<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8473658\x26blogName\x3djust+write!\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nozeano.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nozeano.blogspot.com/\x26vt\x3d2378614178765346968', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 just write!
a journey through middle earth
Monday, August 01, 2005

Lamongan, The Series (Part 1: It's all about food)

Berikut ini beberapa pengalaman menarik dari sekian banyak yang saya alami selama tinggal di Lamongan lebih dari satu bulan. Kali ini (masih) tentang makanan di Lamongan.
Ayo Makan Dulu
Kata-kata itu sering sekali diucapkan seusai saya melakukan wawancara. Tiba-tiba istri, anak, keponakan sampai menantu dari sang responden satu per satu muncul membawa nasi dalam bakul atau container magic jar, mangkuk sayur asam (kadang-kadang juga disertai semangkuk urap dan sayur bening/bayam), sepiring tempe dan ikan goreng (bandeng, mas dan/atau tawes), dan kadang-kadang ada juga yang membawa kerupuk, rempeyek, perkedel jagung, udang goreng, telur dadar, telur ceplok, telur asin dan nasi goreng ala Lamongan. Ini bisa terjadi jam 10-11 pagi, tengah hari, atau jam 2-3-4-5 siang/sore. Padahal sejak wawancara dimulai, saya sudah disuguhi pisang molen, odading isi kacang hijau, kacang rebus, kacang goreng, singkong goreng, kripik singkong, singkong rebus, buah-buahan (pisang ambon/raja/susu/kepok yang besar-besar, sawo kecik, semangka, salak, leci, apel), ketan, donat, teh manis, kopi manis, susu panas, kopi-susu, es jeruk, es teh, es cendol, berbagai minuman soda dingin, tempe goreng, ubi goreng, tahu goreng dan/atau biskuit. Saya sengaja mencantumkan "dan/atau" karena tidak semua disuguhkan sekaligus, tapi paling tidak sekali wawancara ada 3 suguhan di hadapan. Terkadang, saya juga "dipaksa" untuk membawa pulang. Mereka kadang-kadang sekeluarga ikut makan, kadang-kadang hanya saya dan research assistant saya saja yang "wajib" makan. Saya berusaha menghormati dengan makan sedikit dari setiap yang disuguhkan. Malam harinya biasanya saya tidak makan lagi karena siang harinya sudah kekenyangan.

Saya sering merasa malu karena kunjungan saya sebenarnya mau menimba ilmu dengan mereka, malah saya diberi segala macam suguhan. Saya juga malu karena sudah menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang menurut orang di dua desa: "sulit, membuat pusing dan menyerah". Tapi saya juga kagum dengan orang-orang desa yang begitu menghormati tamu. Pengalaman seperti ini, jika di kota besar, hanya saya temukan bila berkunjung ke rumah teman baik saya di daerah Tebet. Setiap kali berkunjung, Ibu teman saya selalu langsung pergi ke dapur, memasak untuk kami; di samping tentunya, kue-kue, keripik singkong dan teri balado (yang ditaburi cacahan daun mangkokan) selalu tersedia (selain kami juga sering dipanggil "sayang" dan "anak mama" oleh sang Ibu). Saya juga teringat masa kecil saya. Bila saya main ke rumah tetangga selalu disuruh makan, dan saya sering makan berdua dengan teman saya itu di bawah meja makan. Menunya adalah kesukaan saya: nasi-sayur asem kacang merah-tempe goreng dan ikan asin plus sambal.

Untuk kebaikan orang-orang di dua desa yang saya kunjungi, saya berdoa, semoga mereka selalu mendapatkan rejeki dan penghasilan yang mencukupi, usahanya semakin maju dan tidak kekurangan sesuatu apapun.

Menggilan Bakso
Istilah "menggilan" ini saya gunakan untuk menggambarkan orang Lamongan yang tergila-gila bakso. Istilah yang sama juga berlaku untuk orang Jatim yang saya piker merupakan penggemar bakso tulen. Bakso, makanan kenyal nan gurih dan membuat ketagihan. Saat kemarin berkeliling Lamongan, kemanapun kami berbelok, kami menemukan kedai bakso dan es degan (kelapa muda). Pengunjungnya tidak pernah surut.

Hampir semua kedai bakso di Lamongan menyuguhkan bakso yang enak dan hampir semuanya diberi trademark "Cak". Yang pernah saya coba adalah bakso (self proclaimed) "unggulan" Cak Sa'in yang terletak di sebelah burger MicMac di depan SMPN 1. Berdasarkan rekomendasi Nizar, saya juga mencoba bakso "lompongan" yang persis berada di sebelah rumahnya Nizar. Bakso urat gurih dengan porsi yang sesuai untuk ukuran snack. Murah-meriah dan nyam! Selain itu ada bakso "goyang lidah" di dekat kantor Dinas Perikanan dan Peternakan yang mengingatkan saya pada kota santri sekaligus kampung halaman si ratu goyang ngebor: Pasuruan.

Waktu itu saya tinggal dua bulan di Pasuruan dan mendengar ada bakso enak di tengah kota. Namanya bakso "goyang lidah". Berdua dengan teman, kami menempuh jarak yang cukup jauh dari desa ke tengah kota dengan becak. Saat tiba di kedai "goyang lidah", saya menjadi orang asing karena jadi sasaran tatapan semua pengunjung. Saya menjadi satu-satunya orang yang memakai celana panjang dan tidak berpeci (teman saya tidak merasa asing karena berjilbab). Semua pengunjung laki-laki yang sedang menikmati bakso memakai sarung dan kopiah atau kupluk. Meski saya terlihat aneh sendiri, tidak ada yang protes. Bersarung atau tidak, kami semua cinta bakso dan 'sepakat' kalau "goyang lidah" memang enak.

