<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, October 23, 2005

Burung di Tepi Jendela

Selama dua minggu terakhir, saya sibuk berkutat memindahkan rekaman wawancara ke dalam bentuk tulisan. Belum selesai, meski saya sudah bekerja di hari Sabtu dan Minggu. Kemarin, saat menyiapkan peralatan rekaman, tiba-tiba teman menelepon, mengajak melihat Orana Wildlife Park. Boleh juga untuk refreshing, apalagi gratis.

Di sana saya bisa memberi makan jerapah, dan melihat lagi 2 ekor kiwi, kali ini dalam jarak dekat, meski masih dibatasi kaca. Juga melihat burung merak jantan yang sibuk menggembangkan dan menggetarkan ekornya yang luar biasa indah untuk mengusir seekor ayam yang masuk ke wilayahnya. Saya juga melihat koleksi singa yang jumlahnya cukup banyak. Pengunjung bisa melihatnya dalam jarak sangat dekat. Satu singa jantan tampak tertarik melihat pengunjung yang datang. Dia sempat menatap saya dengan sorot mata tajam. Tapi saya sadar, sorot matanya bukan sorot mata yang lapar, tapi sorot mata yang jauh menerawang, sorot mata yang seperti rindu alam kebebasan. Saya jadi merasa senasib dan sepenanggungan. Bila saya merasa bosan dan rindu, saya bisa melamun cukup lama sambil melihat pohon-pohon di balik jendela.

Pernah suatu kali, saat sedang melamun sambil menatap jendela, seekor burung fantail betina tiba-tiba masuk ke office dan menari-nari di atas rak buku saya. Dia menciat dengan satu atau dua tone sambil mengembangkan ekor dan melonjak-lonjak seperti tarian cendrawasih. Jadi teringat dengan starling, burung yang dulu kerap bernyanyi di dahan, tepat di tepi jendela office.

Saya mulai tanggap dan mengenal burung itu lebih dari setahun lalu, saat masih menempati ruang sebelah. Saat saya menunjuk burung itu di luar jendela, teman satu ruangan berkomentar bahwa burung itu masih kecil, baru belajar terbang. Memang kelihatan dari caranya berdiri di dahan, masih sedikit oleng dan kepakan sayapnya masih ragu-ragu.

Meski jumlah mereka banyak, saya tahu adalah burung yang sama yang menempati 'panggung' di depan jendela saya. Ciri khasnya, 'dia' punya satu bulu yang mencuat keluar di sisi kanannya. Dulu setiap pagi dia bertengger di dahan dan bernyanyi dengan riang terutama bila matahari bersinar cerah. Starling punya suara beragam. Ada pelan bergumam (2 tones), berdecak (2 tones), menciat, berbunyi seperti suara bom yang ditembakkan di film-film kartun...ciiiiiiiiuuuuuuu... (cuma tidak diakhiri bunyi duuuaaaaar), dan bunyi keretek (2 tones).

Waktu kecil, dia tampak sendiri, berkicau sambil memutar kepala ke segala sudut seolah bertanya atau memanggil teman-temannya, meski tidak satupun yang mendekat. Kemudian dia kadang-kadang bernyanyi dengan ditemani satu atau dua burung sejenisnya. Tapi sekarang si starling sudah jarang menyanyi lagi di tepi jendela. Mungkin dia sudah menemukan soulmate-nya dan membuat sarang di antara kelebatan daun-daun pepohonan yang mulai semarak di musim semi.

Ada banyak lagi burung-burung yang saya temui dalam perjalanan pergi-pulang. Sebagian besar berwarna coklat, tapi variasi warnanya beragam. Bila hari cerah, dalam perjalanan pergi-pulang, saya masih bisa mendengar riuhnya burung-burung bergossip di deretan pohon akasia. Saya juga melihat beberapa keluarga bebek mallard dengan anak-anaknya yang sudah besar. Bebek yang cukup cantik, meski pada bulan Maret sampai Mei mereka akan diburu karena populasinya meningkat tajam. Bebek migran seperti mereka juga mungkin akan menjadi sasaran pembasmian untuk pencegahan flu burung.

Ingatan saya kembali pada tatapan singa jantan muda di Orana Wildlife Park. Sorotan mata yang bosan dan merindukan alam kebebasan. Sementara dari balik jendela, masih terdengar konser suara starling dan paduan suara anak-anak burung yang bersahut-sahutan riuh; di saat sang waktu mengawali hari baru.

posted by Leo at 00:00

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004