<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Friday, December 31, 2004

Dear Friends: Happy New Year

"I had a thought... How if I'd never met you..." Mungkin tidak hanya Carrie Bradshaw yang bisa bilang begitu bila akan berpisah dengan tiga teman baiknya. Ucapan yang paling sering ditujukan untuk kekasih, tapi juga afdol untuk teman baik dan teman-teman yang mungkin sudah lama tidak berjumpa, tapi pernah mengisi sebagian perjalanan hidup saya.

Beberapa hari yang lalu kakak kirim sms: ada teman SD-mu datang ke rumah, tanya kabar. Masih ingat nggak dengan A? Iya, ingat, dia sekarang jadi bintang sinetron... Saya langsung membayangkan wajahnya. Sms berikutnya: sinetron apa? Kok tampangnya kusut? Oops...namanya? A! Oh ya, bukan A yang jadi bintang sinetron, tapi R. Kusut? Iya, dia tanya dimana sekarang dan apa sudah nikah atau belum? Kabar dia sendiri bagaimana? Tidak jelas, sambung kakak saya.

Saya terkadang tidak terpikir untuk mencari teman-teman lama dan merasa malu karena teman-teman masih ingat saya. Baru setelah mereka mencari, saya sibuk mengumpulkan informasi tentang mereka. Saya-lah yang mungkin hilang selama ini.

How if I'd never met you... Rasanya pantas juga saya ucapkan untuk teman-teman nge-blog... How if I'd never met you, my dear friends... Jika tidak kenal blog, saya tidak mungkin kenal:
  • Aal yang sudah menjelajah tempat terpencil, bertemu dengan orang-orang sederhana yang luar biasa, dan punya diary yang menyentuh;
  • Mas Adhy yang tulisannya singkat tapi tetap down to earth, cool and confident, apalagi dengan fotonya yang membuat speechless;
  • Anri yang pintar nyanyi, sering konser, punya score TOEFL tinggi dan punya tulisan yang passionate;
  • Buna yang gemesin dengan Bunda-nya yang gemar menambah ilmu bagi para pengunjung blog-nya;
  • "Who the hell are you seriously" Ipe yang pandai bergurau sambil pingsan, dan penyuka segala yang robek meski tetap benci jengkol;
  • Irvan yang blognya hijau, tapi tulisannya tidak pernah lumutan karena begitu gaul, riang dan metropolis;
  • Dek Isna yang lihai naik motor, gemar workshop, tapi tetap aktif di karang taruna, sayang Ibu dan peduli teman (kesan dari tulisan-tulisannya);
  • Linda yang punya "kebun bunga" yang cantik dan punya banyak sekali teman (dari foto dan kesan-kesan dalam tulisannya);
  • Nouval yang gemar nonton, begadang, tapi tetap bijak dan sensitif dengan tulisan dan komentar-nya;
  • Pipit, calon ibu sekaligus redaktur dan wartawati dinamis yang tulisannya asli menggelitik terutama dengan twist dan kesaruannya;
  • Rio yang terkenal sejagat dengan tulisan-tulisannya yang detail dan menggelorakan tawa "secara" beliau terlahir periang dan ramah;
  • Rommy yang canggih dalam membuat blog yang aktraktif and informatif;
  • Siberia yang suka minum coklat panas campur bakwan, dan tidak lelah kerja di lab dan menulis kanji sambil menunggu matahari terbit;
  • Wisa yang punya "blogging mo-jo" dalam memberi inspirasi dan semangat nge-blog untuk banyak orang, termasuk tulisan-tulisannya yang menyedot perhatian dan beberapa cukup fundamentalis;
  • YNa, gadis ramah yang jawara blog design, suhu kompi yang masih dalam pertapaan, suka naik ojeg dan bercita-cita punya rumah asri beserta "isi-nya" yang tampan;
  • Juga masih banyak lagi: Atta yang sering menengok dari bilik kantornya yang baru, Ellya yang masih suka belajar kimia dan dengarkan Maroon 5, Doddy yang bersenyum sejuta umat dan giat di alumni Aussie, Luigi yang masih menjelajah Afrika, Beniard yang sering kirim :), juga Mbak Mel, Yaya, Uli, Andi, Dadan, Blue, dan banyak lagi yang pernah mampir dan bersalam...
Saya bersyukur sudah mengenal kalian; terima kasih juga bahwa kalian sudah bersedia menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari saya. Dengan saling mengenal, kita berbagi pikiran dan perasaan. Itu lebih kaya dari ungkapan fisik dan materi sekalipun. Bila kita ada kalanya berseberangan, bukan berarti pertemanan kita berakhir. Seringkali suatu kesusahan baru bisa menyatukan kita, tapi saya berharap kita lebih banyak menyapa dan bertemu dalam kebahagiaan.

Saya juga turut berduka dan menyampaikan simpati kepada saudara-saudara di Aceh dan Sumatra Utara yang saat ini banyak kehilangan teman dan keluarga, di samping harta benda. Saya berharap mereka bersabar dalam menghadapi cobaan dan tetap percaya bahwa masih banyak teman dan saudara yang bersedia membantu, meski belum pernah sekalipun saling bertemu dan bertegur sapa. Kita semua saling membantu.