Warung bakso "goyang lidah" di Lamongan pun selalu penuh. Bahkan suatu malam saya melihat ada rombongan dalam satu bis mini turun untuk sekedar makan bakso. Suasana warung yang sempit pun menjadi luar biasa ramai. Saya pun segera menghabiskan bakso saya dan pulang; menyingkir dari serbuan orang Jatim, para pencinta bakso tulen.

Nasi Boran, Mangga, Sayur, dan Teh Manis
Selama tinggal di Lamongan, praktis saya hanya olah raga push-up dan sit-up saja di kamar. Tapi alhamdulillah, setelah sempat mudik ke Bandung untuk mengambil sepatu olah raga, sejak dua minggu terakhir saya bisa berolah raga di luar rumah. Minggu pertama, saya hanya berjalan seputar pusat kota lamongan dan keliling alun-alun setiap pagi. Minggu ini, saya sudah bisa jogging 4 putaran alun-alun tanpa henti plus 1 kali cooling down dengan jalan cepat.

Selama keliling alun-alun itulah saya memperhatikan banyak sekali ibu-ibu dengan bakulnya 'mangkal'. Pagi pertama saya "keluar rumah", saya langsung membeli; ternyata nasi boran yang diceritakan Nizar sebagai makanan khas lamongan. Menunya terdiri dari nasi, urap (daun singkong, taoge, kecipir dan parutan kelapa pedas), "menyok" (seperti combro-tanpa oncom di jero), bakwan tepung (jagungnya sangat jarang), rempeyek/kerupuk nasi dan lauk pilihan seperti telur asin, bandeng goreng, dadar telur (lebih tepatnya dadar tepung karena telurnya tidak jelas), atau ceker ayam-kepala ayam-kepala bandeng-tempe-tahu bumbu bali. Bila teman saya dari Bekasi tidak suka nasi boran, kebalikannya dengan saya yang menganggap nasi boran itu benar-benar 'eco'. Murah meriah dan penjualnya ramah.

Perkecualian adalah satu penjual nasi boran di dekat ujung pertigaan kantor pemda. Si ibu amat jarang dikunjungi pembeli. Saya jadi penasaran dan suatu pagi sengaja membeli ke ibu yang satu itu. Ternyata ibunya judes. Pantas saja tidak ada yang mau beli. Kalaupun ada yang beli, mungkin pembelinya kapok dan lebih memilih ibu-ibu di sebelahnya. Tapi...mungkin juga karena feng shui tempat "ndodok" si ibu itu kurang pas.

Hal lain yang saya amati selama jalan/lari pagi adalah banyaknya pohon mangga di sepanjang jalan Lamongan. Hampir setiap rumah punya pohon mangga (kecuali tempat kost saya). Ide bagus untuk penghijauan dan saat ini pohon-pohon mangga itu sedang semarak dengan rangkaian bunga dan buah. Melihat deretan pohon mangga, saya berkesimpulan bahwa mangga di Lamongan mungkin sudah tidak ada harganya, dan orang Lamongan pasti suka sayur dan buah.

Kesimpulan yang terakhir sebenarnya agak meragukan karena pada hari-hari pertama kost di kota, saya kesulitan mencari sayur. Yang marak adalah kedai yang menjual soto, bakso, nasi goreng, nasi mawut (nasi goreng dengan saos merah, sayuran dan cacahan hati/bakso/empela), mie goreng, pecel bandeng/lele dan tempe penyet (sayurnya hanya 4 irisan ketimun), tahu campur (semacam tahu berkuah soto cingur plus kikil dan kol putih) dan tahu tek (semacam tahu gunting). Tapi setelah survey mendalam berkeliling pusat kota Lamongan, saya bisa menemukan kedai yang lengkap menu sayurannya. Tapi saat memesan pecel dan ayam goreng tanpa nasi, saya menjadi tontonan sang penjual dkk plus orang-orang satu lesehan. Begitu pula saat memesan cap ja-i (pelafalannya bukan cap cay) tanpa nasi. Maaf saudara-saudara, karena saya memegang teguh motto "energy in = energy out" dan sepanjang siang disuruh makan oleh para responden saya, dengan terpaksa saya menampik nasinya.

Lain nasi, lain teh manis. Saya tidak bisa menampik suguhan teh manis dari responden saya; apalagi jika si tuan rumah sudah berkata "mari dihabiskan" sambil memperhatikan saya minum. Salah satu akibat dari suguhan teh manis dan segala macam penganan membuat research assistant saya cepat mengantuk saat wawancara berlangsung. Tak ayal, saya langsung usul agar dia segera ke dokter memeriksakan gula darahnya. Saya sendiri? Insya Alloh belum perlu karena saya bisa menahan diri bila dihadapkan dengan godaan berbagai suguhan dan tetap berolah raga. Memang makan itu perlu, tapi perlu juga pola makan yang seimbang dan tidak berlebih. Kesehatan dimulai dari makanan dan pola makan. It's all about food.

posted by Leo at 18:09

Profile
Leo*
Jakarta
All mixed-up: hardworking-daydreaming, tolerant-ignorant, hectic-dynamic, sophisticated-complicated, simple-subtle
Ding of the Weeknew!
Just Write!

Free shoutbox @ ShoutMix
Archives
Previous Posts
Fellow Bloggers
Blog Essentials
Links
Credits
Powered by Blogger.cOm  Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.cOm  Shoutbox by ShoutMix.cOm
Skin Design by Wisa © 2004