<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Sunday, July 24, 2005

Orphan

Dulu waktu kecil, saya sering melihat film-film tentang anak-anak di panti asuhan seperti film Annie dan Oliver! Saat menonton, saya ikut menangis sedih bila tokoh-tokohnya bersedih dan tertawa gembira bila tokoh-tokohnya mendapat keberuntungan. Sama halnya beberapa bulan lalu saat saya menonton The Cider House Rules (1999) di layar tv. Film yang berkisah tentang panti asuhan sekaligus klinik yang menampung anak-anak yang tidak diinginkan dan melayani praktik aborsi ilegal. Film yang membuat saya sedih karena melihat bagaimana mudahnya menjadikan anak-anak itu tidak diinginkan.

Di panti asuhan itu, setiap anak memiliki harapan yang besar untuk memiliki keluarga. Saat satu keluarga datang hendak mengadopsi, semua tampak gembira dan memandang penuh harap, tapi kemudian sedih karena mereka tidak terpilih. "Nobody wants me," keluh Curly yang sudah siap dengan kopernya sambil menatap sedih dari jendela, melihat temannya mendapat keluarga baru. "Only the right people can have you" kata-kata hiburan yang diutarakan Hommer menggugah saya untuk bertanya, bila tidak ada orang/keluarga yang tepat, apakah anak-anak itu harus selamanya hidup di panti asuhan?

Kisah dalam film itu sebenarnya menunjukkan dua dunia yang bersisian sekaligus bertolak belakang. Dunia yang ironi. Di satu sisi, saya melihat bagaimana dokter dan dua suster di panti asuhan sekaligus klinik itu digambarkan begitu mencintai anak-anak itu. Mereka selalu memberi pengharapan dan mengisi kekosongan yang dirasakan anak-anak itu. Setiap malam mereka dibacakan cerita dan ditutup dengan ucapan "Good night, you princes of Maine, you kings of New England". Anak-anak itupun merasa tentram sebelum tidur dan merasa beruntung karena mereka berada di tangan yang baik. Di sisi lain, mereka berada dalam dunia yang sebenarnya tidak menginginkan mereka ada. Mereka hidup dalam rumah dan dengan orang-orang yang menyayangi tapi sekaligus membantu banyak orang yang tidak menginginkan calon bayinya hidup. Haruskah anak-anak itu hidup dalam dunia seperti itu?

Dunia yang ironi tidak saja didapati sejak si calon bayi masih dalam kandungan. Banyak pengalaman menunjukkan anak-anak yang merasa tidak diinginkan saat mereka tumbuh dalam keluarganya sendiri. Akibatnya banyak yang terlantar atau lari dari rumah. Di Australia sudah terdapat program adopsi-asuh, khususnya untuk anak-anak yang lari atau disia-siakan orang tuanya sendiri. Seorang yang berusia lebih dari 25 tahun dan memiliki pekerjaan tetap sudah bisa mengadopsi anak asuh yang berusia antara 1-16 tahun. Memang semuanya harus melalui prosedur pengadilan dan masa percobaan, tapi hal ini rasanya dapat menghindarkan anak-anak yang terlantar itu mengalami pengalaman lebih buruk. Anak-anak remaja yang diadopsi dapat belajar untuk menata kehidupannya dan belajar mengenali jati diri dan cita-citanya. Saat anak-anak itu sudah bisa mandiri, mereka bisa lepas dari orang tua asuhnya.

Di Indo, praktik yang sama mungkin sudah banyak dilakukan meski secara informal, seperti beberapa keluarga bersedia menerima anak jalanan untuk mondok dan mendapat pendidikan dan kebutuhan hidup lainnya. Adanya tangan yang terbuka dan ikhlas untuk memberi perhatian, kasih sayang dan harapan mungkin bisa menjadi kunci bagi anak-anak itu untuk tumbuh menjadi manusia yang lengkap dan meraih kebahagiaan. Pengalaman keluarga kami menampung saudara yang lari dari rumah juga membuat saya sadar betapa besarnya tanggung jawab menjadi orang tua. Perlu ketetapan hati, agar nanti bila mendapat anugrah anak, kita tidak merasa terpaksa untuk membesarkannya.

Selamat hari Anak.

posted by Leo at 03:39

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004