Dear Friends, Selamat tahun baru... Meski mungkin esok tanggal 1 Januari 2005 tidaklah berbeda dengan hari-hari biasanya, kita bisa tetap berharap bahwa esok dapat lebih baik dari hari ini dan kemarin. All the best for a most rewarding and fulfilling 2005...

Note:
Sedikit ralat, thanks to Wisa yang sudah mengenalkan saya pada blog dan klarifikasi kalau YNa tidak suka naik ojek tapi mungkin tetap suka bila dibonceng pujaan hati :)

posted by Leo at 05:44

Wednesday, December 22, 2004

Have You Seen an Angel?

Hampir seharian menunggu kiriman tv. Bacaan di tangan sudah hampir selesai, kue sudah jadi satu loyang, sudah makan siang, bahkan daging giling yang dicairkan sejak tadi pagi sudah jadi bakso satu panci, tapi tv pesanan belum datang juga. Bosan.

Saya nyalakan komputer, berniat membunuh waktu dengan bermain Hearts FreeCell Spider Soliter, karena hanya permainan ini yang saya kuasai. Tiba-tiba teringat mimpi semalam. Mimpi naik lift, naik berdua, turun sendiri. Mendapati suasana baru, tapi dengan teman lama. Tiba-tiba suasana berubah seperti pesta, banyak orang mengobrol, tapi sebagian besar wajah mereka tidak saya kenal, hanya nama-nama mereka melintas seolah saya pernah tahu. Orang bertambah banyak, teman memisahkan diri, saya mendapat salam, saya pulang sendiri. Mimpi yang tidak beraturan. Tapi saya masih ingat satu wajah di pesta itu, wajah yang gelisah.

*

Saya terpaku di depan komputer, Word sudah dibuka dan selembar dokumen baru menunggu curahan pikiran saya. Wajah yang gelisah. Have you seen an angel? Tiba-tiba saja pertanyaan ini muncul. Tidak ada hubungannya, tapi jari-jari saya terus menghentak tombol-tombol keyboard.

Have you seen an angel? Sudah pernah, bahkan sering. Apakah dia bersayap dan bisa terbang? Tidak, dia menjejak bumi seperti manusia lainnya. Yang benar saja? Mungkin itu hanya manusia, bukan malaikat. Gerak jari-jemari saya semakin tak terbendung.

Benar, mereka memang hanya manusia. Tapi mereka adalah malaikat bagi saya. Teringat almarhumah Ibu. Beliau memang cuma manusia biasa, tapi sudah bertaruh nyawa untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan saya. Ibu, manusia yang berjiwa malaikat, yang mengerti saya, meski saya terkadang tidak mengerti bahasa Ibu. Beliau juga telah melengkapi saya dengan semangat untuk terus belajar. Ibu memberi dengan cara yang sederhana, tanpa pernah minta kembali. Hanya satu saja permintaan Ibu yang pernah saya dengar yaitu untuk bisa berhenti bekerja begitu saya dapat pekerjaan. Alhamdulillah terkabul. Mungkin sebenarnya banyak keinginan Ibu, tapi selalu mengalah demi anak-anaknya. Sampai detik-detik terakhir, Ibupun tidak banyak meminta. Yang ada hanyalah pandangan cinta, cinta tanpa pamrih.

Bayangan lain melintas. Sosok yang selama ini menjadi malaikat yang menemani saya bila sepi dan sendiri. Kakak saya, yang mengerti dan berusaha mengerti diri saya. Sebagai trailblazer, kakak menjadi cermin bagi saya untuk melangkah lebih maju dalam hidup. Kakak menjadi dewasa karena jatuh-bangun memperjuangkan hidupnya. Saya hanya tinggal menonton, menemani dan belajar dari langkah-langkahnya. Sekarang dia menjadi malaikat bagi suami dan kelima anaknya. Ibu yang mencintai keluarganya.

Hembusan angin di luar juga membawa ingatan samar-samar akan almarhum Bapak, malaikat yang telah memperjuangkan nama yang indah bagi anaknya serta mewariskan kecintaan akan tulisan, nyanyian dan alam. Cerita tentang saat Bapak menjelajahi hutan dan mencari bebatuan warna-warni selalu menjadi bunga-bunga mimpi yang indah waktu saya kecil. Pegangan tangan Bapak cukup erat saat menuntun saya dengan sabar mendaki tangga-tangga Borobudur; liburan bersama terakhir kami. Dulu, bila saya memandang langit dan melihat satu pesawat melintas, saya selalu teringat bahwa Bapak suatu saat akan pulang. Saya pun merasa dekat.

Empat Paman saya juga telah menjadi malaikat penyelamat saya. Mereka rela mengulurkan tangan untuk membantu saya meraih setiap kesempatan untuk belajar dan maju. Masing-masing dari mereka punya keluarga dan tanggung jawab, tapi mereka tidak pernah lupa meluangkan waktu untuk saya. Tanpa mereka, saya belum tentu seperti sekarang.

