<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Wednesday, July 06, 2005

Bertemu Keponakan

Keponakan-keponakan saya biasanya mengantri di telepon saat saya telepon dari NZ. Keponakan dari satu-satunya kakak kandung ada lima orang. Yang terbesar, laki-laki, hanya sekali-kali saja mengobrol karena sudah gengsi dan merasa malu kalau saya tanya tentang Dinda, temannya di sekolah yang menurut kakak saya naksir berat sama keponakan saya itu. Tingginya sekarang sudah hampir sama dengan saya dengan rambut ikal, berbeda dengan rambut keluarga kami yang lurus. Dulu sewaktu kecil, dia sangat dekat dengan saya. Kalau saya datang, dia sudah tidak bisa lepas dari saya. Mulai makan, mandi sampai tidur, harus ada Oom-nya. Bantal guling, gebukan kasur, selimut dan apa saja yang ada, bisa kami susun sama-sama menjadi rumah, benteng, tank, bis, mobil, motor, becak dan banyak lagi. Saya jadi kembali bermain seperti anak kecil.

Empat lainnya masih berusia 7 tahun (Icha), 5 tahun (Fia), 4 tahun (Fifah) dan 3 tahun (Oi). Semuanya perempuan, cantik, cerewet dan berambut model "bob" kecuali yang terakhir karena rambutnya masih jarang. Begitu membuka pintu rumah kakak. Otomatis yang keempat biasanya langsung minta dipangku saya. Yang keempat ini terkenal di komplek rumah sebagai anak kakak yang paling putih, cantik, molek dan montok. Dia merupakan satu-satunya anak kakak yang memiliki nama sumbangan dari pihak kakak ipar. Dan memang dia tumbuh menjadi anak kesayangan semua orang. Semua orang akan jatuh hati melihatnya. Meski dia paling pendiam dibandingkan saudara-saudaranya, kalau menangis bisa membangunkan satu RT. Hobby-nya merangkai puzzle dan tidur paling malam.

Icha lain lagi. Dia termasuk pandai di sekolah dan sering mewakili sekolahnya dalam berbagai lomba. Suka belajar hal-hal baru, tekun dan sangat disiplin. Tapi dia agak rendah diri, tidak berani tampil. Teringat saat pulang dari Amerika, dia langsung minta digendong saya, meski kami belum pernah bertemu. Dulu kalau ditanya orang "Icha anaknya siapa?", dia selalu bilang "Anak Oom." Muka kami sangat mirip, kesukaan kami juga hampir sama, dan kelemahan kami juga sama: mudah pilek, batuk dan terkena radang tenggorokan. Icha lahir saat krismon, tapi dia tumbuh menjadi anak yang sehat; bahkan lebih mandiri dibandingkan kakaknya.

Fia adalah keponakan yang paling banyak akal dan satu-satunya yang mewakili mata sipit keluarga kami. Meski tampak pemalu, tapi dia jagoan tampil, bahkan kadang-kadang malu-maluin karena komentarnya yang spontan. Seperti kalau ada tamu yang berkunjung terlalu lama, dia tiba-tiba muncul di ruang tamu dan berkata "Kok nggak pulang-pulang?" Atau pernah ada seorang Bapak yang sedang bertamu dia tanyai "Pak, siapa namanya? Umurnya berapa?" seperti balas dendam karena dia sering ditanya seperti itu bila menemani Ibunya bertamu. Atau ketika akan menari dalam acara sekolah, dia mengeluh keras-keras di atas panggung karena lagu pengiringnya tidak juga terdengar "Lama amat sih nyetel lagunya. Bosan nih sudah berdiri di sini." Semoga dengan sumbangan nama Izzatul dari saya, Fia bisa menggunakan perkataannya untuk kemuliaan.

Oi adalah anak yang bila ditanya "Oi, anak siapa?" selalu menjawab lantang "Oi anak bungsu"; tidak pernah menjawab anak Ibu ini atau Bapak itu. Dia termasuk "pemakan segala" karena segala jenis makanan pasti dilahap, termasuk selalu urutan terdepan kalau minum obat. Tapi dia juga begitu pelit karena tidak pernah mau berbagi. Diambil sedikit saja makanannya dalam piring, dia langsung merengek keras "Nanti Oi tidak kebagian, nanti habis..." Tapi anak bungsu selalu punya kelebihan. Dia bisa berbicara selancar Fia, melebihi Fifah. Sengaja saya sumbang nama Qorina (Oi) karena anak bungsu biasanya menjadi pendamping orang tuanya saat kakak-kakaknya lebih dulu mandiri.

Sebenarnya masih ada 4 keponakan saya dari 2 kakak angkat, tapi saya belum sempat bertemu mereka. Keponakan yang pertama perempuan dan tomboy. Langganan juara kelas dan tahun ini ikut UMPTN. Yang kedua laki-laki dan tumbuh tinggi besar, juga langganan juara kelas. Dua keponakan lain masih kecil, laki-laki. Yang satu masih SD kelas 2, satunya berumur 3 tahun. Yang pertama sejak kecil sudah berkaca mata; yang terakhir tidak jadi memakai nama pemberian saya. Orang tuanya memilih nama Fathur.

Saya bersyukur masih bisa melihat mereka tumbuh sehat. Semoga mereka bisa menjadi pribadi yang mandiri.

posted by Leo at 10:46

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004