<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, November 06, 2005

Berlebaran

Lebaran di NZ lebih lambat satu hari dibandingkan dengan lebaran di negara-negara di Asia. Saya pun menggenapkan puasa menjadi 30 hari. Meski demikian, kegembiraan menyambut lebaran tidak berkurang. Rencana untuk membuat green tea tiramisu untuk acara halal bi halal sepertinya juga sudah siap.

Hari menjelang lebaran, saya sibuk luar biasa. Kebetulan, pada hari itu saya ditinggal sendiri oleh semua teman flat. Mereka pindah karena ada yang sudah lulus atau karena ingin mencari suasana baru. Saya pun sibuk hilir mudik untuk memindahkan barang. Di antara kesibukan itu, saya sempatkan untuk menelepon beberapa orang terpenting dalam hidup saya, untuk minta maaf lahir dan bathin. Sulit sekali 'menembus' nomor-nomor telepon di tanah air. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya bisa tersambung. Sayangnya, keluarga sedang halal bi halal di luar rumah. Saya tunggu sampai malam waktu NZ, mereka belum juga pulang. Tapi kerinduan untuk bercerita banyak terobati setelah bisa mengobrol selama satu jam dengan si dia.

Sampai setelah berbuka puasa, salah satu teman masih sibuk memindahkan barang. Saya pun membantu dia memindahkan barang dan membersihkan flat karena rencana semula untuk membuat tiramisu gagal total. Saya kehabisan telur. Jam sudah lebih dari pukul 9 malam dan, tidak seperti di Jakarta, di sini toko terdekat terletak 1 km dari flat dan biasanya sudah tutup paling lambat pukul 7 malam. Akhirnya, tepung terigu yang sudah saya campur dengan teh hijau saya simpan. Begitu juga dengan selai kacang merah yang sudah saya buat sehari sebelumnya.

Hari lebaran, saya bangun jam 5 dan bersiap untuk shalat Ied. Tahun lalu saya tidak shalat Ied karena shalatnya pagi hari, saat jadwal bis belum dimulai. Tahun ini shalat Ied dimulai pukul 9 dan ada orang Malaysia yang berbaik hati memberi tumpangan. Cuaca mendung, hendak hujan. Tapi ini tidak mengurangi keistimewaan lebaran tahun ini. Salah satunya karena Imam yang baru untuk masjid satu-satunya di Christchurch adalah orang Indonesia, meski beliau sekarang warga negara Australia. Takbir pun terdengar saat kami memasuki area shalat di Hagley Park; sesuatu yang, menurut orang-orang, tidak dilakukan tahun lalu. Takbir dan ceramah yang disampaikan menjadikan suasana seperti di tanah air. Kebiasaan saya yang selalu terharu bila mendengar ceramah di hari lebaran masih ada.

Sepulang shalat, saya diundang santap lontong opor ayam dan sambal goreng di rumah teman. Wah, rasanya pas sekali. Juga sempat menikmati nastar dan kue putri salju. Belum lagi, teman lainnya membuat rempeyek. Setelah makan, saya dan teman bergegas pulang untuk membuat brownies; rencana cadangan setelah gagal membuat tiramisu. Kebetulan ada teman yang masih punya telur dan keju, dan saya punya strawberry untuk hiasan.

Acara halal bi halal dimulai pukul 4.30, tapi sebagian besar orang datang pukul 5, termasuk saya. Hidangan tahun ini: rendang, sambal goreng hati, opor ayam, sayur lodeh (isinya buncis, tahu dan udang), ayam bakar dan panggang, juga tempe dan telur balado. Selain itu ada roti prata (semacam roti cenai ala Singapore). Hidangan ringannya ada kue semprit coklat, kacang goreng, tape-uli, puding coklat, mousse, blackforrest cake, cheese cake, brownies, lumpia dan buah-buahan. Acara ditutup dengan pesta kembang api. Lengkap sudah.

Suasana lebaran masih terasa keesokan harinya. Saya dan teman-teman jalan-jalan di pusat kota dan berfoto-foto (lagi!). Akhirnya saya juga bisa menelepon keluarga saat mereka masih ada di rumah. Senang mendengarkan cerita keponakan-keponakan mengenai baju barunya yang berwarna-warni dan berbunga-bunga, meski sempat bingung begitu ditanya: "Oom, besok datang jam berapa? Bawa oleh-oleh, ya." Dua keponakan saya yang masih kecil masih mengira NZ itu sama dekatnya dengan Jakarta.

Lebaran kali ini juga bertepatan dengan periode pesta kembang api di Christchurch. Sabtu malam akhirnya dihabiskan di tepi pantai menikmati kembang api yang luar biasa indah. Meski pulang kemalaman dan harus berebut bis, malam itu saya bisa tidur nyenyak. Mata saya juga tidak kelilipan lagi, sesuatu yang terjadi mulai dua hari sebelum lebaran sampai hari Sabtu. Kata orang, kalau sering kelilipan bulu mata atau ada bulu mata jatuh di pipi, artinya ada orang yang rindu. Betul? Tidak tahu juga. Kalau itu benar, berarti banyak sekali orang yang rindu dengan saya. Dan rasanya lebih baik saya berpesan: agar yang rindu langsung menghubungi saya saja, sebelum bulu mata saya rontok semua :-)

posted by Leo at 05:34

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004