Dua kakak angkat saya juga bagai malaikat yang selalu bersedia menemani saya, terutama saat orang-orang pergi. Mereka telah mengajari saya untuk mensyukuri yang sedikit dan memandang dunia dengan cara yang sederhana. Meski kami pernah berpisah, kami selalu berjanji untuk tetap tersenyum dan saling menyapa.
*

Malaikat, mereka tetap tidak bersayap, mereka berada dalam wujud orang-orang yang saya kenal baik, tapi juga terkadang bukan orang yang saya kenal.

Dari Jakarta? Pertanyaannya menyentak saya. Wajah saya pucat, nafas memburu dan saya panik. Pesawat sudah meninggalkan saya di LA. Ini kali pertama saya ke luar negeri. Seorang Ibu dan anaknya yang masih kecil mengantri di depan saya. Iya, Mbak. Ketinggalan pesawat? Iya... Langsung saja ke loket yang paling pinggir sebelah kiri; di sana bisa cepat dapat bantuan. Terima kasih. Ternyata benar dan saya bisa melanjutkan perjalanan ke NY dengan lancar.

Saya lupa pada Ibu dan anak itu, sampai saat saya menemui para penjemput saya di NY. Bagai pinang dibelah dua dengan Ibu dan anak yang saya temui di LA. Saat saya bertanya, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Dia bilang, belum, baru lihat sekarang saja. Apakah kemarin bepergian ke LA? Tidak, hanya di rumah saja. Saya tidak berani bertanya lagi, karena takut lancang. Lantas siapa Ibu dan anak yang saya temui di LA? Mengapa begitu mirip?

*

Wajah yang gelisah. Are you an angel? Sudah lama saya tidak mengakrabi sinarmu, meski sinarmu kerap menerangi perjalanan saya dalam lorong mimpi. Are you really an angel? Kau tidak bersayap, dan tetap menjejak bumi. Tapi saya hanya melihatmu datang di lorong mimpi. Jika bukan malaikat, mengapa kau rela memberi pancaran kebahagiaan untuk saya? Dan mengapa sekarang gelisah? Adakah sesuatu di lorong mimpi ini yang membuatmu gelisah?

Saya berpaling ke arah jendela, menghela nafas... Kiriman tv belum datang juga.

posted by Leo at 09:53

Sunday, December 19, 2004

Cermin

Dulu sempat kaget saat pertama melihat acara Jerry Springer di tv. Heran melihat orang-orang yang tampil tidak malu mengumbar aibnya sendiri di tv. Mereka saling melempar umpatan, emosi juga meja dan kursi; saling tinju dan jambak, tarik-tarikan baju sampai robek, dll. Belum lagi topik-topik talkshow dibuat sedemikian kontroversial seperti "I married a horse". Juga beberapa malam lalu, saya sempat melihat tayangan MTV: Dirty Sanchez, semacam Jackass the Movie. Temanya sama: memperlihatkan kegilaan orang di tv. Bedanya, di sini bukan konfrontasi yang ditonjolkan tapi ujian keberanian konyol yang menistakan rasa sakit, malu dan jijik.

Apa penyebab dari sifat dan tingkah laku seperti itu? Lupa malu, lupa sakit, lupa jijik, ingat marah, ingat benci, ingat menampar, dll; tapi juga lupa kalau tingkah laku mereka dilihat dan didengar banyak orang. Apakah hanya mencari sensasi supaya dikenal? Saat para pakar berebut-ribut tentang Jerry Springer; yang dikritik cuma berkata dengan santai bahwa seseorang senang melihat kegilaan orang lain karena hal itu membuat dia merasa lebih baik. Orang yang tampil di tv sudah berbaik hati melampiaskan emosi penonton yang mungkin terpendam atau mencoba hal-hal yang terlalu menakutkan untuk dilakukan sendiri oleh penonton.

Persandingan untuk mengerti fenomena ini menurut saya adalah kesukaan manusia dengan cermin. Saat bercermin, kita belajar dari bayangan diri sendiri. Bercermin menjadi bukan saja untuk melihat indahnya jambul di rambut, mancungnya hidung, seksinya bibir, dan beningnya mata; tapi juga memeriksa pitak, jerawat di hidung, sisa daun kangkung di gigi dan kotoran mata. Acara Jerry Springer termasuk yang menyedikan cerminan yang terakhir: bayangan-bayangan terburuk dari perilaku manusia.

Tapi kesukaan memandang bayangan di cermin, menurut acara Human Body-BBC, adalah hasil dari belajar. Bila simpanse bercermin, dia akan mencari "lawan"-nya ke balik cermin. Seorang bayi awalnya juga tidak menyadari bahwa bayangan yang dia lihat di cermin adalah gambaran dirinya. Kesadarannya diperoleh setelah mempelajari respon gerak dan mimik yang serupa dengan perasaannya saat bercermin, juga dari asosiasi dengan bayangan ibu atau orang yang menemani-nya bercermin. Jadi bila kita bercermin, langsung atau lewat layar kaca, kita seharusnya tetap belajar, dan tidak menanggapinya dengan otak yang kosong.

