<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Wednesday, November 24, 2004

Lebaran

Minggu, 14 November 2004

Tidak ada perbedaan dari hari-hari biasanya. Bangun jam 5 pagi. Jam 9 sudah berada di office, membaca berita online, membalas email dan kirim-kirim salam lebaran. Jam 12 diundang ketupatan sekaligus lunch di rumah teman. Dalam perjalanan, saya sempat mampir ke Fresh Market, rencana membeli kiwi juice, tapi tidak dapat. Akhirnya beli anggur untuk buah tangan. Jam 12.05 sampai, tamu pertama, langsung salam-salaman. Mata saya langsung tertuju ke hidangan di meja, ngiler lihat ketupat, opor, rendang, sambal goreng ati, lodeh buncis, kerupuk ikan kakap, sambal dan lalab. Belum lagi di meja dorong sudah siap kaastengels, kue semprit, nastar nanas, kacang mede bumbu pedas dan kripik. Jadi deh lebarannya...

Teman lain datang terlambat. Saya dan tuan rumah makan duluan. Alhamdulillah, kenyang. Teman-teman berdatangan dan suasana pun meriah karena sambil ngobrol, kami menonton siaran langsung sepak bola Arsenal lawan Nottingham. Obrolan mulai dari suasana lebaran di Indo, keluarga, politik (sempat-sempatnya lebaran ngomongin politik NZ), makanan, olah raga, supplemen olah raga dan diet, kuliahan dan kerja, sampai satu orang memulai topik tentang kebiasaan teman yang suka merokok sembunyi-sembunyi. Teman yang "dituduh" berusaha mengelak:
"Kalau sudah punya keburukan di satu sisi, di sisi lain pasti aman. Kalau orang hanya dikenal baiknya saja, pasti dia masih punya rahasia...Leo, apa nih rahasianya?"

Lho, kok jadi saya yang ketiban sampur? Saya kan tidak ikut menuduh...Yang lain pasti punya "pengakuan" yang lebih heboh... Ini sudah mulai merambah masalah senti eh sensitive... sabar-sabar, maaf lahir dan bathin... Saya kan biasa-biasa saja dan memang baik (pengakuan jujur lho, iya, eh, anu, jujur kok). Tanpa menjawab, saya lempar balik topik ke iklan rokok yang memperlihatkan "bubur kotoran" dipencet keluar dari arteri perokok. Berhasil!!! Teman-teman akhirnya bicara tentang iklan. Sebelum merambah lebih jauh, dan karena sudah janjian untuk telepon ke Indoi, saya pamit pulang.

Jam 3 telepon ke Indo, wah keponakan sedang di rumah mertua kakak saya. Hanya kakak sendiri di rumah. Untung tamu-tamu kakak sudah pada pulang jadi bisa ngobrol lama. Lalu terdengar suara kurcaci-kurcaci di seberang telepon. My cute and lovely nices: Icha, Fia, Ifah dan Oi. Icha (6) dan Fia (4) seperti biasa, kalau dibelikan baju harus sama warna dan modelnya; dan mereka berdua merasa kehilangan saya karena lebaran kali ini tidak ada yang sibuk memotret mereka berbaju baru. Ifah (3) yang dakocan (cantik-molek-montok) sekarang jadi tomboy, tidak mau pakai rok dan sedang gemar memanjat. Oi (2) sudah bisa berhitung (1, 2, 3, 5, 4, sebelas) dan ditelepon dia sempat menyanyi lagu satu-satu yang 'tercampur' lagu balonku... "satu dua tiga say... *diam* ...meletus balon hijau, dorrr!"

Rindu sekali dengan mereka, maklum lima keponakan (satu laki dan empat perempuan) semuanya dekat dengan saya. Dua di antaranya punya nama sumbangan dari saya. Dua lainnya punya wajah fotokopi wajah saya. Keempatnya punya suara stereo kalau menangis, sekencang tangisan saya waktu kecil. Keponakan yang laki juga dekat, cuma sekarang dia sudah SMP dan sedang gemar mejeng sama teman-temannya. Sering kalau saya pulkam, yang kecil selalu nggak reckon Ibu-Bapaknya, apa-apa "sama Oom"---mulai dari main, makan, mandi, pakai baju sampai ke WC. Gawatnya, saya sering diminta nyanyi sambil nungguin para kurcaci itu di WC... Lihatlah sebuah titik jauh di tengah laut...Plung! Makin lama makin dekat bentuk rupanya...Plung! Tobaaaaat...

Menurut orang Jawa, tanda anak kecil dekat atau betah dengan kita adalah kalau digendong, pasti dia pipis. Sering saya dapat pengalaman seperti ini. Kalau dititipi anak kecil, pasti dalam beberapa menit kemudian si anak memandang saya dengan wajah polos tak berdosa... weeerrrrr... eh ada yang bocor... Atau kalau lagi asyik-asyik main, tiba-tiba wajah si anak berubah jadi agak kemerahan, seperti menahan sesuatu... Matanya memandang polos, tapi menahan eeeggnygghh, sambil berusaha senyum ke saya. Kalau begini saya tidak bisa menahan ketawa, melihat ekspresi mereka yang lucu sekali, campuran antara ngedend-tidak tahan-pasrah-senyum polos... Untung sudah ada pampers... Alhamdulillah semua sehat wal afiat.

Senin, 15 November 2004

Bangun jam 5 pagi; jam 6.15 sudah di gym. Jam 8 sudah di office menunggu teman yang mau menitip barang selama dia penelitian di Samoa. Jam 8.30 mulai kerja seperti biasa. Jam 16.00 pulang ke flat, membuat bolu bayam untuk acara silaturahmi warga Indo di Christchurch jam 18.30. Pukul 16.30 hujan deras. Baru kali ini hujan sekelas hujan di Bogor: deras, berangin dan berhalilintar. Jam 16.45 bolu sudah jadi, saya ragu-ragu. Jam 17.00 telepon teman, membatalkan pergi karena hujan masih sangat deras.

"Untung ya hujan. Jadi bisa merasakan bolu buatan kamu." Roomate saya senang karena tidak perlu lagi masak makan malam, cukup makan bolu buatan saya. Yah, meski bolunya moist dan enak sekale, bukan rejeki teman-teman Indo untuk merasakannya. Rejekinya roommates. Karena masih banyak, bolu saya potong-potong, bagi-bagi lagi dan sisanya disimpan dalam container di kulkas. Hujan berhenti sebentar, tapi saya sudah tidak mood untuk pergi. Akhirnya saya hanya menonton tv sambil makan bolu, kue semprit sisa bulan puasa, kacang dan kripik untuk menghibur diri. Teman-teman cerita kalau acara silaturahmi-nya ramai, meski tidak semua datang. Aahh, well, tidak apa-apa. Lain waktu masih bisa ketemu. Malam itu saya tidur pulas, mungkin karena kekenyangan makan bolu dan snack, mungkin juga karena capek, baru mulai fitness lagi setelah sebulan istirahat.

Begitulah suasana lebaran di sini.

posted by Leo at 10:56

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004