanjutkan pementasan-pementasan berikutnya. Satu penonton setianya sudah bertambah :-).

posted by Leo at 10:06

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004