"The show makes violence look stupid...nobody takes it seriously..." Begitulah justifikasi Jerry Springer saat terus dikritik tentang efek buruk dari acaranya. Mungkin karena kemasan saja yang berhasil memberikan nilai tambah kehebohan. Selain itu, penonton bisa menertawakan orang-orang yang sibuk berkelahi tanpa menaruh minat. Tapi para produser dipersalahkan karena telah memunculkan ide yang bisa berpengaruh buruk bagi penonton. Penonton sebenarnya juga ikut ambil bagian karena mereka turut mengusulkan topik-topik kontroversial, dan terus menonton... bercermin... dan beberapa malah meniru... belajarnya kapan? Belajar meniru?

"That's why God created remote controls," begitulah Jerry Springer mencoba menalak para kritikus... "...you can always turn it off". Kesimpulan yang memang simple, juga sejalan dengan premis: untuk segala yang buruk, selalu tercipta alat pengontrolnya. Tinggal ada atau tidak kemauan untuk menggunakan alat itu. Dalam hal ini, penonton bukan korban; mereka ikut andil. Produser harus bijak, penonton harus bijak. Bercermin pun harus bijak. Penilaian dan kritik pun harus seimbang. Jika tidak suka menonton acara seperti itu, tentu masih banyak pilihan acara lain. Jika tidak suka melihat bayangan kita sendiri, berarti sudah saatnya bebenah diri.

Saya sendiri? Saya masih suka tertawa-tawa bila melihat acara semacam Jerry Springer, dan memang merasa lebih baik setelah menonton karena terhibur dan bersyukur tidak mengalami hal-hal yang buruk seperti para penampil di tv. Juga masih suka bercermin, mengagumi diri sendiri "...you're... a handsome, intelligent, kind-hearted and happy man..." sambil memeriksa bekas-bekas jerawat di wajah. Saya pikir bercermin itu tidak saja berarti menyediakan bayangan diri kita untuk dikritik (positif dan negatif) oleh mata dan hati kita, tapi juga berarti penghiburan. Saya juga tetap berusaha untuk belajar, tidak untuk meniru, tapi untuk menjadi penonton yang bijak dan orang yang lebih baik.

Sumber tulisan: Jerry Springer show, MTV's Dirty Sanchez, E! Online, the Human Body-BBC, kenangan melihat keponakan yang lucu-lucu bergaya di depan cermin, dan kebiasaan bercermin setelah mandi...

posted by Leo at 09:23

Wednesday, December 15, 2004

What a Week

Di luar pengalaman melihat burung belajar terbang, ada tujuh pengalaman lain yang saya kira cukup menarik selama satu minggu kemarin. Pertama, modifikasi ruangan kerja di lantai 5 memberi nuansa raungan suara bor yang selama seminggu seolah sudah membolongi semua gigi-gigi saya. Ngilu sekali... Lebih baik melihat gaya Inul ngebor deh...

Kedua, perang minyak wangi. Memang sudah banyak diskon besar-besaran di mall termasuk parfum. Jadi tidak heran bila selama satu minggu terakhir, satu lorong office dipenuhi wangi semacam Kenzo eau-de-toilette. Satu sumber sudah terdeteksi: teman dari Brazil yang mondok di ruang sebelah. Tapi kok baunya sampai ke depan lift, ke depan toilet, sampai saya berpikir bagus juga ini parfum sampai tidak bisa diusir angin. Ternyata tidak hanya satu orang yang pakai parfum yang sama, tapi tiga orang yang berlainan ruangan. Meski harum, lama kelamaan membuat bosan dan mengganggu, apalagi si pemakai seperti saingan paling harum atau aji mumpung-selagi stok di rumah masih banyak. Bila semua ruangan sekarang sudah bebas rokok, rupanya masih perlu ada larangan polusi parfum.

Ketiga, mendengar tiga berita yang membuat banyak orang heboh: pengesahan UU Civil Union (pengakuan formal untuk pasangan yang hidup bersama); pembebasan pengungsi Algeria yang dipenjara 2 tahun karena dikira teroris, meski tanpa bukti; dan pemberlakuan larangan merokok di semua ruangan termasuk di restoran, cafe dan bar.

Keempat, saya melihat banyak yang melahirkan. Mulai bayi kangguru atau "joey" yang sebesar kelingking dan begitu dilahirkan harus mencari jalannya sendiri untuk mencapai kantong induknya dan tumbuh besar di dalamnya. Jerapah yang melahirkan sambil berdiri, dan bayinya bisa berdiri dalam waktu kurang dari 1 jam. Harimau yang buas tapi begitu lembut terhadap keempat anaknya. Sampai melihat perkembangan janin manusia mulai dari sel yang menggandakan berjuta-juta kali, pembentukan embrio seperti embrio ikan, perkembangan anggota tubuh lengkap saat usia 2-3 bulan, janin yang bisa menendang dan "makan" di dalam rahim ibunya, sampai dia dilahirkan. Saya juga baru tahun kalau bayi yang dilahirkan sebenarnya belum punya otak yang sempurnya karena masih dibutuhkan 12 bulan lagi untuk mencapai otak yang sempurna. Proses perkembangan janin dan kelahiran merupakan mukjizat penciptaan alam yang paling hebat.

