<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Thursday, December 02, 2004

Paus-paus yang Terdampar

Saya heran. Para ilmuwan juga heran dengan fenomena sekelompok paus dan lumba-lumba yang terdampar atau mendamparkan diri di pantai. Secara total yang terdampar di Tasmania dan sekitar Auckland sudah lebih dari seratus. Yang bisa diselamatkan kurang dari setengahnya. Perkiraan sebabnya: para mamalia laut itu mengikuti arus barat yang membawa jutaan ton ikan makanannya (ingat Finding Nemo?), dan karena beberapa paus muda kesulitan untuk balik lagi, beberapa paus dewasa mendekat ke pantai dan berniat membantu tapi ikut terdampar. Selain itu, teori ratapan paus menyebutkan kalau satu anggota kelompok paus kesulitan, yang lain biasanya akan rela mengorbankan diri sebagai tanda simpati dan kebersamaan. Meski teori ini terlalu miris untuk dipercaya, tapi bisa dibayangkan betapa kuat rasa kebersamaan di antara mamalia laut itu.

Terdamparnya lumba-lumba juga mungkin karena alasan serupa. Saya pernah lihat tayangan di TV7, kalau tidak salah. Sekelompok nelayan di sekitar Ujung Kulon nekat memburu lumba-lumba meski perbuatan itu illegal. Yang tertangkap ternyata anak lumba-lumba sedang induknya lolos. Tapi apa yang terjadi kemudian? Sang induk tidak mau pergi menjauh dari perahu para pemburu, malah berputar-putar seolah-olah tidak mau lepas dari anaknya yang sudah mati tertangkap. Akhirnya dia ditangkap juga.

Berita tentang lumba-lumba juga menghiasi layar tv dan surat kabar minggu lalu. Ada sekelompok coast guard yang sedang latihan di laut dan tidak menyadari bahwa mereka terancam oleh ikan hiu. Mereka tidak sadar akan adanya hiu karena sekelompok lumba-lumba tiba-tiba mengelilingi mereka, membuat semacam pembatas dengan hiu-hiu yang mulai tertarik dengan aktivitas manusia.

Di NZ, populasi paus dan lumba-lumba cukup banyak. Bahkan di beberapa tempat, turis bisa melihat dari dekat kelompok paus seperti di Kaikoura dan berenang bersama lumba-lumba di alam bebas.

Sifat-sifat mamalia laut ini cukup mengherankan. Mereka cukup pandai tapi juga punya rasa senasib sepenanggungan. Mereka bisa sedih, dengan ratapan dan pengorbanan diri, meski sebenarnya bisa membahayakan karena mereka mudah terjebak atau diburu.

Pernah terpikir mengapa Tuhan menciptakan lumba-lumba dengan raut mulut yang seolah tersenyum? Mungkin itu sebagai gambaran bahwa lumba-lumba itu sahabat manusia. Di banyak cerita, paus dan lumba-lumba juga digambarkan sebagai hewan yang bersahabat dengan manusia. Sayang...meski sudah dengan senyum yang menawan dan kebaikan hati yang dikenal, tetap saja mereka menjadi buruan atau sekelompok lumba-lumba sering tersangkut pukat.

posted by Leo at 01:42

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004