<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, November 07, 2004

Mulai Bermimpi Jadi Bos Resto

Bujangan dan masak sendiri berarti saya harus bisa menyiapkan makanan yang simple dan dalam jumlah yang cukup. Khususnya untuk lauk, saya biasanya masak cukup untuk persediaan 3 hari. Freezer jadi langganan. Meski lumayan mudah memodifikasi resep-resep sehingga "bujangan-di-rantau-friendly", terkadang bosan juga makan lauk yang sama.

Untuk cari pembeda rasa, kecap manis dan sambal (pedas atau sambal ala bangkok) buatan Indo, bawang goreng made in Thailand, dan kerupuk singkong yang dipak oleh Australia menjadi langganan (mungkin singkongnya dari Lampung dan diproduksi di Indo). Jika malas, yah indomie lagi, meski saya sekarang lebih sering beli mie Thailand berbumbu tom yam kung, pedas dan segaaaar.

Tidak terbayang jika harus tinggal di tempat yang sulit mencari bumbu Asia. Apalagi saat bulan puasa karena saya sering rindu suasana buka dan sahur dengan makanan-makanan Indo. Beruntung di sini banyak produk-produk dari Malaysia, Singapore dan Thailand, seperti kerupuk, sambal uleg, sambal rujak, bumbu sate, bumbu oseng-oseng, bumbu mie/nasi goreng. Bumbu Indo yang ada cuma Indofood, Bamboe, ABC dan santan Kara produksi Riau. Atau kalau malas masak ada restoran Malaysia dan Singapore yang menjual "Singaporean and Malay Cuisine" seperti soto bandung, rendang, terung balado, opor ayam, ikan dan telur bumbu bali, sate, nasi goreng terasi, sambal goreng ati, dll. Wah payah...sampai makanan saja di-aku oleh negara lain...

Pernah terpikir untuk membuka usaha resto Indo di sini. Teman sudah ada yang menyambut, tapi memikirkan bumbu dan proses memasaknya saja sudah ribet. Terbayang pengalaman makan di "Dewi Sri" Rotterdam yang harus menunggu hampir satu jam baru makanan yang dipesan datang. Untuk orang bule mungkin tidak masalah karena mereka bisa ngobrol ngalor ngidul sambil ber-sampanye ria. Lha, saya dan teman-teman sudah rindu masakan Indo (terjemahan dari 'kelaparan'), sudah menghabiskan jus yang kedua kalinya dipesan, ngobrol sampai berbusa, tetap harus menunggu. Sudah lama, eeeeee... rasa makanannya hanya sekelas warteg langganan saya di komplek TNI AL Rawamangun... Makanannya: rendang, sate, gulai tahu, gulai kol+kacang panjang, tumis labu siam+tempe, ayam opor, gado-gado dan sambal goreng ati+kentang. Tapi tetap mengucap Alhamdulillah karena sudah ditraktir dan hanya dalam 30 menit semua makanan amblas ...

Kesan ribet, lama dan rasa tidak significant sudah biasa untuk restoran Indo di luar. Ini bukan kesan saya saja. Teman-teman yang pernah jajan makanan Indo di kota sebesar NY saja agak kuciwa. Lebih baik makan di resto Malaysia, itu komentar mereka. Maklum, karena yang makan orang Indo, kalau bule kan jarang yang tahu rasa aslinya bagaimana. Meski ribet, cita-cita buka resto makanan Indo tetap ada. Mungkin yang bisa cepat saji, atau mungkin Indonesian Buffet dengan rasa yang lebih ok. Mungkin untuk bisa siapkan cepat perlu bumbu buatan sendiri yang siap pakai dengan resep yang lebih pas. Mungkin juga bisa meng-adopsi konsep "Eat Asian" buffet di Wellington: simple, hangat dan harga terjangkau (lihat tulisan perjalanan ke Wellington bulan Juni-Juli). Mungkin, mungkin, mungkin... Kapan ya bisa terwujud? Berkhayal dulu ah... Hmmmm...

posted by Leo at 05:04

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004