Kelima, meski sudah menulis lebih dari seratus halaman laporan, membaca lebih dari 200 artikel dan lebih dari 50 buku, ternyata masih kurang meyakinkan. Agak kecewa dan putus asa. Penglihatan saya menjadi agak buram, bola mata terasa seperti bola karet, tengkuk terasa kaku, pantat terasa pegal dan panas. Untung ada ajakan BBQ... Meski rencana beli tv dan potong rambut batal, tapi perut kenyang dan bisa refreshing di satu-satunya hari yang cerah selama satu minggu kemarin.

Keenam, cuaca yang seharusnya sudah memasuki musim panas ternyata masih suka mengundang angin dingin dari arah kutub selatan. Tapi cuaca dingin ternyata masih dilawan oleh girl power yang nekat pamer perut dan berkostum musim panas saat sama-sama menunggu bis. Saya menggigil kedinginan, mereka juga menggigil, meskipun berusaha "tegar" dengan tertawa-tawa dan mendekapkan tangan. Ck..ck..ck niat sekali dengan persiapan musim panasnya, Mbak.

Ketujuh, belanja ke Chinese grocery. Tidak banyak yang dibeli. Kasir baru... mungkin anaknya yang punya toko. Tiba-tiba dia menjatuhkan tas plastik untuk membungkus sayuran dan membungkuk... Ya ampun... Maaf kalau lancang... Entah si Mbak yang satu ini lupa pakai ikat pinggang, atau sengaja pakai celana ala rapper yang sedikit melorot. Tapi kalau pakai underok (ejaannya benar? undergarment or underpants), ya mbok jangan pilih yang semarak bergambar Goofy...

posted by Leo at 10:38

Sunday, December 12, 2004

When The Universe is Calling You

Saya terbangun karena jam biologis saya sudah memompa jutaan sel-sel dalam tubuh untuk mulai bekerja meski tanpa suara. Setelah shalat, push-up/sit-up, sarapan dan mandi, saya sempatkan melihat berita di tv. Saya merasa gembira, entah karena tidur yang nyenyak atau karena cuaca weekend yang diperkirakan cerah.

Saatnya pergi. Saya membuka tirai... BUGGG!!! Sesuatu membentur kaca jendela. Suara kepakan-kepakan kecil muncul dari semak-semak bunga marry gold dan krisan di bawah jendela. Saya buka jendela dan seekor burung Hihi mungil sedang mencoba kembali terbang. Are you ok little bird? Ketika tangan saya hendak meraihnya, dia sudah kembali terbang mencapai dahan semak yang lebih jauh dari jangkauan saya.

Pasti anak burung yang masih belajar terbang karena burung Hihi biasanya ukurannya jauh lebih besar. Kasihan, pagi-pagi sudah belajar terbang dan begitu mengepakkan sayapnya dia harus merasakan kerasnya jendela saya. Jendela saya memang bersih dan terkadang bayangan pohon-pohon tertangkap sempurna layaknya pohon-pohon itu berada dalam kamar saya. Mungkin itulah yang dilihat burung malang itu.

Burung itu tidak langsung terbang. Kami saling memandang dengan diam. Saya diam karena begitu kagum dengan yang Kuasa, yang telah memberi anugrah sepasang sayap pada burung mungil itu. Meski harus menabrak jendela saat pertama mengepakkan sayap dan melambung di udara, burung itu telah mencoba menggunakan sayapnya.

Saya menengadah, memandang celah birunya langit yang sebagian masih tertutup awan. Kembali saya pandangi burung itu. Fly again little bird, langit biru telah menunggumu. Pohon-pohon di dalam kamarku hanyalah bayangan dari luasnya alam yang tidak berbatas. Banyak hal yang akan kamu temukan saat kau kepakkan lagi sayapmu. Dia terbang lagi, tidak jauh, tapi dia sudah bisa menggapai dahan pohon yang lebih tinggi. Saya yakin suatu saat dia akan mahir mengendalikan arus angin di bawah kepakan sayapnya, terbang berayun-ayun dan menari dengan lonjakan-lonjakan khas seperti burung Hihi lainnya.

Nothing's gonna change my world... kata-kata itu mengiang lagi di telinga. Lagu the Beatles yang sudah lama tidak saya dengar. Saat alam semesta memanggilmu, apa yang akan kamu lakukan? Saya kembali memandang burung itu.

