<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, December 19, 2004

Cermin

Dulu sempat kaget saat pertama melihat acara Jerry Springer di tv. Heran melihat orang-orang yang tampil tidak malu mengumbar aibnya sendiri di tv. Mereka saling melempar umpatan, emosi juga meja dan kursi; saling tinju dan jambak, tarik-tarikan baju sampai robek, dll. Belum lagi topik-topik talkshow dibuat sedemikian kontroversial seperti "I married a horse". Juga beberapa malam lalu, saya sempat melihat tayangan MTV: Dirty Sanchez, semacam Jackass the Movie. Temanya sama: memperlihatkan kegilaan orang di tv. Bedanya, di sini bukan konfrontasi yang ditonjolkan tapi ujian keberanian konyol yang menistakan rasa sakit, malu dan jijik.

Apa penyebab dari sifat dan tingkah laku seperti itu? Lupa malu, lupa sakit, lupa jijik, ingat marah, ingat benci, ingat menampar, dll; tapi juga lupa kalau tingkah laku mereka dilihat dan didengar banyak orang. Apakah hanya mencari sensasi supaya dikenal? Saat para pakar berebut-ribut tentang Jerry Springer; yang dikritik cuma berkata dengan santai bahwa seseorang senang melihat kegilaan orang lain karena hal itu membuat dia merasa lebih baik. Orang yang tampil di tv sudah berbaik hati melampiaskan emosi penonton yang mungkin terpendam atau mencoba hal-hal yang terlalu menakutkan untuk dilakukan sendiri oleh penonton.

Persandingan untuk mengerti fenomena ini menurut saya adalah kesukaan manusia dengan cermin. Saat bercermin, kita belajar dari bayangan diri sendiri. Bercermin menjadi bukan saja untuk melihat indahnya jambul di rambut, mancungnya hidung, seksinya bibir, dan beningnya mata; tapi juga memeriksa pitak, jerawat di hidung, sisa daun kangkung di gigi dan kotoran mata. Acara Jerry Springer termasuk yang menyedikan cerminan yang terakhir: bayangan-bayangan terburuk dari perilaku manusia.

Tapi kesukaan memandang bayangan di cermin, menurut acara Human Body-BBC, adalah hasil dari belajar. Bila simpanse bercermin, dia akan mencari "lawan"-nya ke balik cermin. Seorang bayi awalnya juga tidak menyadari bahwa bayangan yang dia lihat di cermin adalah gambaran dirinya. Kesadarannya diperoleh setelah mempelajari respon gerak dan mimik yang serupa dengan perasaannya saat bercermin, juga dari asosiasi dengan bayangan ibu atau orang yang menemani-nya bercermin. Jadi bila kita bercermin, langsung atau lewat layar kaca, kita seharusnya tetap belajar, dan tidak menanggapinya dengan otak yang kosong.

"The show makes violence look stupid...nobody takes it seriously..." Begitulah justifikasi Jerry Springer saat terus dikritik tentang efek buruk dari acaranya. Mungkin karena kemasan saja yang berhasil memberikan nilai tambah kehebohan. Selain itu, penonton bisa menertawakan orang-orang yang sibuk berkelahi tanpa menaruh minat. Tapi para produser dipersalahkan karena telah memunculkan ide yang bisa berpengaruh buruk bagi penonton. Penonton sebenarnya juga ikut ambil bagian karena mereka turut mengusulkan topik-topik kontroversial, dan terus menonton... bercermin... dan beberapa malah meniru... belajarnya kapan? Belajar meniru?

"That's why God created remote controls," begitulah Jerry Springer mencoba menalak para kritikus... "...you can always turn it off". Kesimpulan yang memang simple, juga sejalan dengan premis: untuk segala yang buruk, selalu tercipta alat pengontrolnya. Tinggal ada atau tidak kemauan untuk menggunakan alat itu. Dalam hal ini, penonton bukan korban; mereka ikut andil. Produser harus bijak, penonton harus bijak. Bercermin pun harus bijak. Penilaian dan kritik pun harus seimbang. Jika tidak suka menonton acara seperti itu, tentu masih banyak pilihan acara lain. Jika tidak suka melihat bayangan kita sendiri, berarti sudah saatnya bebenah diri.

Saya sendiri? Saya masih suka tertawa-tawa bila melihat acara semacam Jerry Springer, dan memang merasa lebih baik setelah menonton karena terhibur dan bersyukur tidak mengalami hal-hal yang buruk seperti para penampil di tv. Juga masih suka bercermin, mengagumi diri sendiri "...you're... a handsome, intelligent, kind-hearted and happy man..." sambil memeriksa bekas-bekas jerawat di wajah. Saya pikir bercermin itu tidak saja berarti menyediakan bayangan diri kita untuk dikritik (positif dan negatif) oleh mata dan hati kita, tapi juga berarti penghiburan. Saya juga tetap berusaha untuk belajar, tidak untuk meniru, tapi untuk menjadi penonton yang bijak dan orang yang lebih baik.

Sumber tulisan: Jerry Springer show, MTV's Dirty Sanchez, E! Online, the Human Body-BBC, kenangan melihat keponakan yang lucu-lucu bergaya di depan cermin, dan kebiasaan bercermin setelah mandi...

posted by Leo at 09:23

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004