<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Wednesday, November 10, 2004

Puasa Sabar

Puasa bukan berarti puasa sabar, justru harus belajar sabar. Begitulah, dalam beberapa hari terakhir ini banyak hal membuat saya terus-terusan mengingatkan diri sendiri untuk sabar. Pertama, sabar untuk terus menulis meskipun pantat sudah pedas, lutut kaku, mata berkunang-kunang, dan bosan. Kedua, sabar bahwa saya tidak bisa pulkam meski ingin sekali, apalagi kalau baca tagboard blog teman-teman yang sudah cerita mudik. Ketiga, sabar bakalan tidak bisa shalat ied karena tidak ada bis pagi-pagi buta ke city. Keempat, sabar bahwa salah satu roommate begitu bebal tidak mau buang sampah dan malah menuh-menuhin tempat sampah di dapur, sampai trash can tidak bisa ditutup.

Yang terakhir sebenarnya sabarnya sudah dari dulu. Sudah tiga kali mengingatkan bahwa kalau sharing flat harus contribute, sadar diri. Kalau tidak bisa, paling tidak jangan membuat roommate lain jadi kesusahan. Tapi yah, mungkin karena anak tunggal, masih 18 tahun, dia bilang lupa. Tapi kok sering ya? Roommate yang lain jarang lupa, dan mereka sudah berusaha. Saya bukan sok bersih, tapi biasa hidup teratur. Tidak betah rasanya melihat orang tidak punya courtesy untuk teman serumah. Mungkin dia berpikir tidak apa-apa sembarangan karena ada cleaning lady yang datang seminggu sekali untuk membersih flat. Tapi hanya sekali seminggu, 6 hari lainnya adalah tanggung jawab bersama.

Kalau ingat kelakuan dia, jadi ingat komentar mantan Ibu kost yang sudah kadung benci sama anak-anak dari RRC, gara-gara mereka semuanya anak tunggal yang cenderung dimanja, hanya bisa masak dan mengurus kamarnya sendiri tapi tidak considerate dengan orang lain. "Brat" begitulah Ibu kost kalau sudah marah-marah dan mengatai mereka.

Kemarin sebenarnya ingin marah dan melabrak dia langsung. Maklum, malam harinya saya baru mimpi sedih, mimpi kehilangan yang membuat bangun tidur terasa sesak. Tapi saya ingat puasa, dan tidak kebiasaan saya untuk marah meledak-ledak. Lagi pula kalau saya membiasakan marah, akibatnya akan buruk. Saya punya "bakat" terpendam untuk berkata-kata sinis yang menyakitkan hati bila marah besar. Belum lagi, saya takut menyumpah karena pernah kejadian menyumpah orang dan jadi kenyataan. Akan lebih baik bersabar dan mengandalkan diskusi. Tapi kemarin saya pun tidak dalam mood untuk berdiskusi, jadi cuma diam dan menyerahkan semuanya sama Yang Di Atas. La haula wala quwwata illa billah. Sudah cukup tiga kali mengingatkan dan dia seharusnya sadar untuk belajar lebih dewasa. Semoga ada hikmahnya untuk dia dan saya.

Ternyata hikmahnya tidak lama untuk datang. Selepas berbuka, salah satu roommate baru datang dari bekerja dan mengeluh tidak punya cukup uang untuk mendaftar summer school. Teman ini sama-sama dari RRC, sama-sama anak tunggal dan muda, seperti teman yang tidak considerate, tapi dia berasal dari keluarga yang kurang. Untuk makan dan flat, teman ini harus bekerja cleaning service di kampus, lima malam dalam seminggu ditambah sabtu dan minggu bekerja di perusahaan lain. Tabungannya tidak cukup membayar kuliah dan ternyata dia sudah gagal di satu mata kuliah yang berarti harus mengulang, dan membayar lagi. Sementara itu, uang kuliah kiriman akan datang terlambat sebulan.

Saya melihat kondisi yang kontras di antara dua roommate saya. Mereka berasal dari satu negara, kamar mereka bersebelahan. Mereka sama-sama punya kesempatan untuk mencapai sukses di masa depan, tapi satu harus berusaha keras baik secara akademik maupun ekonomi, sedang yang lain punya segalanya. Bila ini dikatakan tidak adil, mungkin tidak juga karena yang kesusahan memiliki personality yang lebih positif dan lebih dewasa; sedang yang punya segalanya mungkin belum tentu survive di masa datang atau bila mendapatkan kesusahan. Hanya masalah waktu saja yang menentukan bahwa pengalaman, ketekunan dan kesabaran akan memberikan buah hasil kebahagiaan, tidak penting besar ataupun kecil.

Mendengar keluhan teman ini, saya bersyukur bahwa nasib saya tidak seburuk orang lain. Teringat bahwa dulu saya memang hidup pas-pasan. Tapi kami sekeluarga alhamdulillah dapat perlindungan. Ibu berperan besar dalam menanamkan disiplin, hidup hemat dan sederhana. Jadi kami tidak heran dan asing bila mendapat kesusahan. Mungkin pengalaman sudah membuat saya sabar dan sekarang bisa bersyukur bahwa semua masih baik-baik saja. Masalah sampah mungkin hanya batu kecil ujian kesabaran.

Saya bersyukur atas nikmat sabar.

posted by Leo at 03:39

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004