Across the Universe
(The Beatles)

Words are flowing out like endless rain into a paper cup
They slither wildly as they slip away across the universe
Pools of sorrow, waves of joy are drifting through my opened mind
Possessing and caressing me
Jai guru deva om
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world

Images of broken light which dance before me like a million eyes
They call me on and on across the universe
Thoughts meander like a restless wind inside a letter box
They tumble blindly as they make their way
Across the universe
Jai guru deva om
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world

Sounds of laughter, shades of love are ringing
Through my open ears inciting and inviting me
Limitless undying love which shines around me like a million suns
It calls me on and on
Across the universe
Jai guru deva om
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world
Nothing's gonna change my world

Jai guru deva
Jai guru deva
Jai guru deva
Jai guru deva

posted by Leo at 03:34

Wednesday, December 08, 2004

Berenang

Melihat birunya langit cerah di balik jendela membuat saya rindu ingin berenang. Sudah lebih dari 10 bulan saya tidak berenang. Meski ada beberapa indoor dan heated pools, tapi saya malas pergi karena letaknya cukup jauh dari flat. Setelah sekian lama berhenti, saya jadi ragu, apakah saya masih cukup lentur untuk berenang.

Saya boleh dikata baru saja bisa berenang; tepatnya baru 6 tahun belakangan ini. Waktu kecil ada sedikit trauma untuk bermain-main di air. Waktu berumur 4 tahun, saya pernah tercebur ke dalam bak mandi tetangga yang di dalamnya ada ikan mas koki. Untung segera ada yang menarik keluar. Pengalaman kedua hampir sama. Saat liburan SD, saya diajak sepupu melihat tetangganya yang berjualan ikan hias. Entah mengapa tiba-tiba saya sudah berada di dalam aquarium bersama ikan-ikan itu. Orang-orang berteriak panik melihat saya tidak bisa berenang. Kejadian ketiga saya alami saat SMP. Di hari pertama pelajaran berenang, saya hampir saja tenggelam. Selain itu, meski diajari cara mengambang, saya tetap saja sedikit demi sedikit tenggelam. Guru sampai bilang saya keberatan pantat. Sejak itu, saya hanya diperbolehkan berenang di tempat dangkal.

Niat untuk serius belajar berenang muncul setelah ada aturan baru bahwa setiap mahasiswa baru diwajibkan untuk bisa berenang minimal 200 meter, sebagai syarat penyelamatan diri. Sebagai kakak kelas, saya jadi malu bila tidak bisa berenang. Akhirnya ikut belajar. Lagipula pelajarannya gratis di indoor swimming pool. Tiga semester saya habiskan belajar renang, dua kali seminggu. Hasilnya, saya bisa berenang tiga gaya: punggung (B), bebas (C+) dan dada (C-). Tidak penting dengan nilainya, karena saya berhasil lolos ujian berenang sejauh 200 m dengan tiga gaya secara bergantian.

Sekembalinya ke Jakarta, saya merasa minder untuk berenang. Alasannya, jarang sekali tersedia kolam renang tertutup. Bukan karena malu, tapi karena kulit takut jadi gosong dengan panasnya Jakarta. Selain itu, saya belum bisa berenang cukup lama. Rasanya malu kalau melihat bapak-bapak tua bisa terus berenang tanpa henti, atau orang lain yang bisa berenang dengan 4 gaya non stop setengah jam.

Akhirnya diputuskan: ambil les privat. Cari iklan les berenang di Bisnis Indonesia, telepon dan langsung booking untuk 10 jam pelajaran. Jam 6.30 pagi sudah berada di kolam dan belajar selama 1 jam. Belum merasa cukup, saya tambah lagi 10 jam. Selama 20 jam pelajaran, saya mendapat banyak tips praktis untuk menyempurnakan teknis bernafas, meningkatkan efektivitas gerakan kaki dan tangan serta menambah satu gaya: kupu-kupu. Thanks to Pak Beno yang memang tahu benar cara memotivasi murid dan memberikan kursus tercepat bisa-berenang.

Alhasil, sekarang bisa 4 gaya. Saya juga sudah bisa berenang 1 km meski beberapa kali harus berhenti dan hanya bisa menggunakan gaya bebas. Jika berganti-ganti gaya, saya perlu lebih banyak jeda dan mungkin hanya bisa sejauh 500 m. Satu hal yang membuat cemas adalah kemampuan saya berenang dengan gaya dada semakin memudar. Kaki dan pantat sepertinya tidak mau berkompromi untuk tetap mengambang, meski tidak ada masalah berat badan.

Sekarang? Sepertinya harus memendam dulu keingingan untuk berenang. Tempat berenang terdekat ada, tapi terbuka dan saya tidak mau terkena resiko kanker kulit mengingat NZ termasuk negara yang terkena radiasi ultraviolet tertinggi di dunia. Indoor swimming pool letaknya jauh. Alasan lain: saya gemar berenang di pagi hari, tapi tidak ada swimming pool di sini yang buka sejak jam 6 pagi...

posted by Leo at 10:31

Sunday, December 05, 2004

Cukup Vitamin

Linus Pauling adalah satu-satunya orang yang pernah menerima hadiah Nobel 2 kali, di bidang kimia (1954) dan perdamaian (1963). Karyanya yang paling dikenal terkait dengan pentingnya vitamin untuk kesehatan manusia. Pada era generasi bunga di akhir tahun 60-an, postulat Linus Pauling tentang dosis vitamin menjadi salah satu sumber dimulainya gerakan minum vitamin secara teratur. Dasar pemikirannya yaitu konsumsi vitamin tidak saja berguna untuk penyembuhan tapi juga pencegahan. Anjurannya: minum vitamin setiap hari dengan dosis tinggi akan menghindarkan tubuh dari penyakit. Konsumsi vitamin C dosis tinggi kemudian menjadi trend dan postulat ini kemudian memicu pertumbuhan pesat industri suplemen dan tentu saja gaya hidup minum suplemen.

Dalam beberapa tahun terakhir, postulat Linus Pauling diteliti ulang dan beberapa temuannya:

  • Konsumsi vitamin C dalam dosis tinggi tidak akan menghindarkan tubuh dari flu; bahkan dalam beberapa kasus, konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat membahayakan kesehatan. Namun demikian, vitamin C tetap merupakan unsur penting yang membantu tubuh mengontrol radikal bebas. Oleh karena itu, orang perlu tahu cara konsumsi yang tepat. Contohnya, orang yang mengkonsumsi suplemen vitamin dalam bentuk effervescent tablets diajurkan untuk memecah tablet dalam 3-4 potongan dan mengkonsumsinya dalam waktu yang berbeda. Hal ini ditujukan untuk memberi waktu tubuh untuk menyerap vitamin C sesuai kebutuhan dan dalam dosis yang aman untuk kesehatan. Juga dianjurkan untuk meminum tiap potongan dengan air yang cukup banyak. Memang rasanya hambar, tapi lebih aman.

  • Beta caroten dulu dipercaya dapat membantu menyembuhkan dan mencegah resiko kanker paru-paru. Sumber utama beta caroten termasuk bahan makanan yang berwarna merah dan sayuran hijau. Namun, studi pemberian beta caroten dosis tinggi pada kelompok para perokok menunjukkan hasil yang berkebalikan. Kelompok ini menunjukan peningkatan resiko terserang kanker paru-paru. Belum diketahui mekanisme bagaimana beta karoten ini memperburuk kondisi paru-paru. Meski dosis yang digunakan dalam penelitian tersebut cukup tinggi, tapi sepertinya cukup memberi peringatan untuk para perokok. Contohnya, hasil penelitian tersebut membuat USA memberi peringatan larangan konsumsi beta caroten dosis tinggi bagi para perokok. Jadi untuk para perokok, resiko kanker tidak saja datang dari rokok itu sendiri tapi juga dari makanan yang bagi non perokok termasuk paling sehat. Betapa tidak beruntungnya menjadi perokok.

  • Vitamin A (retinol) selain dipercaya dapat membantu menjaga kesehatan mata, juga dipercaya membantu daya tahan tubuh. Ingat dulu sewaktu TK atau SD sering dapat suplemen vitamin A dalam kapsul bening berwarna kuning atau makan minyak ikan? Hasil penelitian di Swedia menyebutkan, orang Swedia termasuk yang paling rentan di dunia terhadap osteoporosis. Sebabnya: mereka terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A (oily fish dan dairy products, termasuk susu yang difortifikasi vitamin A). Penelitian lain juga mendapatkan hasil yang mengejutkan: konsumsi vitamin A dalam dosis tinggi bisa membayakan hati/lever. Vitamin A jika berlebih tidak dapat dibuang melalui urine seperti vitamin C, jadi kelebihannya akan disimpan di dalam lever. Simpanan yang tinggi justru bisa menjadi racun bagi lever. Ternyata penglihatan yang sehat (akibat minum vitamin A), belum menjamin adanya hati yang sehat.

  • Vitamin E dipercaya sebagai antioxidant paling ampuh selain vitamin C. Oleh karena itu, banyak orang sekarang mengkonsumsi vitamin E secara teratur dengan harapan awet muda dan sehat. Hal ini memang terbukti benar (*sigh*). Bila radikal bebas banyak berkeliaran di dalam tubuh (karena polusi, stress, pola hidup tidak sehat), tubuh akan kelihangan banyak vitamin E. Kehilangan vitamin E bisa digambarkan seperti perubahan warna daging mentah (merah) menjadi daging matang (coklat) saat digoreng. Kehilangan vitamin E juga merupakan gambaran proses penuaan yang alami. Konsumsi yang teratur akan menjaga kadar vitamin E di dalam tubuh. Tapi vitamin ini seperti uap. Pengolahan makanan dapat menghilangkan 50-80 persen kadar vitamin E di dalam makanan tersebut saat kondisi segar. Jadi kalau mengkonsumsi sayur lebih baik dalam bentuk segar. Berbahagialah orang Sunda dengan lalabannya. Selain itu, dianjurkan konsumsi vitamin E saat perut tidak kosong untuk meningkatkan penyerapannya oleh tubuh.

Untuk vitamin B, belum ada penelitian yang menunjukkan efek samping dari konsumsi vitamin B, meski ragam vitamin B cukup banyak. Vitamin D juga tidak banyak diulas karena jarang menjadi bagian dalam suplemen. Selain itu, lebih banyak anjuran untuk meningkatkan kadar vitamin D melalui proses alami yaitu mengaktifkan pro-vitamin D di bawah kulit melalui kontak dengan sinar matahari pagi (sebelum jam 9 pagi). Ini juga mengandung pesan: orang yang bangun pagi, jalan pagi ke kantor, selain bisa menikmati udara yang lebih bebas dari polusi, juga akan mendapat bonus vitamin D (*semoga bisa membuat Rio semangat bangun pagi). Meski hasil-hasil penelitian ini masih terus menjadi pro-kontra (contohnya, penelitian terbaru menunjukkan konsumsi vitamin E dosis tinggi dapat meningkatkan resiko kematian), konsumen suplemen vitamin perlu bijaksana. Konsumsi dosis tinggi bisa menjadi bumerang.

Kesimpulannya, makan makanan berimbang dan sehat adalah kunci untuk sehat. Sering kita terlalu malas untuk mencari makanan berimbang karena alasan waktu (meski banyak waktu untuk tidur, mengobrol dan melamun), alasan selera (mengutamakan lidah, meskipun makan sudah dibuktikan sebagai pekerjaan otak), atau simply malas. Sumber terbaik vitamin adalah di makanan, tapi jika terpaksa mengkonsumsi suplemen (diutamakan vitamin C, E dan B untuk kondisi penuh polusi dan stress). Selain itu, dianjurkan mengkonsumsi suplemen dengan bijak, tidak hanya membuang-buang uang. Final message: konsumsi dan pengetahuan yang cukup. Tidak lebih, tidak kurang.

Ditulis dari pengalaman menonton ulasan tentang vitamin di BBC dan diskusi dengan Dr. Sharon

posted by Leo at 03:47

Thursday, December 02, 2004

Paus-paus yang Terdampar

Saya heran. Para ilmuwan juga heran dengan fenomena sekelompok paus dan lumba-lumba yang terdampar atau mendamparkan diri di pantai. Secara total yang terdampar di Tasmania dan sekitar Auckland sudah lebih dari seratus. Yang bisa diselamatkan kurang dari setengahnya. Perkiraan sebabnya: para mamalia laut itu mengikuti arus barat yang membawa jutaan ton ikan makanannya (ingat Finding Nemo?), dan karena beberapa paus muda kesulitan untuk balik lagi, beberapa paus dewasa mendekat ke pantai dan berniat membantu tapi ikut terdampar. Selain itu, teori ratapan paus menyebutkan kalau satu anggota kelompok paus kesulitan, yang lain biasanya akan rela mengorbankan diri sebagai tanda simpati dan kebersamaan. Meski teori ini terlalu miris untuk dipercaya, tapi bisa dibayangkan betapa kuat rasa kebersamaan di antara mamalia laut itu.

Terdamparnya lumba-lumba juga mungkin karena alasan serupa. Saya pernah lihat tayangan di TV7, kalau tidak salah. Sekelompok nelayan di sekitar Ujung Kulon nekat memburu lumba-lumba meski perbuatan itu illegal. Yang tertangkap ternyata anak lumba-lumba sedang induknya lolos. Tapi apa yang terjadi kemudian? Sang induk tidak mau pergi menjauh dari perahu para pemburu, malah berputar-putar seolah-olah tidak mau lepas dari anaknya yang sudah mati tertangkap. Akhirnya dia ditangkap juga.

Berita tentang lumba-lumba juga menghiasi layar tv dan surat kabar minggu lalu. Ada sekelompok coast guard yang sedang latihan di laut dan tidak menyadari bahwa mereka terancam oleh ikan hiu. Mereka tidak sadar akan adanya hiu karena sekelompok lumba-lumba tiba-tiba mengelilingi mereka, membuat semacam pembatas dengan hiu-hiu yang mulai tertarik dengan aktivitas manusia.

Di NZ, populasi paus dan lumba-lumba cukup banyak. Bahkan di beberapa tempat, turis bisa melihat dari dekat kelompok paus seperti di Kaikoura dan berenang bersama lumba-lumba di alam bebas.

Sifat-sifat mamalia laut ini cukup mengherankan. Mereka cukup pandai tapi juga punya rasa senasib sepenanggungan. Mereka bisa sedih, dengan ratapan dan pengorbanan diri, meski sebenarnya bisa membahayakan karena mereka mudah terjebak atau diburu.

Pernah terpikir mengapa Tuhan menciptakan lumba-lumba dengan raut mulut yang seolah tersenyum? Mungkin itu sebagai gambaran bahwa lumba-lumba itu sahabat manusia. Di banyak cerita, paus dan lumba-lumba juga digambarkan sebagai hewan yang bersahabat dengan manusia. Sayang...meski sudah dengan senyum yang menawan dan kebaikan hati yang dikenal, tetap saja mereka menjadi buruan atau sekelompok lumba-lumba sering tersangkut pukat.

posted by Leo at 01:42

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004